Oleh : Atep Afia Hidayat – Perkataan agribisnis makin banyak disebut, entah itu dalam
seminar, surat kabar, majalah atau dalam perbincangan shari-hari. Pendek kata
agribisnis makin popular dan terus bergaung. Lantas, apa yang dimaksud dengan
agribisnis, kapan pertama kali muncul, dan kapan mulai dikenal di Indonesia?
Sebelum memasuki bahasan lebih lanjut, tentu perlu ada pemahaman persepsi
tentang agribisnis, apa da bagaimana.
Adalah dua orang ilmuwan terkemuka dari Harvard University,
yaitu J. Davis dan R. Goldenberg yang pertama kali “menelorkan” konsep
agribisnis melalui bukunya A Conception
of Agribusiness. Buku tersebut diterbitkan tahun 1957, dan sejak itulah
dianggap sebagai tahun kelahiran konsep agribisnis. Dengan demikian konsep
tersebut sampai saat ini telah melampaui lima
dekade.
Di Indonesia sendiri agribisnis mulai dikenal sejak tahu
1975, yaitu ketika IPB membuka program studi perusahaan pertanian, yang dalam
tahun 1984 berganti nama menjadi program studi agribisnis. Konsep agribisnis
benar-benar “ngetop” dalam dekade 1990-an.
Sebenarnya konsep agribisnis merupakan perkembangan lebih
lanjut dari konsep pertanian itu sendiri. Dalam arti sempit pertanian itu hanya
meliputi upaya manusia untuk membudidayakan (farming) berbagai tanaman, hewan dan ikan.
Dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
(Iptek), maka kegiatan farming
tersebut semakin mengarah pada intensifikasi, hingga hal-hal seperti
produktivitas dan efisiensi menjadi ciri utamanya.
Dalam perkembangannya kegiatan farming makin berinteraksi dengan kegiatan industri (pupuk,
pestisida dan mesin), hingga keduanya nyaris sulit dipisahkan dan terus
membentuk saling ketergantungan. Tingkat produksi pupuk tergantung pada
intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian, sebaliknya produksi pertanian juga
dipengaruhi ketersediaan pupuk.
Di sisi lainnya ternyata berbagai produk pertanian
memerlukan pengolahan lebih lanjut, maka berkembanglah industri pengolahan,
mulai dari pabrik kecap, tahu,saos, sambal, nenas dalam kaleng, sari buah, ikan
dalam kaleng, dan sebagainya.
Dengan adanya industri pengolahan tersebut terjadi
peningkatan nilai tambah hasil pertaian, meskipun yang diterima petani relatif
kecil. Selain dengan sektor industri, sektor pertanian pun terus berinteraksi
seperti dengan transportasi, perdagangan, koperasi, dan perbankan.
Lambat laun membentuk suatu sistem yang dinamakan
agribisnis. Dengan demikian agribisnis pada dasarnya meliputi budidaya
pertanian, industri hulu (penyediaan sarana produksi pertanian), industri hilir
(pengolahan hasil pertanian), serta pemasaran berbagai produk pertanian.
Saat ini posisi agribisnis makin strategis, diharapkan mampu
meningkatkan pendapatan petani, yang notabene masih merupakan mayoritas
penduduk Indonesia.
Ternyata sebagian besar dari 32 juta penduduk yang hidup di
bawah garis kemiskinan ternyata merupakan petani. Agribisnis diharapkan mampu
merangkul petani untuk turut terlibat di dalamnya, sekaligus bisa merasakan
adanya peningkatan nilai tambah.
Selama ini agribisnis memang telah mengalami perkembangan
yang cukup pesat, namun nilai tambahnya ternyata tidak dinikmati oleh
kebanyakan petani. Kenyataannya justru “petani-petani berdasi” yang lebih
menikmatinya. Bagaimanapun, dalam upaya mengembangkan agribisnis, petani masih
merupakan ujung tombaknya.
Kebangkitan bangsa Indonesia tidak bisa terlepas dari
kebangkitan pertanian dan petaninya. Dengan aplikasi konsep agribisnis maka
diharapkan terjadi percepatan pembangunan pertanian dan kemandirian bangsa.
Secara proporsional kontribusi sektor pertanian terhadap
produk domestik bruto (PDB) memang makin menurun. Jika pada tahun 1969 masih
37,6 persen, tahun 1990 tinggal 21,8 persen, maka tahun 2010 tinggal sekitar 15
persen. Namun kontribusi absolutnya tetap dominan, dan masih merupakan sektor
yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Dalam kurun waktu yang sama sektor
industri mengalami pertumbuhan dari 6,1 (1969) menjadi 19,5 persen (1990), dan sekitar
26 persen (2010).
Agroindustri yang merupakan bagian dari angribisnis meliputi
industri hasil kehutanan, perkebunan, tanaman pangan dan horticultural,
peternakan dan perikanan. Sebenarnya Indonesia memiliki potensi perikanan darat
dan laut yang sangat besar, selayaknya agroindustri perikanan bisa berkembang
pesat. Begitu pula untuk agroindustri peternakan, yang memiliki peluang besar
di kembangkan di Kawasan Indonesia Timur.
Untuk mengembangkan agribisnis diperlukan dukungan modal
yang sangat besar. Dalam hal ini belum banyak bank yang sanggup bermitra usaha
dengan sektor agribisnis, hal itu terutama disebabkan faktor risiko yang
tinggi, khususnya dalam kegiatan farming.
Budidaya tanaman, ternak dan ikan sangat dipengaruhi
lingkungan, baik makro atau mikro. Selain itu, ternyata agribisnis masih diharapkan
pada delik pemasaran yang harus selalu memperhatikan standar mutu
internasional. Seringkali terjadi produk agribisnis yang diekspor dikembalikan
karena mutu yang tidak memadai.
Selayaknya kemampuan untuk membaca peluang pasar makin
diingkatkan. Bagaimanapun sektor agribisnis bisa menjadi andalan utama,
mengingat sumberdaya yang sangat mendukung, seperti bahan baku, lahan,
teknologi dan sumberdaya manusia.
Sudah sewajarnya Indonesia berhasil menjadi negara
agribisnis terkemuka, setelah beberapa abad dikenal sebagai negara agraris.
Upaya pengembangan agribisnis di luar Jawa terutama
dihadapkan pada infrastruktur yang masih minim. Sentra-sentra produksi tanaman
memang banyak dibuka, baik melalui PIR, transmigrasi, HTI, HTI-Trans, dan
sebagainya, namun pengolahan lebih lanjut menjadi sulit karena pabrik belum
banyak tersedia.
Untuk membangun satu unit pabrik di tengah-tengah perkebunan sawit,
karet, kakao atau tebu, diperlukan infrastruktur seperti jalan, listrik, telepon, saluran air,
dan sebagainya. Begitu pula untuk memperlancar distribusi produk agroindustri
ke pasar ekspor, diperlukan pelabuhan yang memenuhi beberapa kualifikasi,
seperti dapat disinggahi kapal-kapal berukuran besar.
Sektor agribisnis tidak bisa berdiri sendiri. Dengan adanya
kelengkapan infrastruktur, minat investor dalam dan luar negeri diharapkan
makin meningkat. Untuk menjadikan agribisnis sebagai sektor andalan, tak ada
pilihan lain, maka infrastruktur perlu terlebih dahulu dikembangkan.
Jika
sudah berkembang sedemikian rupa, maka sektor agribisnis diharapkan makin
meningkatkan nilai tambah; memperluas kesempatan kerja; meningkatkan perolehan
devisa; serta mendongkrak pertumbuhan sektor industry dan pertanian. Selain itu
diharapkan mampu memperbaiki kesejahteraan petani yang masih merupakan
mayoritas penduduk Indonesia. Sebenarnya agribisnis merupakan salah satu
“jurus” yang cukup ampuh untuk mengentaskan kemiskinan. (Atep Afia)
Dwi Muji Abako
ReplyDelete@C18-Muji, Tugas TC05
Agribisnis merupakan perkembangan lebih lanjut dari konsep pertanian.untuk pengembangannya petanilah yang menjadi ujung tombak. Di indonesia diharapkan dengan adanya konsep agribisnis akan terjadi percepatan pembangunan pertanian dan kemandirian.
Dwi Muji Abako
ReplyDelete@C18-Muji, Tugas TC05
Agribisnis merupakan perkembangan lebih lanjut dari konsep pertanian.untuk pengembangannya petanilah yang menjadi ujung tombak. Di indonesia diharapkan dengan adanya konsep agribisnis akan terjadi percepatan pembangunan pertanian dan kemandirian.
Nama :Ashim asy’ari (41615110029) TB05
ReplyDeletekonsep agribisnis sangat fokus dalam transformasi upaya peningkatan pertanian yang mampu mengimbangi pesat nya industri di indonesia , untuk itu agribisnis memperkembangkan lebih lanjut dalam konsep pertanian dari kebun, peternakan dll nya .konsep agribisnis ini perlu didukung oleh setiap masyarakat daerah , modal, fasilitas dll sehingga terus meningkat di sektor pertanian diindonesia yang bisa leboh menguntungkan .
Nama :Ashim asy’ari (41615110029) TB05
ReplyDeletekonsep agribisnis sangat fokus dalam transformasi upaya peningkatan pertanian yang mampu mengimbangi pesat nya industri di indonesia , untuk itu agribisnis memperkembangkan lebih lanjut dalam konsep pertanian dari kebun, peternakan dll nya .konsep agribisnis ini perlu didukung oleh setiap masyarakat daerah , modal, fasilitas dll sehingga terus meningkat di sektor pertanian diindonesia yang bisa leboh menguntungkan .