Bagaimana dengan kondisi di Indonesia ? Mengacu pada hasil
Riset Kesehatan Dasar (RKD), Depertemen Kesehatan (Depkes) tahun 2008,
menunjukkan prevalensi pengidap Diabetes sekitar 5,7 persen dan Pradiabetes
11,4 persen. Riset tersebut melibatkan 24.417 responden yang tersebar di
seluruh Indonesia. Dengan angka prevalensi tersebut, dapat diperkirakan
penderita Diabetes saat ini (jumlah penduduk 238 juta orang) mencapai sekitar
13,56 juta orang dan penderita Pradiabetes sekitar 27,13 juta.
Kasus Diabetes
juga menunjukkan fenomena gunung es, sekitar duapertiga tersembunyi dan hanya
sepertiga yang muncul ke permukaan. Adapun yang dimaksud Pradiebetes
ialah mereka yang hasil pengujian kadar gulanya berada pada posisi abu-abu,
dengan kata lain angka kadar gula relatif lebih tinggi dari angka normal, namun
belum masuk angka katgori pengidap Diabetes.
Menurut catatan Wikipedia, Diabetes
mellitus (DM) yang juga dikenal di
Indonesia dengan istilah penyakit kencing gula adalah kelainan metabolis yang
disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma berupa hiperglisemia kronis dan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, sebagai akibat dari: Defisiensi
sekresi hormon insulin, aktivitas insulin, atau keduanya; Defisiensi
transporter glukosa; atau keduanya.
Berdasarkan catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Diabetes
mellitus diklasifikasikan berdasarkan perawatan dan simtoma, terdiri dari:
Diabetes tipe 1, yang meliputi simtoma ketoasidosis hingga
rusaknya sel beta di dalam pankreas yang disebabkan atau menyebabkan
autoimunitas, dan bersifat idiopatik. Diabetes mellitus dengan patogenesis
jelas, seperti fibrosis sistik atau defisiensi mitokondria, tidak termasuk pada
penggolongan ini.
Diabetes tipe 2, yang diakibatkan oleh defisiensi sekresi
insulin, seringkali disertai dengan sindrom resistansi insulin
Diabetes gestasional, yang meliputi gestational impaired
glucose tolerance (GIGT) dan gestational diabetes mellitus (GDM).
Sementara menurut Dr. Manny Alvarez (dalam Foxnews.com), dua puluh tahun yang lalu, Diabetes
tipe 2 hampir tidak pernah terjadi pada anak-anak dan orang-orang berusia muda.
Menurutnya, Diabetes tipe 2 masih dapat
dicegah, terutama dengan perubahan gaya
hidup serta mementingkan olahraga dan
diet. Sebuah studi paling mutakhir mengidentifikasi dan merekomendasi lima
kebiasaan sederhana yang dapat mengurangi risiko seseorang terkena diabetes
sebanyak 80 persen, yaitu: Diet yang sehat,
termasuk perbanyak menkonsumsi buah-buahan dan sayuran; Berolahraga atau
latihan fisik minimal tiga kali seminggu, minimal 20 menit; Menjaga berat badan
normal (BMI antara 18,5 dan 24,9).
BMI (Body Mass Iindex)
atau Index Masa Tubuh (IMT) adalah sebuah ukuran “berat terhadap tinggi” badan
yang umum digunakan untuk menggolongkan orang dewasa ke dalam kategori Underweight (kekurangan berat badan, BMI
kurang dari 18,5), Normal (BMI 18,5 – 24,99), Overweight (kelebihan berat badan atau pre-obesitas, BMI 25 –
29,99) dan Obesitas (kegemukan, BMI di atas 30). Rumus atau cara menghitung BMI
sangat mudah, yaitu dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan kuadrat
dari tinggi badan dalam meter (kg/m²).
Kebiasaan sederhana lainnya yang direkomendasikan ialah: Menjauhkan
diri dari kebiasaan merokok dan jauhi meminum alkohol. Namun para ilmuwan
sepakat, bahwa faktor yang paling efektif adalah terhidar dari Diabetes ialah menjaga berat badan supaya tetap dalam kondisi
normal. Dijelaskan pula oleh Dr. Manny Alvarez, bahwa Pria dengan
berat badan normal adalah 70 persen lebih rendah untuk terserang Diabetes
dibandingkan pria kelebihan berat badan atau obesitas. Sedangkan wanita dengan
berat badan normal adalah 78 persen lebih rendah untuk terkena Diabetes. Di
sisi lainnya ada kabar gembira bagi orang gemuk, yaitu jika mengadopsi minimal satu faktor gaya hidup yang sehat, seperti berolahraga tiga kali
seminggu, maka risiko terkena Diabetesnya akan berkurang.
Ternyata ancaman Diabetes makin meluas, bisa menimpa mulai
dari Balita sampai Lansia. Dalam hal ini dr. Arief Nasuha, Sp.PD, seorang Dokter
Spesialis Penyakit Dalam (dalam Jurnalbogor.com),
mengungkapkan Empat Pilar Pengobatan Diabetes. Empat pilar pengobatan penyakit
Diabetes ibarat sebuah kursi dengan keempat kakinya, empat pilar ini saling
menopang agar kursi dapat berdiri tegak. Menurutnya, bila keempat pilar itu
dijalankan, kadar gula darah dan komplikasi bisa terkontrol.
Keempat
pilar tersebut ialah : Pertama edukasi
atau pendidikan. Pendidikan di sini meliputi pentingnya mengendalikan dan
memantau DM sampai ke perawatan diri; Kedua adalah pengaturan gizi dan diet
makanan. Salah satu kunci keberhasilan pengendalian gula darah adalah masalah
pengaturan diet makanan. Komposisi diit juga harus sesuai yaitu karbohidrat 68
persen, protein 10 hingga 12 persen, dan lemak sisanya; Ketiga ialah latihan
jasmani. Tujuannya, tak lain untuk menjaga kebugaran dan menurunkan berat badan
serta memperbaiki sensitifitas insulin sehingga memperbaiki kendali gula darah;
Keempat ialah terapi obat atau farmakologis. Terapi ini berupa tambahan
pemberian obat-obatan jika sebelumnya sasaran gula darah belum tercapai dengan
diet dan latihan jasmani.
Ada
pepatah yang mengatakan lebih baik mencegah daripada mengobati. Melalui upaya
pencegahan sedini mungkin sebenarnya Diabetes mellitus bisa dihindari. Faktor
gaya atau sikap hidup menjadi factor penentu. (Atep Afia).
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteBenar sekali mencegah lebih baik daripda mengobati. Akan tetapi banyak masyarakat Indonesia yang tidak bisa menjaga kebiasaan mmemakan segala.
ReplyDeleteMenurut catatan Wikipedia, Diabetes mellitus (DM) yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit kencing gula adalah kelainan metabolis yang disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma berupa hiperglisemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, sebagai akibat dari: Defisiensi sekresi hormon insulin, aktivitas insulin, atau keduanya; Defisiensi transporter glukosa; atau keduanya.
ReplyDelete@B21-Djarwoto
Benar sekali mencegah lebih baik daripda mengobati. Akan tetapi banyak masyarakat Indonesia yang tidak bisa menjaga kebiasaan mmemakan segala.
ReplyDeleteB33-Fitria
dengan adanya pengetahuan ini mari kita lebih aware lagi terhadap kesehatan kita, dan mohon untuk tetap menjaga kesehatan dengan baik.
ReplyDelete@C20-ERNA
Priyo Dwi Wijaksono @E17-Priyo, @Tugas B05
ReplyDeleteBiasanya orang Indonesia tidak begitu bisa menilai presentasi nilai suatu makanan yang sehat itu seperti apa, Maka mereka dengan seenaknya makan makanan yg tidak sehat. Dengan demikian kita harus saling mengingatkan kepada sesama untuk tidak banyak makan makanan yg banyak mengandung karbohidrat dan juga lemak jahat, agar angka diabetes mellitus di Indonesia menurun.