Oleh : Atep Afia Hidayat - Dunia
usaha yang kompetitif dan efisien, itulah yang diperlukan dalam mengantisipasi
era globalisasi perekonomian. Lantas, sudahkah dunia usaha nasional memiliki
ciri-ciri kompetitif dan efisien? Jawabannya tentu saja bisa berupa
angka-angka, antara lain angka perndapatan per kapita penduduk, jumlah jam
kerja, nilai ekspor nonmigas plus migas, besarnya upah minimum, dan sebagainya.
Selain itu pertumbuhan ekonomi nasional pun menunjukkan tingkat
efisiensi dan kemampuan bersaing dari dunia usaha nasional. Bagaimanapun dalam
sistem perekonomian yag berlaku di Negara kita, dunia usaha berperan sebagai
motor penggerak. Dengan demikian, laju pertumbuhan ekonomi amat ditentukan oleh
kondisi dunia usaha.
Pada tahun 1990-an mantan Perdana Menteri Jepang Miyazawa
sempat menuding, bahwa orang Amerika Serikat (AS) telah kehilangan etos kerja.
Pernyataan tersebut tentu saja amat mencengangkan, terlebih bagi orang AS
sendiri.
Pernyataan atau tudingan memiliki dasar yang kuat, meskipun
dalam beberapa hal tidak terbukti, umpamanya dalam produksi domestic bruto
(PDB), untuk AS ternyata masih lebih tinggi dari jepang. Namun dalam hal
rata-rata jumlah jam kerja per tahun, untuk Jepang memang lebih tinggi. Dengan
demikian dapat disimpulkan, bahwa orang AS bekerja relatif lebih efisien jika
dibanding orang Jepang. Dengan kata lain dunia usaha di AS beroperasi lebih
efisien jika dibanding di Jepang.
Namun mengapa dunia usaha Jepang justru menguasai pangsa
pasar dunia, umpamanya untuk produk otomotif dan elektronik? Hal tersebut tak
lain karena dunia usaha Jepang lebih kompetitif. Untuk memperoleh keunggulan
dalam bersaing diterapkan strategi atau jurus-jurus tertentu. Hal tersebut
menunjukkan bahwa dunia usaha yang efisien belum tentu kompetitif. Sebaliknya
dunia usaha yang kompetitif sudah tentu efisien. Lantas bagaimana caranya untuk
membangun dunia usaha yang kompetitif sekaligus efisien ?
Globalisasi perekonomian menutut efisiensi dan kemampuan
bersaing yang tinggi. Sudah jelas dunia usaha yang tidak efisien dan tidak
kompetitif tak akan mampu go
international. Selain itu yang harus diperhatikan adalah faktor ketahanan
dari dunia usaha tersebut, apakah mudah terpengaruh “berbagai virus
perekonomian” seperti resesi, inflasi, dan sebagainya, atau cukup tegar dalam
mengantisipasi berbagai kondisi perekonomian ? Kuncinya tak lain dalam segi
efisiensi dan kemampuan dalam bersaing.
Dunia usaha yang sudah memiliki tingkat efisiensi dan daya
kompetisi yang tinggi, antara lain menunjukkan performance yang sehat, mantap dan stabil. Unsur-unsur finansial
seperti likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas cenderung dalam keadaan yang
positif dan wajar.
Untuk membangun dunia usaha yang kompetitif dan efisien
diperlukan dukungan penuh dari pemerintah, antara lain melalui kebijaksanaan
deregulasi dan debirokratisasi bidang moneter dan perbankan, fiscal serta riil.
Untuk bersaing di pasar global, pemerintah perlu mendorong
dunia usaha, yakni melalui kemudahan-kemudahan. Kebijaksanaan menyangkut pajak
ekspor umpamanya, paling tidak bepengaruh secara langsung terhadap nilai jual
di pasar global.
Bagaimanapun di pasar global, hanya produk yang berkualitas
baik serta dengan nilai jual yang wajar yang akan mampu bersaing. Selain itu, kontinuitas
pengiriman produk atau timing juga
sangat menentukan. Produk yang kompetitif harus memenuhi persyaratan standar
tertetu.
Dunia usaha nasional harus menghasilkan aneka program yang
kompetitif di pasar global. Selain itu, dalam proses produksinya juga harus
efisien. Dalam hal ini, segi efisien meliputi beberapa hal, baik menyangkut
tenaga kerja, ongkos produksi, jam kerja, dan sebagainya. Proses produksi yang
efisien ditandai dengan jumlah jam kerja dan tenaga kerja yang seminimal
mungkin untuk menghasilkan produk yang seoptimal mungkin. Dalam konsepsi
efisiensi tersebut juga terkanudng produktivitas, hal ini yang patut
ditumbuh-kembangkan.
Untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi pekerja agar
produksi lebih optimal diperlukan kebijaksanaan internal perusahaan, antara
lain menyangkut upah. Bagaimana pekerjaan bisa produktif dan efisien jika
kebutuhan fisik minimum tak terpenuhi ? Selain itu faktor keselamatan dan
kesehatan kerja pun perlu mendapatkan perhatian yang serius, yakni agar dalam
bekerja bisa lebih tenang dan nyaman.
Untuk membangun dunia usaha yang kompetitif dan efisien,
amat tergantung pada kondisi sumberdaya manusianya. Dalam hal ini pekerja
sebagai aset utama perusahaan, layak ditumbuh-kembangkan etos kerjanya. Selain
itu, menyangkut gaya kerja juga perlu mendapat perhatian yang lebih serius.
Harian Kompas sekitar Sembilan belas tahun yang lalu, dalam
tajuk rencananya antara lain menuliskan, bahwa serta merta memilih gaya kerja
Amerika akan dengan gampang menjerumuskan kita pada kesantaian dan berikutnya
kemalasan. Cara kerja yang mungkin bisa disebut “lebih manusiawi” ini tentunya
hanya pantas bila kita sudah efisien, pintar menghargai waktu dan terampil.
Tanpa kedua modal dasar itu, akan besarlah resiko memilih
cara kerja “lebih manusiawi” ini. Kita, dalam hal ini, tampaklah harus jujur
pada diri sendiri, bahwa untuk sementara waktu, semangat kerja seperti Jepang
yang harus kita tiru, karena memang masih banyak yang harus kita kejar, seperti
jepang harus mengejar Amerika Serikat seusai Perang Dunia II.
Lantas, adakah daya kerja yang khas Indonesia, yang patut
ditumbuh-kembangkan tentunya yang mengandung unsur positif dalam menunjang
upaya peningkatan produktivitas dan efisiensi kerja.
Pekerja Indonesia memang jam kerjanya relatif panjang,
sebagian besar masih bekerja dari senin hingga sabtu, plus terkadang ada
lemburnya. Namun ternyata tingkat upahnya termasuk yang paling rendah di Asia?
Apakah karena pengusahaanya yang kelewat batas dan terlalu rakus? Atau memang
tingkat produktivitasnya yang rendah?
Di antara tingkat produktivitas dan efisiensi dengan upah
kerja ada keterkaitan. Tingkat produktivitas dan efisiensi kerja yang tinggi
sudah tentu harus dihargai dengan upah yang tinggi. Sedangkan upah yang rendah,
mana mungkin menyebabkan tingkat produktvitas dan efisiensi yang tinggi. Namun
dalam hal ini patutu diakui, bahwa faktor skill
pekerja di Indonesia masih relatif rendah. Selain itu, rata-rata tingkat
pendidikannya juga masih rendah, sebagian besar masih taraf Sekolah dasar (SD),
baik tamat atau tidak.
Inilah salah satu kendala yang dihadapi dunia usaha kita,
yakni menyangkut sumberdaya manusianya. Oleh sebab itu, menjelang era tinggal
landas sekaligus era globalisasi perekonomian, hal itu perlu mendapat perhatian
yang lebih serius. Bagaimanapun faktor sumberdaya manusia amat menentukan.
Bagaimana bisa kompetitif dan efisien, jika sumbedaya manusia dalam dunia usaha
nasional belum dikelola secara profesional.
Untuk membangun dunia usaha yang kompetitif dan efisien,
paling tidak diperlukan waktu beberapa dekade. Mungkin dua puluh atau tiga puluh tahun mendatang,
dunia usaha nasional bisa memasuki “papan atas” dalam percaturan ekonomi global.
Bisa saja pencapaian itu lebih cepat, antara lain terbukti
dengan banyaknya dunia usaha nasional yang telah mampu go international. Memang belum banyak, namun setidaknya menjadikan
indikator bahwa dunia usaha kita mampu menembus pasar global, bahkan sanggup
menancapkan “bendera” di belantara bisnis negara-negara lain, termasuk di negara-negara
industri maju.
Beberapa kelompok bisnis raksasa asal Indonesia kini telah
beroperasi di beberapa negara seperti Singapura, Vietnam, Belanda, Amerika
Serikat, dan sebagainya. Selain itu, ternyata ada beberapa bank milik negara
yang tlah berhasil membuka cabang di beberapa kota dunia seperti Tokyo, New
York dan Hongkong.
Hal tersebut sangat melegakan eksistensi dunia usaha
nasional, ternyata mampu mengantisipasi era globaliasi perekonomian. Hal itu
juga menyebabkan penetrasi terhadap pasar global relatif lebih mudah, hingga
dunia usaha kita pun diharapkan lebih kompetitif sekaligus lebih efisien. (Atep Afia)
Inti dari sukses atau tidak bisnis suatu perusahaan pasti berorientasi efisien, efektif, dan produktivitas. Itulah poin yang harus dimiliki suuatu perusahaan agar profitabilitasnya tinggi dan memenangkan persaingan kompetitif di era global ini. Daya saing tersebut juga harus diimbangi inovasi dan continuous improvement.
ReplyDeletesukses dalam berbisnis itu harus berorientasi efisien dan efektif dan produktivitas agar bisa melawan persaingan kompetitif dengan pembisnis yang lainnya , dan untuk mengimbangi harus diseimbangkan dengan inovasi dan kreatif dan continuous improvement .
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete@C16-BAHRUDIN, Tugas TC05.
ReplyDeletekesuksesan dalam mengembangkan bisnis yang efisien dan efektif dalam menghasilkan produktivitas harus mempunyai inovasi dan ide kreatif dengan usaha yang keras dan usaha harus adanya modal pendukung dan kesabaran yang tinggi dalam melawan persaingan dengan pebisnis lain dan sebaiknya dalam dunia perbisnisan harusnya saling tolong menolong bukan saling menjatuhkan, namun kebanyakn faktanya menjatuhkan pebisnis lain oleh karena itu pebisnis haruslah berusaha extra dalam berinovasi yang kreatif agar menciptakan produknya bukan meciptakan barang barang kw atau menjiplak yang sudah ada.
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete@B-13 Mokh Alfan Novianto, Tugas TB-05
ReplyDeleteDalam membangun suatu bisnis sampai menuju kesuksesan tidak dilakukan dengan cara yang mudah yaitu dengan suatu proses yang membutuhkan waktu cukup lama. Dan untuk mencapai kesuksesan bukan hanya dari produk yang berkualitas namun timing/waktu yang tepat dalam memasarkan suatu produk jg sangat penting
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete@D12-Agus , Tugas TB-05
ReplyDeleteDunia usaha yang kompetitif dan efisien memang sangat di dambakan sekali oleh seluruh pengusaha di dunia maupun di dalam negeri, usaha yang sanagt kompetitif bagus sekali dalam memacu jiwa usaha setiap orang tetapi terkadang tidak adanya faktor yang sangat mendukung untuk lebih maju lagi karena tidak bisa berkompetisi dalam usaha
elgi riskiana @E13-Elgi
ReplyDeleteAntara kompetitif dan efisien, merupakan dua langkah melakukan perubahan yang lebih baik dalam menjalankan usaha,berkompetisi dalam usaha akan selalu ada karena banyaksekali pesaing-pesaing usaha lain yang melakuakan efisiensi usaha untuk mencapai usaha yang kompetitif
@E13-Elgi, @Tugas B05
ReplyDeleteAntara kompetitif dan efisien, merupakan dua langkah melakukan perubahan yang lebih baik dalam menjalankan usaha,berkompetisi dalam usaha akan selalu ada karena banyaksekali pesaing-pesaing usaha lain yang melakuakan efisiensi usaha untuk mencapai usaha yang kompetitif
Angga Artha S, 44217010064, KWU Senin
ReplyDeleteKedua aspek (kompetitif dan efisien) sangat diperlukan dalam menjamin mutu / kualitas usaha, terlebih seperti yang disebutkan diatas (sumberdaya manusia) nya. Ditambah perlu keseimbangan antara Upah, Waktu, Tenaga dan lain-lain dalam membangun usaha kompetitif & berani tidak hanya di nasional saja, tetapi berkembang hingga taraf internasional secara efisien
Virna Cynthia Putri 41616110025 KWU Senin
ReplyDeleteMemasuki era globalisasi pelaku usaha di Indonesia dituntut untuk lebih meningkatkan keunggulan kompetitifnya dan efisien bila ingin tetap eksis dalam pasar global. Seluruh pelaku usaha mau tidak mau harus mempersiapkan diri bila ingin tetap sukses dalam era perdagangan bebas.
Mudzakar salim 41216110049 - Kewirausahaan 1 kamis.
ReplyDeleteharus memiliki hard skill dan soft skill saat masuk didunia usaha, & menggunakan teknologi jaringan yang dapat membantu produktivitas bisnis bekerja lebih efisien, mengurangi biaya, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan mampu bersaing dengan para kompetitor agar menang dalam persaingan, terutama dalam rangka MEA
terima kasih.