Pages

KAA Media Group

Apr 23, 2013

Etika Bisnis dan Tanggungjawab Sosial

Oleh : Atep Afia Hidayat - - Begitu cepatnya perkembangan yang terjadi dalam dunia bisnis, hingga secara akumulasi mampu memacu pertumbuhan ekonomi nasional. Tetapi, ternyata aspek pertumbuhan itu kurang diimbangi dengan pemertaan, maka terjadilah kasus kesenjangan sosial dan ekonomi. Kesenjangan makin melebar jika upaya kearah pemerataan tidak dijalankan secara intensif.


Prinsip umum dalam dunia bisnis, yakni mencari benefit yang maksimum. Faktor modal dan berbagai sumberdaya dikerahkan untuk mendapatkan out put yang memiki nilai lebih. Untuk mencapai sasaran tersebut banyak hal yang harus “dikorbankan”, meskipun “pengorbanan” itu secara tidak langsung.

Dalam konteks “pengorbanan” tersebut seringkali terjadi penyimpangan, umpamanya tenaga kerja yang dibayar tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, hingga upah tersebut tidak bisa menutupi kebutuhan dasar (basic need) dari tenaga kerja. Dalam model relasi yang demikian, berarti unsur tenaga kerja yang mensubsidi pelaku bisnis. Lantas, apakah hal tersebut tidak menyimpang dari etika bisnis? Apakah pelaku bisnis yang bertindak bisa dikatakan memiliki tanggungjawab sosial?

Tenaga kerja merupakan faktor produksi, di samping modal, bahan baku, mesin dan lahan. Para pelaku bisnis biasanya berupaya menekan ongkos produksi, yakni untuk memperoleh benefit yang maksimum. Upah tenaga kerja yang dibayar rendah merupakan langkah efisiensi yang sangat keliru. Sebab, bagaimanapun tingkat upah ini akan berkaitan erat dengan tingkat produktivitas.

Upah yang rendah menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan fisik minimum (KFM), lebih jauh lagi akan menimbulkan penurunan motivasi kerja. Padahal, tenaga kerja merupakan aset terpenting bagi setiap perusahaan, merupakan faktor yang menentukan tinggi rendahya produktivitas dan efisiensi perusahaan.

Etika Bisnis dan HIP
Mulai tahun 1975 diperkenalkan kebijaksanaan mengenai ketenagakerjaan dalam bentuk HIP (hubungan Industrial Pancasila). Di dalam HIP diatur antara pelaku proses produksi (tenaga kerja), pengusaha pemilik modal (pelaku bisnis), konsumen dan pemerintah, supaya antara unsur-unsur tersebut terjadi interaksi dengan sifat saling mufakat dan saling merasa memiliki. Dalam HIP juga pemerintah mengeluarkan kebijakan mengenai KKB (Kesepakatan Kerja Bersama), yang meliputi ketentuan upah minimum (KUM), jaminan keselamatan kerja dan tunjangan.

Etika bisnis dalam kaitannya dengan masalah ketenagakejaan sebenarnya sudah cukup dirinci di dalam HIP. Tetapi, ternyata sampai saat ini penyimpangan-penyimpangan dari etika tersebut sering terjadi.

Agar perkembangan bisnis selalu dalam kondisi yang sehat, maka etika bisnis harus tetap ditegakkan. Sebab, bagaimanapun bisnis bukan sekedar kegiatan ekonomi semata, tetapi, juga menyangkut tanggungjawab sosial. Bisnis akan terus tumbuh jika lingkungan sosial kondusif. Lingkungan sosial  meliputi tenaga kerja dengan segenap permasalahannya. Gejolak sosial yang muncul, seperti  dalam bentuk aksi pemogokan, akan menimbulkan kemandegan pertumbuhan perusahaan.

Menyangkut Masyarakat
Bisnis tumbuh ditengah-tengah masyarakat, bahkan segala aktivitas selalu berkaitan erat dengan masyarakat. Dengan demikian masyarakat senantiasa menerima dampak eksternal dari berbagai kegiatan bisnis, baik dampak positif atau negatif.

Umpamanya dengan pembukaan  industry baru, dampak eksternal positif yang muncul, antara lain terjadinya penyerapan tenaga kerja. Selain itu, terjadi juga peningkatan pendapatan masyarakat di sekitarnya. Dengan munculnya bisnis baru ditengah-tengah masyarakat, bisa memacu kegiatan perekonomian domestic.

Hal itu ditandai dengan meningkatnya keluar masuk uang dan barang, juga sarana transportasi menjadi tersedia. Beberapa kota baru tiba-tiba muncul dan banyak diekspos, misalnya Cikampek, Cikarang, Cilegon, Bontang, Batam dan Lhoksumawe. Kota-kota kecil tersebut dulunya kurang dikenali, lantas mendapat perhatian besar, antara lain karena kehadiran berbagai aktivitas bisnis, terutama sektor industri.

Dengan munculnya kawasan bisnis baru, masyarakat disekitarnya akan mengalami transformasi sosial, ekonomi bahkan budaya. Arah transformasi tersebut bisa positif, bisa pula sebaliknya. Contoh yang negatif, umpamanya meningkatnya budaya komsumerisme dan pemindahan status kepemilikan lahan.

Dengan dibukanya kawasan industri baru atau pusat-pusat bisnis, terjadilah upaya pembebasan tanah, kasus ini bisanya menyebabkan kekurangpuasan dalam hal ganti-rugi, yang penyelesaiannya bisa berlarut-larut. Jika penanganan proses “pemindahan status pemilik lahan” ini kurang seksama dan tidak disertai tanggungjawab sosial, maka bisa menimbulkan dampak eksternal bisnis yang negatif, yakni meluasnya pengangguran dan kemiskinan.

Kehadiran berbagai sektor bisnis di tengah-tengah masyarakat, selalu menimbulkan dampak eksternal positif dan negatif. Masalahnya, jenis dampak eksternal yang mana paling dominan. Di sinilah letak pentingnya etika bisnis dan tanggungjawan sosial, bisnis tidak semata-mata mengejar keuntungan, tetapi juga berupaya untuk ikut meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. Paling tidak, kegiatan bisnis tersebut tidak merugikan masyarakat.

Menyangkut Lingkungan
Aktivitas bisnis terutama sektor industri, seringkali menimbulkan dampak lingkungan yang negatif. Dalam berbagai proses produksi dihasilkan gas polutan atau limbah bentuk padat dan cair. Dampak dari pelimbahan yakni merosotnya mutu lingkungan yang secara langsung menyebabkan merosot pula mutu hidup masyarakat sekitarnya. Udara yang dihirup menjadi tercemar. Selain itu, limbah banyak berupa racun yang dapat mengancam kelangsungan hidup masyarakat.

Jika kasus pelimbahan dan polutan sudah tak terkendalikan lagi, maka sudah menunjukkan terjadinya penyimpangan etika bisnis dan degredasi tanggungjawab sosial dari pelaku-pelaku bisnis. Padahal biaya kompensasi untuk merehabilitasi lingkungan yang rusak jauh lebih mahal, juga biaya itu hanya sebagian kecil saja yang ditanggung pelaku bisnis, sebagian besar lainnya justru ditanggung oleh anggota masyarakat yang bersangkutan, atau subsidi dari pemerintah.

Ternyata, berbagai aktivitas bisnis memerlukan filosofi bisnis, yakni etika bisnis dan tanggungjawab sosial, yang harus benar-benar di realisasikan, antara lain untuk meredam terjadinya dampak internal atau eksternal yang negatif. Dengan diterapkannya etika bisnis yang disertai tanggungjawab sosial, bisnis akan tumbuh dan berkembang karena terciptanya iklim dan lingkungan yang kondusif. Bisnis dalam kondisi yang demikian  diharapkan bisa memacu terjadinya pemerataan.  (Atep Afia)

8 comments:

  1. Etika bisnis yang baik harus dianut oleh semua pengusaha karena terlibat dalam praktik tidak etis, yang mungkin termasuk melanggar hukum, dapat mengakibatkan denda berat atau kurangnya kepercayaan oleh anggota masyarakat.
    Pada intinya, bersikap etis sebagai orang bisnis membangun citra kehandalan dan menetapkan reputasi dengan pelanggan Anda, dua hal yang sangat penting untuk bisnis. Kebanyakan orang bisnis tidak mengambil minat dalam menerapkan etika bisnis. Kebanyakan dari mereka berpikir bahwa membuat keuntungan adalah hal yang paling penting tapi mereka menyadari kemudian, tidak peduli seberapa keras mereka mencoba, mereka tidak mencapai tujuan mereka.

    ReplyDelete
  2. @B-13 Mokh Alfan Novianto, Tugas TB-05
    Bisnis harus beretika, etika bisnis harus menjiwai setiap aktifitas bisnis didunia, karena bisnis merupakan aktifitas manusia secara sukarela, maka aktifitas bisnis harus didasari oleh etika. Aktifitas bisnis harus dilandasi etika bisnis, Pebisnis perlu memahami bahwa dengan bisnis beretika mereka mampu memperoleh keuntungan, meskipun berbisnis tidak dengan etika juga akan memberikan kepada mereka keuntungan. Dengan demikian sebaiknya pebisnis memahami bahwa mereka perlu melaksanakan etika berbisnis tanpa berbohong atau tanpa berbuat curang untuk memperoleh keuntungan sesaat. jika pebisnis mengerti dan memahami maka mereka tidak akan mau melakukan tindakan bisnis korup yang merugikan konsumen.

    ReplyDelete
  3. @D12-Agus, Tugas TB-05
    Etika bisnis dan tanggung jawab sosial yang harusnya berjalan berbarengan dimana ketika kita berbisnis memang kita tidak boleh merugikan siapapun juga, dang memang harus setiap kita pelaku bisnis harus memiliki tanggung jawab ssosial yang lebih.

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  5. @E13-Elgi, @Tugas B05
    dalam berbisnis harus selalu mengedepankan etika, karena di dalam bisnis yang di jalani pasti akan menyangku berbagai pihak, yang sudah di bahas dalam artikel salah satunya menyangkut dengan lingkungan sekitar, sudah di pastikandampak negatif terhadap lingkungan pasti terjadi, sebagai yang elakukan bisnis harus bisa meminimalkan dampak dari limbah dengan melaqkukan pengolahn limbah agar limbah yang di buang tidak terlalu merugikan lingkungan sekitar

    ReplyDelete
  6. Sita Amaliasari 43116120056-KWU Kamis

    Berkembangnya bisnis di Indonesia memang sangat bagus untuk pertumbuhan ekonomi. Namun sebaiknya perkembangan bisnis dibarengi dengan tanggung jawab sosial yang ada di sekitarnya. Para pelaku usaha seharusya menyadari akan hal ini. Kenyataannya tanggung jawab sosial tidak banyak diterapkan oleh opara pelaku usaha.Contohnya tanggung jawab sosial terhadap lingkungan disebutkan Jika kasus pelimbahan dan polutan sudah tak terkendalikan lagi. Disini peran pemerintah seharusnya ada. Sebaiknya pemerintah menindak tegas para pencemar lingkungan. Dengan memberi perjanjian dan sanksi misalnya.

    ReplyDelete
  7. Dwi Prastika-43117110345-KWU Kamis

    Perkembangan bisnis di negara berkembang seperti Indonesia butuh support, perhatian, dan kejelian dari pemerintah. Dalam artian,jangan sampai banyak terjadi kasus dimana sebuah bisnis sudah berkembang jauh dengan jumlah pekerja yang banyak, tetapi jika ditelusuri kelayakannya mulai dari keterkaitan dengan internal (pekerja) atau dengan eksternal seperti lingkungan atau masyarakat sekitar ternyata jauh dari kata layak atau bisa dikatakan bermasalah. Maka hal ini akan lebih sulit jika harus dibenahi.

    Sedari awal bisnis akan dijalankan, pemerintah harus mampu memberikan edukasi kepada pihak pelaku bisnis serta mampu bersikap tegas jika memang usaha yang akan didirikan ternyata banyak melanggar aturan.

    Selain memperjelas dan memperketat aturan tersebut, proses pengawasan juga sangat diperlukan agar keep on track.

    Oleh karenanya, butuh kepedulian dari semua pihak untuk sama-sama berusaha mewujudkan perkembangan bisnis yang baik dengan berpedoman pada etika bisnis dan tanggungjawab sosial.

    ReplyDelete
  8. Ade ika 46116120043 kWU senin

    Untuk memulai sutu bisnis dan memanajemen karir kita harus mengetahui etika berbisnis yang baik. Artikel ini sangat membantu para pebisnis pemula.

    ReplyDelete

Note: Only a member of this blog may post a comment.