Ya, Beliau akan habis masa
jabatannya tahun 2014 mendatang. Masih relatif lama memang. Tetapi kasak-kusuk
perihal siapa pengganti Beliau sudah mulai marak. Tahun 2014 Beliau memang
harus mengakhiri masa jabatannya, sesuai dengan bunyi UUD. Lantas, bisakah
Beliau meninggalkan singgasananya dengan legowo, secara mulus, tanpa
embel-embel, tanpa obsesi untuk “memperpanjang” dengan dinastinya.
Ya, Beliau naik ke puncak kekuasaan
tentu dengan membawa gerbong. Tidak mungkin naik sendiri toch. Nah, dua kali
masa kekuasaan beliau tentu menjadi modal bagi salah satu gerbong terdepannya
untuk menjadi lokomotif sebagaimana Beliau. Ya, bisa istri Beliau, anak Beliau,
teman atau anak buah beliau. Wajar saja toch terjadi, dan hal itu bukan hanya
di Indonesia saja, di beberapa negara Asia lainnya juga terjadi, bahkan di
Amerika Serikat sekalipun, misanya ada dinasti Bush.
Menurut informasi dari salah satu
lembaga survei, nama istri Beliau kini sudah mulai masuk bursa calon. Ya, kalau
mampu dan mendapat dukungan mayoritas rakyat, kenapa tidak. Asal ditempuh
dengan demokrasi yang sebenarnya, bukan demokrasi kongalingkong atau demokrasi
simsalabim.
Meskipun tidak ada gebrakan yang
fantastis dan spektakuler, toch memasuki dua periode kepemimpinan Beliau,
negeri ini relatif aman dan terkendali. Meskipun rakyat miskin tambah banyak
dan jumlah pengangguran terus bertambah (di atas kertas justru sebaliknya),
namun menurut staf Beliau negeri ini mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup
baik. Mungkin maksudnya terutama pertumbuhan harga sembako, seperti cabai yang
pernah menyentuh Rp. 90 ribu per kg, begitu pula bahan kebutuhan pokok lainnya,
harganya meroket dan melangit.
Dalam masa kepemimpinan Beliau
pemberantasan terorisme begitu gencar, bahkan sampai dalangnya pun bisa di-dor.
Jaringannya di-uber sampe ke desa terpencil, hutan dan pegunungan.
Pemberantasan terorisme setidaknya mengurangi intensitas dar-der-dor bom
meleduk, sehingga memberikan ketenangan bagi rakyat, wisatawan dan investor.
Sebuah prestasi memang, bisa membuat AS dan sekutunya berbangga dan memberikan
pujian. Bahkan, Obama pun tidak takut-takut lagi untuk berkunjung ke sini.
Namun ironinya prestasi membasmi
terorisme tidak diimbangi dengan prestasi membabat korupsi. Seolah terkesan
mandul dan tidak berdaya. Tak heran jika koruptor kelas kakap seperti Gayus
bisa meng-obok-obok proses dan lembaga peradilan. Belum lagi kasus lainnya yang
tidak pernah tuntas, bahkan Kasus Bank Century yang sudah mendapat sorotan dan
rekomendasi DPR RI untuk segera dituntaskan, seolah hilang senyap begitu saja.
Ya, banyak catatan bagus, cukup dan
kurang sepanjang masa kepemimpinan Beliau. Tentu saja kita sebagai rakyat wajib
memberikan apresiasi secara obyektif, meskipun tidak ikut menjadi pendukung
kendaraan politiknya, meskpun tidak memilih Beliau dalam pilihan 2009 lalu. Ya,
2014 Beliau akan lengser dengan meninggalkan beragam kelebihan dan
kekurangannya.
Harapannya, pengganti Beliau kelak
tentu harus lebih berkualitas sebagai RI 1. Siapapun itu, RI 1 mendatang akan
mendapat tantangan yang jauh lebih berat, baik secara internal maupun
eksternal. Namun hendaknya pengganti Beliau tidak termasuk golongan L-4 (loe
lagi loe lagi).
Seolah-olah negeri berpenduduk
terbanyak ke-4 di dunia ini kekurangan calon pemimpin bangsa, sehingga yang masuk
bursa pencalonan dalam belasa tahun hanya itu-itu saja. Menyedihkan memang.
Padahal negeri ini menyimpan banyak potensi pemimpin bangsa, hanya persoalannya
para pemimpin tua (60 tahun ke atas) tidak mau mengalah, di sisi lainnya para
pemimpin muda (40 tahunan) selalu merasa ewuh-pakewuh (mungkin takut kewalat).
Nah, cobalah berembug untuk memikirkan kepentingan rakyat, kepentingan
nasional, bahkan kepentingan global. Bagaimanapun, 2014 harus terjadi suksesi
yang sukses. (Atep Afia)
Kurniyanto Bayu Anggoro
ReplyDelete@E02-Bayu, @Tugas B05
Berbicara soal jelang pilpres 2014 kala itu. Kira-kira siapa yang akan menggantikan SBY dari segala kekurangan maupun kelebihan yang ditinggalkan dari masa kepemimpinannya. Ternyata Jokowi…
@E34-Sylvana, @Tugas B05
ReplyDeletePilpres atau pemilihan presiden setiap lima tahun sekali merupakan ajang politik yang menarik dan berisi aneka kepentingan, demokrasi indonesia sangat dapat dilihat kedewasaannya ketika pemilu dilakukan , tindakan tindakan yang menyimpang seperti politik uang atau monopoli suara disuatu daerah kerap kali mencoreng keelokan bangsa indonesia, seyogyanya politik harus menjunjung LUBERJURDIL agar pesta demokrasi khusunya pemilihan presiden dapat berjalan aman dan kondusif.