Sebagai komparasi Bangsa
Amerika Serikat tahun 2012 ini sudah memasuki usia 236 tahun; Bangsa Australia
sudah berusia 111 tahun; Bahkan Perancis sudah berusia 1.526 tahun dan Bangsa
Bulgaria berusia 1.380 tahun. Tampak jelas bahwa Bangsa Indonesia masih
tergolong sebagai bangsa yang muda di dunia, namun masih lebih tua jika
dibandingkan dengan Bangsa Malaysia 55 tahun dan Bangsa Singapura 47 tahun; serta
Bangsa Kazakstan dan Ukraina yang sama-sama berusia 21 tahun.
Melalui
pengelolaan oleh beberapa rejim yang berkuasa, mulai dari Rejim Soekarno,
Soeharto, Habibie, Megawati sampai Soesilo Bambang Yudhoyono, belum ada
tanda-tanda kebangkitan Indonesia menjadi salah satu Negara terkuat di dunia,
minimal di Asia. Saat Soeharto memegang kendali pemerintahan memang ada
fenomena Indonesia menjadi satu dari empat macan Asia, namun bersamaan dengan
lengsernya Soeharto, maka sebutan tersebut menjadi nyaris tak terdengar. Bahkan
muncul kesan Indonesa seperti menjadi “macan ompong” di Asia Tenggara.
Sebenarnya
banyak faktor yang dapat menunjang untuk diraihnya posisi negara terkuat di
Asia bahkan di dunia. Pertama faktor sumberdaya penduduk yang secara kuantitas
menempati urutan nomor empat di dunia. Setelah Cina, India dan Amerika Serikat,
posisi berikutnya adalah Indonesia.
Kedua faktor sumberdaya alam yang termasuk
paling kaya di dinia, mulai dari pangan, flora, fauna, mineral, energi, laut
dan sebagainya. Indonesia berlimpah segalanya, tidak ada satupun Negara di
Eropa yang mendekati kekayaan alam Indonesia. Ketiga faktor historis di mana di
Indonesia pernah berdiri beberapa Negara besar seperti Majapahit, Sriwijaya dan
Samudera Pasai. Ketiga factor tersebut semestinya menjadi inspirasi bagi
kebangkitan Indonesia.
Berdasarkan
beberapa tolok ukur posisi Indonesia dibandingkan dengan dengara lain di dunia
masih “memprihatinkan”. Sebagai gambaran menjelang akhir Juni 2012 The Fund For Peace (FFP) yang berpusat di Washington DC, AS,
menerbitkan Indeks Negara Gagal. Ternyata posisi Indonesia berada di peringkat
ke-63 dari 178 negara di seluruh dunia. Hal itu menjadikan Indonesia berada
dalam kategori “warning”, jika salah kelola terus berlanjut maka segera
bergabung dengan kelompok gagal. Ternyata beragam indikator seperti Health,
Education, Income, Inequality, Poverty, Gender, Sustainability dan Demography
Indonesia kurang menggembirakan.
Cerita kegagalan
masih berlanjut, berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau human Development Indeks (HDI), ternyata posisi Indonesia masih sangat rendah. Menurut United Nations
Development Program (UNDP), IPM Indonesia tahun 2011 berada pada posisi 124(termasuk
Medium Human Development) dari 187 negara yang disurvei, yaitu hanya dengan
skor 0,617.
Berdasarkan IPM Indonesia tergolong Negara kelas tiga, di mana
kelas satu termasuk kelompok “Very High Human Development” (peringkat 1 – 47);
Kelas dua “High Human Development” (peringkat 48 – 94); Kelas tiga “Medium
Human Development” (peringkat 95 – 141); dan Kelas empat “Low Human
Development” (peringkat 142 – 187). Bandingkan dengan pencapaian Singapura
dengan skor 0,866; Brunei (0,838);
Malaysia (0,761), Thailand (0,682,) dan Filipina (0,644). Apalagi jika
dibandingkan dengan Jepang (0,901) dan Korea Selatan (0,897).
Masih ada
indikator lainnya yang mengindikasikan adanya “salah urus” atau “kurang kelola”
dari Negara Indonesia, yaitu hasil Olimpiade London 2012. Pesta olah raga antar bangsa seluruh
dunia bisa menjadi indikator kekuatan suatu bangsa. Pencapaian Indonesia yang
mewakili bangsa Indonesia masih sangat memprihatinkan.
Meskipun dalam hal ini
kita harus menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya bagi peraih medali
perak dan perunggu, yaitu dua atlet dari cabang angkat besi asal Balikpapan (Kalimantan
Timur), lifter Eko Yuli Irawan yang menyumbangkan medali perunggu dan Triyatno yang menyumbangkan medali perak.
Bayangkan jika Eko Yuli dan Triyatno tidak berprestasi, maka nama Indonesia
menjadi tidak tercantum.
Peringkat ke 63
bersama lima negara lainnya, dengan perolehan satu perak dan satu perunggu
itulah posisi Indonesia dalam ajang pesta olah raga sedunia tersebut. Secara
berurutan Amerika Serikat, Cina, Inggris, Rusia dan Korea Selatan masih
menempati posisi lima besar Olimpiade.
Sementara dalam
cabang sepak bola yang merupakan olah raga paling digemari di Indonesia, bahkan
di dunia, kondisi dan posisi sepak Indonesia dapat dikatakan “sangat
mengenaskan”. Pengelolaan sepak bola sangat amburadul dengan manajemen yang
tidak jelas. Menurut FIFA, Indonesia berada pada peringkat 159
dari 206 negara.
Posisi yang
diraih Indonesia secara jelas menunjukkan adanya kegagalan dalam pengelolaan
dan pembinaan olah raga di Indonesia. Dengan diraihnya raport “sangat merah”
tersebut, mengingat dalam beberapa olimpiade sebelumnya Indonesia selalu meraih
emas, sudah semestinya ada pihak yang secara sportif menyatakan “gagal” atau
“tidak mampu”, sehingga sebagai konsekuensinya harus mengundurkan diri dan
diganti dengan orang yang memiliki kompetensi dalam pembinaan olah raga
nasional. Sederhananya, Menteri Olah Raga sudah sewajarnya mundur dari
jabatannya karena memperhatikan ketidakmampuannya.
Berdasarkan beragam
indikator tersebut, saat memasuki usia kemerdekaan yang ke 67, Indonesia
ternyata masih “terlelap dalam tidur panjangnya”. Dengan kata lain Indonesia
sudah mencapai kemerdekaan, namun ternyata belum benar-benar bangkit.
Indonesia
termasuk kelompok Negara yang “terancam” dikatagorikan Negara gagal. Di sisi
lainnya Indeks Pembangunan Manusia Indonesia termasuk kelompok Negara kelas
tiga. Secara sederhana dapat dilihat dari carut-marutnya prestasi olah raga
nasional di pentas dunia (olimpiade), termasuk pencapaian prestasi sepak bola
yang makin mengenaskan.
Indonesia
meliputi negara, rakyat (bangsa) dan pemerintahan. Negera Indonesia meliputi
daratan seluas 1,9 juta km2 , kalau dihitung dengan lautan mencapai
5,8 juta km2, dengan beragam kekayaan sumberdaya alam di permukaan
dan di dalamnya; Rakyat Indonesia sudah mencapai jumlah 260 juta jiwa (2011);
dan pemerintahan di Indonesia sudah berganti beberapa rejim baik Orde Lama,
Orde Baru maupun Orde Reformasi.
Dinamika pemerintahan di Indonesia belum mencapai
kondisi di mana posisi bangsa dan negara menjadi salah satu yang terkuat di
dunia, minimal di Asia. Pemilu 2014 menjadi asa dan memunculkan obsesi akan
adanya pemerintahan yang piawai dalam mengelola sumberdaya bangsa dan negara.
(Atep Afia).
Tugas T05, @C06-AHMAT
ReplyDeletePemerintah harusnya berfikir keras dalam membangun sistem yang ada di Indonesia.Pemerintah haruslah memberikan perlakuan yang sama terhadap seluruh WNI.Pembangunan seharusnya tidak hanya di satu pulau atau tempat tertentu. Bila rakyat di satu wilayah sejahtera harusnya semua wilayah juga harus sejahtera agar asas Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia dapat diwujudkan. Kebangkitan Nasional harus terwujud dengan semangat Persatuan, Kesatuan dan Nasionalisme diikuti dengan kesadaran untuk memperjuangkan Kebangkitan Negara Indoneisa.
Adik Mukti
ReplyDelete@E03-Adik, @Tugas B05
Menarik jika kita membahas tentang histori dari negara kita ini.
mungkin kebangkitan bangsa akan tercapai jika kebutuhan rakyat terpenuhi. untuk rezim sekarang ini menurut saya jauh lebih baik daripada rezim-rezim sebelumnya.
di era Pak Jokowi ini fokus kepada infrakstruktur negara, dan di harapkan dengan demikian akan membantu untuk menopang kemajuan bangsa. di era ini juga kerjasama dengan negara-negara lain juga di tingkatkan serta pemberantasan koruptor negara juga lebih di tingkatkan, sungguh sangat berbeda dengan rezim SBY.