Pages

KAA Media Group

Apr 23, 2013

Keberadaan Buah Lokal

Oleh : Atep Afia Hidayat - Sebelumnya kita membahas pengertian buah lokal, apakah itu ? Buah lokal meliputi dua macam, yang pertama adalah buah yang varietas tanamannya asli Indonesia dan ditanam petani  di Indonesia; yang kedua ialah buah yang varietas tanamannya dari negara lain namun ditanam petani di Indonesia. Dengan demikian, buah lokal itu buah yang dihasilkan petani Indonesia terlepas dari mana asal varietasnya.


Kalau dicermati sejarahnya, memang sebagian buah yang dikenal buah lokal Indonesia  merupakan pendatang dari negara lain, yang lantas dibudidayakan di Indonesia, sebagai contoh Apel Malang atau Anggur Probolinggo. Ada beberapa petani yang berimprovisasi dengan membawa bibit atau benih buah dari luar negeri, kemudian ditanam di Indonesia, ternyata berhasil, maka penanamananya pun meluas. Pada jaman penjajahan colonial Belanda, banyak juga orang Belanda yang rajin membawa berbagai tanaman termasuk buah-buahan dari negara lain, lalu dibudidayakan di Indonesia.

Sebagai negara tropis Indonesia memiliki plasma nuftah buah-buahan yang paling beragam. Bahkan di hutan-hutan tropis yang ada di Sumatera, Kalimantan dan Papua masih tersimpan cadangan plasma nuftah buah-buahan yang belum dibudidayakan, sebutannya “buah liar”. Buah-buahan yang belum dibudayakan tersebut tampak eksotik dan sangat langka. Hal itu memiliki prospek pengembangan yang baik, mengingat permintaan buah seperti itu akan meningkat terus. Ada kecenderungan yang langka itulah biasanya yang diburu bahkan dibeli dengan harga mahal.

Negara seperti Selandia Baru  cukup berhasil mengekspos dan mempopulerkan buah lokalnya, yaitu Kiwi, ke manca negara. Begitu pula dengan Thailand yang menambahkan ikon Bangkok ke dalam komoditas buah-buahannya, sehingga dikenal durian bangkok, jambu bangkok, dan sebagainya. Potensi buah-buahan Indonesia jauh lebih besar, persoalannya belum ada upaya yang benar-benar serius untuk mengangkatnya ke pentas dunia.

Sebagai contoh Salak, memiliki penampilan yang eksotik, bagaimana caranya supaya go global. Diperlukan promosi yang berkesinambungan disertai manajemen produksi yang baik. Dengan promosi secara gencar maka permintaan salak akan meningkat pesat, hal itu perlu didukung oleh ketersediaan produk.

Kalau kita memperhatikan pasar buah di Indonesia akan terasa begitu mengenaskan, apalagi kalau memiliki nasionalisme yang relative baik. Ternyata yang dijajakan di kios-kios pinggir jalan sampai yang dipajang di super market mewah, dominasi buah impor begitu tampak. Buah local nyaris tidak berkutik, sulit bersaing karena berbagai sebab.

Harus  diakui, memang ada yang salah urus dalam pengelolaan perbuahan ini. Di satu sisi potensi cadangan genetik atau plasma nuftah buah-buahan begitu berlimpah, baik yang ada di kebun, pekarangan maupun  hutan. Selain itu petani buah-buahan tersebar hampir di setiap kabupaten di Indonesia, yang saat ini makin banyak yang beralih profesi dan komoditi.

Di sisi lainnya  dalam setiap rejim pemerintahan di Indonesia, selalu dilengkapi dengan  Departemen Pertanian atau Kementerian Pertanian (http://www.deptan.go.id), yang dilengkapi Direktorat Jenderal Hortikultura (http://www.hortikultura.go.id) , bahkan disertai Direktorat Budidaya Tanaman Buah (http://ditbuah.hortikultura.go.id) .

Jadi Pemerintah RI tidak main-main dalam menangani masalah perbuahan, tidak tanggung-tanggung ada direktoratnya dengan segala visi, misi, strategi, rencana, program,  aparat anggaran berikut  kelengkapannya. Selain itu masih ada yang namanya Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika (Balitbu) dan Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro).

Masih ada lagi sisi lainnya dari perbuahan di Indonesia, yaitu keberadaan Fakultas Pertanian di berbagai Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta (PTN dan PTS), yang memiliki akademisi dan peneliti mulai dari yang bergelar magister, doktor sampai professor. Kalau dicermati mungkin sudah ada ratusan ribu artikel jurnal, makalah, skripsi, tesis dan disertasi mengenai buah-buahan, baik tinjauan budidayanya, pasca panen, maupun social ekonomi.

Nah, selayaknya berbagai potensi perbuahan tersebut bersatu-padu  dan bersinergi untuk  menyelamatkan keberadaan buah lokal. Targetnya jangan dulu muluk-muluk , yang penting menguasai minimal lima puluh persen pangsa dalam negeri. Target ekspor bisa saja ditetapkan, namun yang lebih penting kuasai dulu pasar lokal. Bagaimana supaya buah lokal menjadi tuan rumah di negerinya sendiri. Jangan seperti saat ini ketika buah lokal hanya berperan sebagai pelengkap penderita.

Begitu pula untuk konsumen dalam negeri, perlu ditumbuhkan kesadaran akan keberadaan dan masa depan buah lokal. Kecintaan terhadap buah lokal menjadi cerminan rasa nasionalisme. Dampaknya akan sangat luar biasa jika orang Indonesia lebih memilih buah lokal Indonesia, mulai dari membaiknya perekonomian petani buah, berkembangnya agribisnis buah, penghematan devisa, dan sebagainya.

Saat ini masih banyak buah lokal  yang namanya saja masih asing ditelinga. Pernah mendengar nama buah lahung ? Buah yang mirip durian tersebut adanya di pedalaman Kalimantan. Begitu pula jenis buah-buahan lainnya seperti  matoa, kepel, briba, rukam, buni atau mundu ? Dulu sewaktu Jakarta masih memiliki kebun-kebun buah ada yang namanya salak condet, dan saat ini penampakannya sudah sangat langka.

Ternyata Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya alam yang sangat luar biasa. Bisa dikatakan sebagai salah satu negara dengan sumberdaya alam paling kaya di dunia. Namun kiprah sang pengelola (beberapa rejim pemerintahan) tampaknya belum piawai, masih menelantarkannya dan mungkin tidak tahu apa yang harus diperbuat. Bahkan dengan entengnya sebagian kekayaan alam tersebut digadaikan kepada bangsa lain. Ya, dalam bidang buah-buah pun secara diam-diam beragam plasma nuftah atau cadangan genetik sudah berada di negara-negara lain.

Jangan heran jika pada masa mendatang, kita mengimpor mangga dari Australia. Karena di sana saat ini sedang dikembangkan perkebunan mangga yang terus berbuah tanpa mengenal musim. Bahkan durian Bangkok yang sangat terkenal itu, nenek moyangnya diduga berasal dari Pandeglang, Banten. Itulah sekelumit nasib buah-buahan di negeri buah-buahan. (Atep Afia)

13 comments:

  1. Mengherankan memang, setelah membaca artikel ini baru tersadar, dengan segala upaya pengembangan, tetapi kenyataannya buah lokal masih lebih banyak digemari. Sedikit terlintas dalam benak saya, apakah memang masyarakat ini lebih puas dengan buah ber lebel import, atau memang karena lebih bergengsi memakan buah ber lebel import sehingga sedikit melupakan nuah lokal.

    ReplyDelete
  2. Buah-buahan yang bermacam-macam itu pada akhirnya bermuara pada konsumsi dan penjualan kepada pasar. yang harus dilakukan adalah stop impor buah. sebab buah impor jauh lebih murah dibanding buah lokal dan itulah yang diinginkan para pedagang buah, membeli lebih murah agar menjualnya tidak mahal. pemerintah harus meminimalisir impor buah yang sejatinya sudah banyak di Indonesia, karena yang lebih esensial adalah 'matinya' para petani buah-buahan.

    ReplyDelete
  3. @B-13 Mokh Alfan Novianto Tugas, TB-05
    kualitas dari buah lokal harus lebih ditingkatkan agar kepedulian masyarakat untuk membeli buah lokal lebih tinggi karena keberadaan buah lokal di negeri sendiri lebih sedikit dibandingkan jumlah buah impor yang memang segi penampilan jauh lebih menarik padahal indonesia merupakan negara yang subur dan kaya akan sumber daya alam yang seharusnya bisa menjadi negara pengekspor buah.

    ReplyDelete
  4. @D12-Agus, Tugas TB-05
    Buah-buahan lokal harus terus di budidayakan atau khas indonesia karena bagaimanapun itu salah satu ciri khas penghasilan negeri ini, jangan sampai kalah dengan buah non lokal yang di budidayakan yanag akan mengancam keberadaan buah tersebut

    ReplyDelete
  5. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  6. @E13-Elgi, @Tugas B05
    sangat di sayangkan skali, keberadaan buah lokal di indonesi jarang sekali di minati di pasar-pasar besar seperti di kebanyakan supermarket lebih menjajakan buah impor, padahal negara kita yang memiliki iklim tropis seharusnya mampu menembus itu semua,

    ReplyDelete
  7. ADE IKA 46116120043 KWU-SENIN
    keberadaan buah lokal memang sangat menguntungkan bagi negara kalau negara pandai mengelolah dan membudidayakanya. dan kita sebagai warga negara indonesia sudah sepatutnya mencintai buah lokal dibandingkan buah import. karena indonesia itu kaya akan sumber daya alam dan bisa dimanfaatkan sebagai sumber penghasilan negara sebagai negara yg mengeksport buah bukan sebagai sebaliknya.

    ReplyDelete
  8. Nunung Arifah / 43217110020 / KWU Senin
    Untuk meningkatkan penjualan buah lokal maka hal itu dapat dimulai dari diri kita sendiri. Ketika kita sebagai warga negara indonesia lebih mencintai produk dalam negeri seperti buah-buahan lokal maka harapannya adalah kita tidak lagi tergantung terhadap buah-buahan impor. Namun hal tersebut harus diimbangi dengan peningkatan kualitas buah lokal, sebaiknya para petani buah di indonesia lebih kreatif dan lebih aktif untuk menggali ilmu dalam bidang meningkatkan kualitas buah yang mereka tanam, dan bisa di bantu oleh pemerintah, instansi terkait, maupun perguruan tinggi dalam bidang pertanian untuk lebih banyak memberikan penyuluhan kepada para petani buah. Dan cara lain kita dapat menjual buah-buahan tersebut dalam bentuk makanan olahan, seperti keripik apel, keripik salak, manisan rambutan, selai nanas dan masih banyak jenis olahan buah lainnya. Dengan menjadi makanan olahan maka akan membuat nilai jual buah itu bertambah, bahkan jika olahan buah tersebut memiliki rasa yang bersaing bisa kita jadikan ajang bisnis dan komoditas ekspor.

    ReplyDelete
  9. Rico Pratama/41516110183/KWU Kamis


    Penyebab mahalnya harga buah lokal terjadi lantaran tingginya ongkos logistik yang ditanggung pedagang perantara. Yang bikin mahal itu ongkos transportasinya. Bisa bayangkan sendiri, biaya kirim jeruk dari Pontianak ke Jakarta, lebih mahal daripada impor Jeruk Mandarin dari China. Kondisi inilah yang jadi salah satu sebab buah impor China yang harganya lebih murah membanjiri pasar di dalam negeri. Meski secara kualitas dan rasa, buah lokal tak kalah dengan buah dari impor.

    ReplyDelete
  10. Rico Pratama3/14/2018 3:42 PM

    Rico Pratama/41516110183/KWU Kamis


    Penyebab mahalnya harga buah lokal terjadi lantaran tingginya ongkos logistik yang ditanggung pedagang perantara. Yang bikin mahal itu ongkos transportasinya. Bisa bayangkan sendiri, biaya kirim jeruk dari Pontianak ke Jakarta, lebih mahal daripada impor Jeruk Mandarin dari China. Kondisi inilah yang jadi salah satu sebab buah impor China yang harganya lebih murah membanjiri pasar di dalam negeri. Meski secara kualitas dan rasa, buah lokal tak kalah dengan buah dari impor.

    ReplyDelete
  11. Dhea kusumawardhan - 41216110078 KWU Kamis

    Sangat disayangkan apabila buah lokal tidak lebih dikenal pada masyarakatnya sendiri. tidak hanya buah yang sering lebih dikenal masyarakat sendiri sebenarnya. namun jika hal ini semakin lama semakin menjadi, bisa akan jadi, produk-produk dari negara sendiri akan tertinggal dan kita akan semakin lebih mengutamakan impor daripada menggunakan produk lokal. hal ini sangat disayangkan karena akan dapat pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi indonesia dan pendapatan masyarakat indonesia. sehingga untuk pemerintah sebaiknya lebih dikelola kembali produksi lokal dibanding mengeksposed produk dari luar. karena apa yang negara kita miliki sudah cukup kaya dibanding negara lain hanya kurang di pemasaran dan pengelolaannya.

    ReplyDelete
  12. muhammad alamin imam utomo nim 41117110030 kwu kamis

    melihat posisi indonesia sebagai negara tropis sangatlah mengherankan,mungkin karena kesadaran masyarakat indonesia yg kurang sadar dalam hal mencintai buah lokal,maka dari itu pemerintah harus giat dalam mempromosikan buah lokal baik di dalam maupun di luar negeri,pemerinth juga harus membatasi buah impor

    ReplyDelete
  13. Galang Abid Hermawan 41117110050 kwu kamis

    Buah lokal sudah cukup baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi buah lokal, hanya saja pemerintah juga harus membatasi kuota buah impor agar konsumsi buah lokal bisa maksimal

    ReplyDelete

Note: Only a member of this blog may post a comment.