Pages

KAA Media Group

Apr 21, 2013

Lebih Serius Mengurusi Indonesia

Oleh : Atep Afia Hidayat - Melalui rangkaian proses sejarah yang panjang, belasan ribu pulau bergabung menjadi negara Indonesia, ratusan juta penduduk bersatu menjadi Bangsa Indonesia. Negara Indonesia meliputi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang sangat potensial, bahkan termasuk lima besar dunia. Namun kenapa sampai melampaui 65 tahun masa kemerdekaannya, bangsa dan negara yang besar ini belum banyak diperhitungkan. Cenderung masih menjadi obyek bangsa-bangsa lainnya, sumberdaya alam yang berlimpah itu belum begitu diraskan manfaatnya, bahkan banyak dimanfaatkan bangsa-bangsa lain. Sumberdaya manusia dan sumberdaya alam belum bersinergi secara optimal, lantas kira-kira apa penyebabnya ?

Lahan subur yang salah urus

Sumberdaya alam Indonesia yang sangat-sangat-sangat berlimpah ibarat sebidang lahan subur. Lahan subur hanya akan menjadi lahan terlantar atau berubah menjadi tandus, jika tidak dikelola dengan benar. Lahan subur memerlukan sentuhan tangan petani yang handal dan profesional. Petani yang mengerti bagaimana mengelola lahan, memberi pupuk, menanam benih, memelihara tanaman, memanen, dan memperhatikan keberlanjutan atau daya dukung lahan.

Sumberdaya alam Indonesia pun memerlukan petani profesional dan handal. Tanpa pengelolaan yang baik dan bijaksana, maka sumberdaya alam indonesia akan terlantar, bisa tandus, bahkan menjadi gurun. Sebagai contoh, bagaimana bencana banjir di Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat, meluluhlantahkan sumberdaya alam yang ada. Hal itu akibat salah kelola. Dalam eksploitasi sumberdaya alam, aspek daya dukung dan keseimbangan lingkungan tidak dihiraukan. Kepentingan ekonomi mengalahkan kepentingan ekologi. Sang pengelola sudah mati rasa akibat memburu devisa, yang terjadi justru binasa, karena melampaui batas-batas kemampuan alam. Kasus pemerkosaan sumberdaya alam sebenranya terjadi di seluruh pelosok Indonesia, dengan tingkat kerusakan yang sangat bervariasi.

Bercermin dari sepak bola

Dalam satu negara, ada sumberdaya alam dan sumberdaya manusia, serta ada pengelolanya. Lahan subur dengan pengelolaan oleh petani yang handal dan profesional, tentu saja akan menghasilkan panen yang berlimpah yang berkepanjangan.

Sama seperti sumberdaya alam, sumberdaya manusia pun harus dikelola secara handal dan profesional. Jika tidak, maka akan terjadi pemborosan sumberdaya manusia, bahkan potensi itu akan menjadi beban. Sumberdaya manusia harus produktif dan proaktif, perlu upaya pengembangan berbagai aspeknya, baik fisikal, mental, intelektual, spiritual, maupun sosial.

Kekalahan Tim Sepak Bola Nasional (Timnas) Indonesia dari Uruguay, dengan skor 7-1, secara tidak langsung memberikan gambaran, bahwa di salah satu bidang terjadi ketidakmampuan sang pengelola dalam mengelola sumberdaya manusia. Hal ini menjadi cermin, bahwa di bidang-bidang lain pun ketidakmampuan sang pengelola ini begitu kasat mata. Lantas, siapakah Sang Petani atau Sang Pengelola itu ??? (Atep Afia)

2 comments:

  1. Kenapa pertanian indonesia tidak maju?
    1. Hama yang ada di indonesia yang bermutasi.
    Kemungkinan penggunaan insektisida dan pestisida yang berlebihan sehingga membuat gagal panen.
    2. Kondisi lahan yang tidak kondusif.
    Para petani indonesia ternyata tidak mendapat penyuluhan yang memadai mengenai cara merawat dan memperbaiki lahan dengan baik.
    Kenapa sepakbola indonesia tidak maju ?
    1. Politik
    Di Indonesia semua menjadi tidak sehat karena hampir semua klub dimiliki atau minimal direcoki oleh politik. Hampir 80% klub di Indonesia dikendalikan oleh kepala daerah, sehingga sering terjadi dana APBD yang seharusnya oleh kepala daerah dipakai buat masyarakat umum untuk kepentingan umum malah di gunakan untuk operasional klub.
    2. Tidak ada nyawa sepakbola
    Begitupun dengan pengurus PSSI kebanyakan bukan seseorang yang mencintai sepakbola dengan hati namun malah “menggantungkan hidup” dan menjadikan sepakbola Indonesia sebagai ajang komersialisme, sehingga tidak heran jika disini sering terjadi pertentangan dan dualisme karena memang PSSI itu “kue” yang lezat untuk dinikmati.
    3. Kompetensi yang kurang baik
    Peraturan yang tidak tegas adalah salah satu borok yang mengganggu kompetisi di Indonesia. ISL sebagai kompetisi tertinggi selalu mendengungkan nafas “profesionalisme” namun hal yang terjadi sebenanrnya kebalikannya. Dengung profesionalisme hanya ada di kertas, sebab klub yang profesional adalah klub yang bisa membiayai dirinya sendiri..
    4. Pembibitan usia muda yang buruk
    Anak muda berbakat dalam sepakbola di Indonesia sangat banyak bahkan sering kita mendengar anak-anak kecil kita yang berusia belasan tahun bisa menjuarai kejuaraan kompetisi sepakbola anak-anak seperti danone. Namun selepas anak-anak atau remaja kemana mereka pergi?,Hal ini bisa terjadi karena tidak adanya pembinaan yang berkelanjutan, Andai sejak kecil anak-anak berprestasi di bina dan didik maka bisa dipastikan kita akan memiliki sebuah generasi emas yang bagus.

    ReplyDelete
  2. @B27-WILLY, TB05

    Kalau kita lihat secara lebih kritis,
    Kita tidak hanya dapat mengandalkan pemimpin saja..
    Namun kita sebagai masyarakat juga harus mampu meningkatkan sumber daya kita.
    Sehingga dapat saling berkontribusi dengan perkembangan negri ini

    ReplyDelete

Note: Only a member of this blog may post a comment.