Oleh ; Atep Afia Hidayat - Tuhan memberikan kebebasan kepada mahluknya yang bernama manusia untuk hidup sebebas-bebasnya ? Apakah setuju, tidak setuju, atau ragu-ragu dengan pernyataan tersebut. Hak setiap orang untuk berbeda pendapat dan tidak memaksakan pendapat kepada orang lain. Bahkan para Nabi dan Rasul diutus untuk “menyampaikan” pesan Tuhan, dan bukan “memaksakan”.
Pada dasarnya setiap manusia dihadirkan di Planet Bumi dengan membawa misi individual, dengan tugas dan kewajiban yang melekat pada pribadinya. Kelak agenda sepanjang perjalanan hidup itu harus dipertanggung-jawabkan secara transparan dan menyeluruh dihadapan pengadilan akherat. Setiap tarikan nafas harus dipertanggung-jawabkan, setiap detik demi detik yang terus berlalu juga harus dipertanggung-jawabkan. Semua aspek seperti kata demi kata, langkah-demi langkah, rupiah demi rupiah, juga harus dipertanggung-jawabkan.
Tuhan memberikan kebebasan absolute pada setiap manusia untuk memilih dan memilah jalan hidup masing-masing, mau patuh, setengah patuh, bahkan ingkar sekalipun terhadap aturan main yang dibuatNya boleh-boleh saja. Namun pilihan hidup yang dipilih tersebut tentu saja ada konsekuensinya. Di balik semua kebebasan hidup ada evaluasi dan penilaian yang berlangsung secara terus-menerus, tanpa jeda. Semua poin nanti diakumulasikan, mana yang lebih banyak, poin positif atau negative, poin patuh atau ingkar. Sederhana bukan ?
Manusia dilahirkan di Planet Bumi (untuk sementara ini belum ada yang dilahirkan di planet lain) dengan satu misi, yaitu pengembaraan untuk mengabdikan diri (beribadah) kepada Tuhan Sang Maha Pencipta. Pengabdian atau ibadah ditempuh dengan berbagai upaya, kerja, sikap, ucap, rasa, pikir dan gerak rohani. Namun tidak ada pemaksaan, semua manusia diberi kebebasan memilih.
Mau pilih jalan yang baik dan benar; jalan yang baik tapi tidak benar; atau jalan yang tidak baik dan tidak benar. Tuhan itu Maha Esa, secara logika sudah tentu jalan yang baik dan benar yang benar-benar dibuatNya hanya satu.
Dengan kata lain, hanya ada satu panduan orisinil dan otentik untuk kehidupan manusia yang dibuat oleh Tuhan. Selain dari yang satu (jalan yang baik dan benar), bisa saja panduan memang dibuat oleh Tuhan, namun sudah banyak “dipelesetkan” oleh manusia. Bisa juga panduan hidup manusia itu memang benar-benar dibuat oleh manusia sendiri, dengan maksud sebagai upaya pendekatan terhadap Tuhan.
Dengan kemampuan akal atau pikirannya manusia bisa belajar dan menelaah perihal panduan hidup yang harus dijalankannya, mana yang benar-benar otentik dan orisinil yang berasal dari Tuhan Sang Maha Pencipta. Alangkah ruginya dan sia-sianya jika menjalani kehidupan dengan patuh pada aturan, namun kemudian hari diketahui aturan yang diikuti melenceng dari jalan yang benar.
Manusia bebas menetapkan misi kehidupannya, misalnya “aku hidup untuk kekasihku”; “aku hidup untuk mencapai karir puncak”; “aku hidup untuk bangsa dan negaraku”, dan sebagainya. Padahal idealnya “aku hidup untuk Tuhanku”. Seperti telah dijelaskan di atas, bahwa Tuhan telah menyusun suatu “kurikulum” untuk kehidupan manusia, supaya manusia mempunyai arah dan landasan, sehingga tidak tersesat. Tetapi tidak ada pemaksaan, boleh dipilih atau diabaikan, namun tetap ada perhitungannya.
Begitu bertebaran beragam panduan hidup, mulai dari a sampai z, berikut kombinasinya, dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Bahkan baik disadari atau tanpa disadarinya, setiap orang bisa membuat panduan masing-masing, bisa memiliki pandangan atau paradigma hidup masing-masing. Lantas, mau meng-akses jalan hidup yang mana untuk diterapkan ? Ya Tuhan kami, pimpinlah kami ke jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan yang Engkau murkai dan bukan jalan yang sesat. (Atep Afia).
Tuhan memberikan kebebasan absolute pada setiap manusia untuk memilih dan memilah jalan hidup masing-masing, mau patuh, setengah patuh, bahkan ingkar sekalipun terhadap aturan main yang dibuatNya boleh-boleh saja. Namun pilihan hidup yang dipilih tersebut tentu saja ada konsekuensinya. Di balik semua kebebasan hidup ada evaluasi dan penilaian yang berlangsung secara terus-menerus, tanpa jeda. Semua poin nanti diakumulasikan, mana yang lebih banyak, poin positif atau negative, poin patuh atau ingkar. Sederhana bukan ?
Manusia dilahirkan di Planet Bumi (untuk sementara ini belum ada yang dilahirkan di planet lain) dengan satu misi, yaitu pengembaraan untuk mengabdikan diri (beribadah) kepada Tuhan Sang Maha Pencipta. Pengabdian atau ibadah ditempuh dengan berbagai upaya, kerja, sikap, ucap, rasa, pikir dan gerak rohani. Namun tidak ada pemaksaan, semua manusia diberi kebebasan memilih.
Mau pilih jalan yang baik dan benar; jalan yang baik tapi tidak benar; atau jalan yang tidak baik dan tidak benar. Tuhan itu Maha Esa, secara logika sudah tentu jalan yang baik dan benar yang benar-benar dibuatNya hanya satu.
Dengan kata lain, hanya ada satu panduan orisinil dan otentik untuk kehidupan manusia yang dibuat oleh Tuhan. Selain dari yang satu (jalan yang baik dan benar), bisa saja panduan memang dibuat oleh Tuhan, namun sudah banyak “dipelesetkan” oleh manusia. Bisa juga panduan hidup manusia itu memang benar-benar dibuat oleh manusia sendiri, dengan maksud sebagai upaya pendekatan terhadap Tuhan.
Dengan kemampuan akal atau pikirannya manusia bisa belajar dan menelaah perihal panduan hidup yang harus dijalankannya, mana yang benar-benar otentik dan orisinil yang berasal dari Tuhan Sang Maha Pencipta. Alangkah ruginya dan sia-sianya jika menjalani kehidupan dengan patuh pada aturan, namun kemudian hari diketahui aturan yang diikuti melenceng dari jalan yang benar.
Manusia bebas menetapkan misi kehidupannya, misalnya “aku hidup untuk kekasihku”; “aku hidup untuk mencapai karir puncak”; “aku hidup untuk bangsa dan negaraku”, dan sebagainya. Padahal idealnya “aku hidup untuk Tuhanku”. Seperti telah dijelaskan di atas, bahwa Tuhan telah menyusun suatu “kurikulum” untuk kehidupan manusia, supaya manusia mempunyai arah dan landasan, sehingga tidak tersesat. Tetapi tidak ada pemaksaan, boleh dipilih atau diabaikan, namun tetap ada perhitungannya.
Begitu bertebaran beragam panduan hidup, mulai dari a sampai z, berikut kombinasinya, dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Bahkan baik disadari atau tanpa disadarinya, setiap orang bisa membuat panduan masing-masing, bisa memiliki pandangan atau paradigma hidup masing-masing. Lantas, mau meng-akses jalan hidup yang mana untuk diterapkan ? Ya Tuhan kami, pimpinlah kami ke jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan yang Engkau murkai dan bukan jalan yang sesat. (Atep Afia).
menurut saya,manusia memang memiliki kebebasannya masing-masing dalam hidup ini,namun semua kebebasan itu harus tetap pada jalurnya dan tetap dalam kontrol yang wajar sebagaimana mestinya ia dalam mengatur kehidupannya dengan baik.
ReplyDeletepada dasarnya manusia memiliki kebebasan sendiri atau hak pribadi. tetapi ada batasanya dalam kebebsan. daerah barat banyak yang sudah menyalahkan kebebasan dengan berbuat dosa. tentu ini salah pengertian dari kata kebebasan. kata kebebasan disini yaitu bebas memberikan pendapat, dll. oleh karena itu kita hrs terus minta petunjuk dan memiliki pola bahwa kebebasan yang tidak baik jangan kita ikuti.
ReplyDeleteMenurut saya, saya setuju dengan pendapat bapak bahwa kita hidup untuk Tuhan. Namun bagaimana cara kita agar bisa hidup untuk Tuhan ? tetap melaksanakan perintah-Nya dan tetap menjauhi larangan-Nya adalah hal terbaik yang bisa dilakukan agar hidup kita benar-benar hidup untuk Tuhan.
ReplyDeleteTerimakasih
saya sangat setuju dengan adanya kebebasan dalam kehidupan manusia,namun kebabsan sering di salah artikan oleh sebagian orang,kebebasan yang sejati adalah kebebasan yang sesuai dengan ketentuan yang sudah di tentukan oleh sang pencipta,
ReplyDeletesekian terima kasih.
manusia dan kebeasannya itu benar tapi mengapa diindonesia ini kebebasan itu dilanggar oleh pemerintahan dan hanya mementingkan kepentingan pribadi saja dimana letak kebebasan itu buat masyarakat yg lemah. apa fungsi pancasila dan undang undang dasar dinegara ini, itu hanya simbol di kaum borjuis yg semata mata mereka lah yg hanya memiliki kebebasan diatas kebebasan orang lain.
ReplyDelete@E27-Fernando,@TugasB05