Oleh : Atep Afia Hidayat - Semula ginseng hanya merupakan tumbuhan liar atau gulma. Sejak 15 abad yang lalu, ketika Cina di bawah kekuasaan Kaisar Wen, ginseng sudah tercatat dalam buku kuno Kuang-wu Hsing chi. Saat itu di Desa Lu-an (saat ini masuk wilayah Propinsi Shanxi, dengan ibukota Taiyuan, dan memiliki luas wilayah 157.100 km2), ada kegiatan penduduk membongkar tumbuhan liar, yang dianggap mengganggu lalulintas pejalan kaki.
Namun ternyata, akarnya berbentuk menakjubkan, menyerupai orang lengkap dengan dua tangan dan dua kaki. Sejak itulah muncul istilah gin-seng, berasal dari kata dalam Bahasa Cina jen-shen atau ren-shen (tubuh manusia). Disebut ginseng karena akarnya mirip tubuh manusia.
Dalam perkembangan selanjutnya, ginseng diyakini mengandung beragam khasiat, disertai dalam pengobatan tradisional dan sebagai bahan minuman kesehatan.
Dalam perkembangan selanjutnya, ginseng diyakini mengandung beragam khasiat, disertai dalam pengobatan tradisional dan sebagai bahan minuman kesehatan.
Ginseng diyakini dapat meningkatkan imunitas tubuh, penawar racun, memperbaiki sistem pencernaan (menyehatkan lambung), menghilangkan stress, memperkuat jantung, menyembuhkan diabetes, memperbaiki sirkulasi darah, merangsang pembentukan darah, menurunkan kolesterol, memperkuat daya kerja limpa, menguatkan ginjal, membuat awet muda, meningkatkan gairah seks, memperbaiki vitalitas tubuh, dan sebagainya.
Karena sederet daftar khasiatnya itu, ginseng banyak dicari dan semakin popular. Banyak industri farmasi, jamu dan minuman kesehatan yang “menjual” ginseng.
Dalam kondisi permintaan meningkat dratis, dan di sisi lainnya persediaan ginseng menjadi langka, maka munculah ginseng-ginseng palsu. Berbagai jenis tumbuhan, asalkan akarnya mirip tubuh manusia selalu disebut ginseng, sehingga banyak konsumen yang terkecoh.
Dalam kondisi permintaan meningkat dratis, dan di sisi lainnya persediaan ginseng menjadi langka, maka munculah ginseng-ginseng palsu. Berbagai jenis tumbuhan, asalkan akarnya mirip tubuh manusia selalu disebut ginseng, sehingga banyak konsumen yang terkecoh.
Menurut Hou (1978), dalam bukunya Ginseng, The Myth and the Truth, ginseng meliputi spesies Panax ginseng (ginseng Cina dan Korea), Panax japonica (ginseng Jepang), dan Panax quinquefolium (ginseng Amerika), termasuk famili Araliaceae. Dengan demikian habitat dari ginseng yang asli ialah daerah sub-tropis, yang memiliki empat musim.
Ginseng yang asli relatif dibudidayakan di Indonesia, yang tergolong daerah tropis. Namun di Indonesia pun ternyata banyak tumbuhan mirip ginseng, yang juga berkhasiat, seperti kolesom (Talinum paniculatum) dan talesom (Talinum tragulare).
Yang membedakan ginseng asli dengan yang palsu, terutama menyangkut bentuk morfologi dan kandungan bahan kimianya (fitokimia). Berkat kemajuan teknologi kimia, melalui kromatografi, bisa diteliti lebih lanjut mengenai molekul atau senyawa yang terkandung pada jenis dan bagian tumbuhan. Kandungan ginseng antara lain terdiri dari triterpen saponosida (saponin ginseng), triester, panaxatriol.
Jika semula khasiat ginseng hanya berupa mitos dan keyakinan, maka selanjutnya untuk beberapa khasiat dapat dibuktikan secara ilmiah. Sebagai contoh, sekitar tahun 1940-an, peneliti di Jepang menguji-cobakan pemberian ekstrak akar ginseng (mengandung panaksosida, sejenis glikosida saponin) pada tikus percobaan. Ternyata, sebagian besar tikus ekornya menjadi tegang.
Untuk sementara belum ada penjelasan mengenai fenomena tersebut, hanya muncul bahwa ginseng dapat menyembuhkan lemah syahwat.
Melalui kajian ilmiah sekitar tahun 1980-an, baru diperoleh jawaban, ternyata saponin ginseng dapat meningkatkan konsentrasi DNA dan RNA pada kelamin tikus jantan, sehingga tikus-tikus tersebut menjadi lebih bergairah. DNA (deoxyribonucleic acid-asam doeksiribonukleat) merupakan molekul yang menyampaikan informasi genetik atau sifat organism yang bersangkutan.
Yang membedakan ginseng asli dengan yang palsu, terutama menyangkut bentuk morfologi dan kandungan bahan kimianya (fitokimia). Berkat kemajuan teknologi kimia, melalui kromatografi, bisa diteliti lebih lanjut mengenai molekul atau senyawa yang terkandung pada jenis dan bagian tumbuhan. Kandungan ginseng antara lain terdiri dari triterpen saponosida (saponin ginseng), triester, panaxatriol.
Jika semula khasiat ginseng hanya berupa mitos dan keyakinan, maka selanjutnya untuk beberapa khasiat dapat dibuktikan secara ilmiah. Sebagai contoh, sekitar tahun 1940-an, peneliti di Jepang menguji-cobakan pemberian ekstrak akar ginseng (mengandung panaksosida, sejenis glikosida saponin) pada tikus percobaan. Ternyata, sebagian besar tikus ekornya menjadi tegang.
Untuk sementara belum ada penjelasan mengenai fenomena tersebut, hanya muncul bahwa ginseng dapat menyembuhkan lemah syahwat.
Melalui kajian ilmiah sekitar tahun 1980-an, baru diperoleh jawaban, ternyata saponin ginseng dapat meningkatkan konsentrasi DNA dan RNA pada kelamin tikus jantan, sehingga tikus-tikus tersebut menjadi lebih bergairah. DNA (deoxyribonucleic acid-asam doeksiribonukleat) merupakan molekul yang menyampaikan informasi genetik atau sifat organism yang bersangkutan.
Sedangkan RNA (ribonucleic acid asam ribonukleat) merupakan transkripsi DNA, yang antara lain berperan dalam cysteine, histidine, dan sebagainya). Sedangkan hubungannya dengan penyembuhan lemah syahwat pada kaum adam, dalam kondisi tertentu ekstrak akar ginseng dapat membantu, terutama jika “kelemahannya” disebabkan oleh beragam stress.
Khasiat ginseng, hanya mitos atau suatu kebenaan ilmiah, perlu pembuktian lebih lanjut. Namun fakta menunjukkan, tingkat kebugaran yang tinggi pada bangsa Korea, Cina dan jepang, secara signifikan dipengaruhi oleh budaya mengkonsumsi ginseng dan tumbuhan berkhasiat lainnya, yang sudah berlangsung sejak belasan abad yang lalu. Indonesia yang berada di kawasan tropis banyak menyimpan tumbuhan berkhasiat, yang bias saja ada yang mengungguli ginseng.
Khasiat ginseng, hanya mitos atau suatu kebenaan ilmiah, perlu pembuktian lebih lanjut. Namun fakta menunjukkan, tingkat kebugaran yang tinggi pada bangsa Korea, Cina dan jepang, secara signifikan dipengaruhi oleh budaya mengkonsumsi ginseng dan tumbuhan berkhasiat lainnya, yang sudah berlangsung sejak belasan abad yang lalu. Indonesia yang berada di kawasan tropis banyak menyimpan tumbuhan berkhasiat, yang bias saja ada yang mengungguli ginseng.
Selain itu, pada era Majapahit dan Sriwijaya, rakyatnya dikenal memiliki “semangat juang” yang tinggi, berarti kondisi mental dan fisiknya prima. Adakah catatan dan bukti sejarah mengenai tumbuhan berkhasiat yang digunakan oleh raja, tentara dan rakyat pada masa itu. Apakah jahe, temulawak, kencur, atau kunyit? Sebagaimana ginseng yang menyertai kebangkitan bangsa-bangsa di kawasan Asia Timur. (Atep Afia)
yaa saya kira juga memang ginseng itu bisa menambah stamina, kita lihat saja atlet-atlet di negara jepang, cina, dan lagi korea itu sangat kuat sekali staminanya. Banyak yang mengatakan bahwa atlet tersebut sering mengkonsumsi ginseng
ReplyDeleteSejak jaman dahulu sampai sekarang ginseng memang dianjurkan untuk menambah stamina. contoh paling sering kita lihat yaitu banyak di jual oleh penjual jamu gendong. selain itu minuman instan banyak juga yang mengandung komposisi dari ginseng.
ReplyDelete