Selang beberapa hari, tepatnya
Rabu, 7 September 2011, terjadi kembali kecelakaan di mana sebuah
kendaraan minibus travel menyeruduk truk
di Km 93+100 (arah Bandung – Jakarta). Kejadian tersebut menewaskan enam orang
yang semuanya warga kebumen.
Masih ada lagi, Sabtu, 10
September 2011, sebuah kecelakaan tunggal kembali terjadi, sebuah mobil
terbalik di Km 95+700 (arah Bandung – Jakarta). Kecelakaan terakhir tidak
menimbulkan korban jiwa, namun dari rangkaian kejadian sepatutnya dilakukan
evaluasi menyeluruh terhadap keberadaan tol Cipularang. Sebenarnya apa
penyebabnya, apakah faktor pengemudi, kendaraan, kondisi jalan, atau kondisi
alam di sekitar jalan ?
Menurut berbagai sumber,
beberapa ruas jalan yang rawan kecelakaan ialah
Km 96, Km 97, Km 85, dan antara
Km 77-79. Dengan demikian perlu ada perhatian khusus dan perlakuan khusus
terhadap ruas-ruas tersebut. Sementara
Ir. Jodi Firmansyah, MSE., Ph.D., pakar rekayasa struktur khusus jalan dan
jembatan Institut Teknologi Bandung (ITB) mengusulkan, perlunya dipasang garis
kejut pada beberapa titik yang dinilai rawan kecelakaan, seperti Km 90-100
jalur Bandung– Jakarta maupun Jakarta–Bandung. Disarankan juga supaya pihak
pengelola harus menambah rambu-rambu,
sehingga pengguna jalan akan mendapat
kemudahan.
Titik-titik rawan di tol
Cipularang memang cukup “menggoda” para pengemudi untuk memacu kendaraannya
dalam kecepatan tinggi. Di sisi lainnya di kawasan tersebut angin bertiup
kencang, sehingga kerap mengganggu kondisi stabil kendaraan. Kalau pengemudinya
kurang berpengalaman dan kurang memahami kinerja dan perporma kendaraan, sering
kali timbul oleng dan menyebabkan hilang kendali. Faktor lainnya yang menjadi
penyebab kecelakaan ialah pengemudi yang lelah dan mengantuk.
Jalan tol Cipularang
pembangunanannya dapat diselesaikan pada bulan April 2005. Dalam kondisi lancar
dapat mempersingkat waktu tempuh Jakarta – Bandung, menjadi hanya sekitar satu
setengah sampai dua jam. Jalan tersebut memiliki empat gerbang tol yaitu di Sadang,
Jatilihur, Cikamuning dan Padalarang. Sepanjang lintasan 58,5 km terdapat lima
buah jembatan, yang terpanjang ialah jembatan Cipada sepanjang 72o meter,
terletak di Km 110. Dalam hal ini kontur
jalan tol mulai dari Cikampek sampai Padalarang, memiliki kemiringan agak
menipu dan kelokan sentrifugal, untuk itu dibutuhkan kemampuan fokus dan
tingkat kehati-hatian yang maksimal dari
pada pengemudi.
Untuk menncapai Bandung setelah
lintasan tol Cipularang harus terlebih dahulu memasuki tol Padaleunyi. Jika
seluruh lintasan Cipularang dan Padaleunyi
disatukan maka ruas jalan tol tersebut dinamai Tol Purbaleunyi, dengan
gerbang tol terakhir di Cileunyi, kawasan timur Kabupaten Bandung. Dari
Cileunyi jalan akan bercabang menuju
Cirebon dan seterusnya, serta Tasikmalaya dan seterusnya.
Lantas, upaya apa yang harus
ditempuh supaya frekuensi terjadinya kecelakaan di ruang jalan tol dengan
pemandangan paling indah se-indonesia itu
bisa diminimilisasi ?
Menurut Noviar, Direktur
Eksekutif Indonesia Toll Road and Transportation Watch (IntoTransWatch), faktor penyebab kecelakaan berulang di
beberapa titik ruas tol Cipularang harus
dilihat dengan cermat. Antara lain menyangkut tingkat kedisiplinan pengguna
jalan tol dan kondisi kendaraan.
Menurutnya, sebagai dasar membuat kebijakan untuk
pencegahan terjadinya kecelakaan, semua
stakeholder mulai dari pihak Jasa Marga
sebagai operator jalan tol Cipularang, para pengguna hingga petugas lapangan
serta patroli kepolisian perlu melakukan evaluasi lapangan. Noviar mengungkapkan, menyalahkan secara langsung konstruksi jalan
tol yang sudah dibangun sesuai standar internasional tersebut bukan merupakan solusi.
Kecelakaan demi kecelakaan di
beberapa ruas tol Cipularang sebenarnya bukan misteri. Faktor penyebabnya bisa
berasal dari ketidakdisiplinan pengguna, kendaraan, kondisi jalan dan kondisi
lingkungan setempat, serta kombinasi di antara factor-faktor tersebut. (Atep
Afia).
@B16-KRISNA, TB05 perlu adanya evaluasi dan upaya perbaikan, bagi pengendara harus senantiasa berhati-hati, dan ber do’a untuk keselamatan
ReplyDelete@C19-HILMAN, TC05
ReplyDeleteDalam pembuatan artikel ini kita jadi bisa tahu tentang kejadian yang sangat tidak diinginkan oleh setiap pengendara ketika berada di area tol cipularang. Tol cipularang terkenal dengan misteri kecelakaan kendaraan setiap tahunnya. Kita sebagai pengendara wajib lebih berhati-hati lagi ketika berjalan disana. Dan harapan saya sebagai masyarakat, pemerintah seharusnya dapat mengantisipasi terjadinya kecelakaan lagi.
@D14-Raafi,@Tugas A05
ReplyDeleteKita percaya tidak percaya akan adanya hal seperti itu , tetapi yg namanya kecelakaan sudah ada takdirnya , bisa juga dari faktor manusianya yg kurang fokus atau mengantuk bisa juga dari kendaraannya yg tidak stabil atau mengalami kendala yg menjadikan terjadinya kecelakaan
@D14-Raafi,@Tugas A05
ReplyDeleteKita percaya tidak percaya akan adanya hal seperti itu , tetapi yg namanya kecelakaan sudah ada takdirnya , bisa juga dari faktor manusianya yg kurang fokus atau mengantuk bisa juga dari kendaraannya yg tidak stabil atau mengalami kendala yg menjadikan terjadinya kecelakaan
Hendrik Milion Silaen
ReplyDelete@E16-Hendrik, @Tugas B05
Titik-titik rawan di tol Cipularang memang cukup “menggoda” para pengemudi untuk memacu kendaraannya dalam kecepatan tinggi. Tol Cipularang perlu pembenahan ulang kembali ruas-ruas jalan yang sudah tidak sebagaimana mestinya dilalui kendaraan dan meninjau dan mencari solusi apa penyebab kecelekaan di titik-titik rawan tol Cipulrang. Dengan demikian nanti dapat mengurangi angka kecelakaan lalu lintas di tol Cipularang.