Oleh : Atep Afia Hidayat - Tuhan menciptakan manusia dilengkapi dengan
berbagai perangkat yang menyertainya, baik internal atau eksternal. Perangkat internal
manusia secara biologis tersusun atas triliunan sel, yang sebagian besar adalah
sel hidup. Sel-sel tersebut membentuk jaringan, sedangkan jaringan membentuk
organ, dan kumpulan organ itupun membentuk individu. Manusia tersusun atas
ribuan organ, yang terpenting antara lain otak. Otak manusia tersusun dari 1
triliun sel, di mana 100 milyar di antaranya aktif langsung dalam proses
berpikir. Selain hati (qolbu), organ inilah yang membedakan manusia dibanding
mahluk lainnya, sehingga berhak menyandang predikat sebagai kalifah di Bumi
atau mahluk yang paling sempurna.
Setiap makhluk, apa pun macamnya, hanya dapat
hidup dalam suatu lingkungan yang kondisinya baik, atau paling tidak masih
dalam rentang kisaran toleransinya. Individu-individu suatu populasi makhluk
hidup biasanya akan didapatkan di tempat-tempat yang berkondisi optimum atau
sekitar optimum untuk berbagai faktor lingkungan. Sebaliknya, individu akan
sangat jarang ditemukan di tempat-tempat marginal, yaitu yang kondisinya buruk
atau mendekati batas-batas kondisi yang dapat ditolerir.
Selain faktor kondisi, makhluk hidup juga
harus berada dalam lingkungan yang dapat menyediakan segala sumberdaya yang
dibutuhkannya. Kondisi maupun sumberdaya lingkungan biasanya bervariasi menurut
ruang dan waktu. Manusia pun, seperti makhluk hidup lainnya, hanya akan tinggal
di suatu lingkungan yang kondisinya baik (atau kalau terpaksa, yang kurang baik
tetapi yang masih dapat ditolerirnya), serta yang dapat menyediakan sumberdaya
yang diperlukannya, baik yang bersifat biotik maupun abiotik.
Dengan kelengkapan organ otaknya melalui
fungsi berpikir, manusia mengeksploitasi lingkungannya. Namun proses
eksploitasi ini seringkali melampaui batas, sehingga melampaui keseimbangan
lingkungan. Ternyata manusia tidak cukup hanya berpikir, tetapi harus
dilengkapi dengan berperasaan.
Akibat hanya berpikir dengan motif ekonomi,
maka ratusan juta hektar hutan mengalami kehancuran, seluruh flora dan faunanya
punah tidak bersisa. Ada manusia yang mengeksploitasi hutan secara tradisional
ada juga yang modern dengan menggunakan beragam alat berat. Namun hasilnya
berujung pada kerusakan lingkungan. Dengan demikian dalam berinteraksi dengan
lingkungan perlu motif yang tidak sekedar ekonomi, tetapi motif kesejahteraan
dan keberkahan.
Di dalam motif ekonomi hanya ada upaya
pencarian keuntungan sebanyak-banyaknya, tanpa memperhatikan kelestarian
lingkungan. Sebaliknya dengan motif kesejahteraan dan keberkahan maka aspek
kelestarian lingkungan menjadi prioritas. Sebenarnya langkah eksploitasi
lingkungan syah-sayah saja asalkan dilakukan dengan prinsip kehati-hatian dan
keseinambungan. Manusia diberi otoritas untuk mengelola Planet Bumi, terserah
mau diapakan, dilestarikan atau dihancurkan. Dalam hal inilah pentingnya
berperasaan selain berpikir. Dengan istilah lain, silahkan kelola dan
eksploitasi lingkungan, asalkan dengan hati. (Atep Afia)
Menurut pendapat saya, saat ini susah untuk melarang para penebang pohon liar beroperasi. Jangankan penebang pohon liar, para industri yang memiliki izin menebang pohon pun seharusnya dilarang. Memang sulit menjauhkan hal ini, tetapi sah sah saja apabila ada penanaman pohon kembali, namun membutuhkan waktu yang amat sangat panjang. Apakah bisa mengontrol semuanya? Belum lagi terjadinya musibah seperti kebakaran hutan. Otomatis apabila itu terjadi pohon-pohon yang baru ditanam yang belum siap tebang akan habis terbakar. Lalu sistem penyeimbang akan terganggu. Kalau sudah begini siapa yang akan disalahkan? Maka dari itu cintailah hutan kita seperti kita mencintai Allah swt. Sehingga kita dapat bersyukur atas nikmat yang telah Ia berikan.
ReplyDeleteDalam mengelola lingkungan, bukan hanya membutuhkan suatu otak untuk memikirkan bagaimana caranya agar lingkungan dapat bermanaat untuk kita. Tidak, melainkan kita juga harus menggunakan hatri dalam mengelola lingkungan, agar tidak terjadi tumpang tindih yang mengakibatkan lingkungan tersebut termanfaatkan tapi tidak secara maksimal. Seperti, dalam mengelola lingkungan pergunakanlah hati untuk mengira ngira apa saja dampaknya ketika lingkungan itu kita manfaatkan secara berlebih namun kita sendiri tidak menggantinya. Itulah di butuhkannya hati seorang manusia, bukan hanya akal yang berjalan namun hati juga bertindak.
ReplyDeleteYa saya setuju apabila dikatakan bahwa kita harus mampu menyeimbangkan pikiran dan hati kita dalam mengelola lingkungan. Namun menurut saya, pengelolaan hutan saat ini itu hanya dikelola oleh pikiran saja tanpa menyertakan unsur hati (qolbu) didalam nya. Kita ambil contoh dalam penebangan hutan. Sebenarnya penebangan hutan itu harus dilakukan. Tetapi penebangan hutan yang seperti apa yang seharusnya dilakukan itu ada aturan nya. Penebangan secara konservatif misalnya. Penebangan secara konservatif adalah penebangan dengan cara menebang pohon yang sudah tidak produktif lagi. jadi apabila ada pohon yang masih produktif yang masih dapat tumbuh dan bermanfaat itu lah pohon yang tidak layak di tebang. Dan sebaiknya kita mengubah mindset kita dalam memanfaatkan lingkungan ini. kita harus lebih memprioritaskan kelestarian lingkungan kita dibandingkan mencari keuntungan yang akan kita dapatkan dari lingkungan
ReplyDeletesaya sangat setuju dengan artikel ini karena dengan kita mengolah lingkungan bukan hanya dari otak yang memikirkan bagaimana cara mengolah lingkungan menjadi lebih baik akan tetapi kita menggungakan hati yang tulus. karena dengan hati yang tulus pikiran atau otak kita pun untuk mengolah lingkugan menjadi lebih baik dan hasil yang maksimal.selain itu kita dengan menggunakan otak dan hati dalam pengolahan lingkungan menjadi kita menfaatkaan lingkungan dengan secukupnya tanpa berlebihan. karena kelestarian lingkungan pun harus di tingkatkan.
ReplyDeleteDalam mengelola lingkungan, saya sangat setuju jika kita tidak hanya mengandalkan akal pikiran saja, tetapi juga diseimbangkan dengan perasaan atau hati kita. Tetapi, di zaman sekarang ini terkadang oknum-oknum kerusakan lingkungan hanya mengandalkan akal pikiran saja, seperti dalam penebangan hutan secara ilegal dilakukan atas dasar finansial tanpa memikirkan bagaimana dampak yang sangat buruk bagi kehidupan bumi beberapa puluh tahun ke depannya, disinilah sebenarnya digunakan hati atau perasaan kita. Dimana dalam mengelola lingkungan, kita hendaknya harus berprinsip untuk dapat melestarikannya dan bermanfaat bagi orang banyak, berarti kita harus mempadukan akal pikiran dengan perasaan kita agar tidak terjadi kerusakan atau penjarahan terhadap lingkungan sekitar kita. Karena menurut saya, jika kita melakukan sesuatu didasarkan atas perasaan dan niat yang tulus dan baik untuk sesama, tentu kita akan mempergunakan akal pikiran kita secara logis yang sesuai dengan niat awal kita sebelumnya.
ReplyDeleteSaya setuju dengan artikel di atas, memang saat seseorang mengelola lingkungan untuk memenuhi kebutuhannya, orang tersebut harus menggunakan otak, apa saja yang dia butuhkan, bagaimana caranya, dan apa saja yang akan didapatkannya di lingkungan tersebut, semua pertanyaan ini mudah untuk dipecahkan, namun yang tidak kalah pentingnya juga saat mengelola lingkungan kita harus menggunakn hati, karena lingkungan juga makhluk hidup yang senantiasa meminta timbal balik atas aoa yang telah diberikannya kepada kita, oleh karena itu kita harus menggunakan hati, kira2 kita merugikan lingkungan atau sebaliknya.
ReplyDeleteSaya setuju dengan artikel di atas yang menyatakan bahwa pentingnya berperasaan selain berpikir dan dalam mengelola lingkungan tidak hanya memerlukan otak tetapi juga hati. Misalnya kita menggunakan otak untuk berfikir bagaimana cara terbaik untuk memanfaatkan hutan namun tidak membuat kerusakan pada hutan tersebut. Dan dengan menggunakan hati, kita bisa menahan ego yang terjadi agar otak bisa berpikir jernih tanpa hanya memikirkan keuntungan semata namun juga memikirkan resiko apa yang akan dihadapinya nanti. Seperti apakah menggunakan cara 1 yang akan berdampak ini atau cara 2 yang mempunyai dampak seperti ini dan lain sebagainya. Untuk itu kita membutuhkan hati untuk menyeimbangkan otak kita yang tanpa batas ini.
ReplyDeleteSaya sangat setuju dengan pernyataan diatas. Dalam melakukan pejerjaan apapun, yang kita butuhkan tidak hanya otak saja, kita juga harus menggunakan hati dan perasaan. Karena sepintar-pintarnya manusia dalam mengelola lingkungan, jika mereka tidak menggunakan hati, hasilnya tidak akan baik.
ReplyDeletesaya sependapat dengan artikel diatas, karena setiap manusia pasti mempunyai hati dan otak yang keduanya harus dioptimalkan seoptimal mungkin, dalam mengelola lingkuungan kita harus memakai otak kita untuk dmengoptimalkan fungsi apa dari lingkungan itu sendiri kemudian kita memakai hati untuk menjaga kelestarian lingkungan itu sendiri.
ReplyDeleteYa saya setuju apabila dikatakan bahwa kita harus mampu menyeimbangkan pikiran dan hati kita dalam mengelola lingkungan dengn menggunakan hati dan prsaan kita akan menggunakan semuanya dengan baik dan tidak berlebihan
ReplyDeleteSebenarnya tidak hanya dalam mengelola lingkungan saja kita harus menggunakan otak dan hati,dalam setiap hal yang kita lakukan juga baiknya seperti itu.karena jika kita hanya mengandalkan salah satunya,misalnya kita hanya menggunakan hati kita mengikuti apa kata hati kita tanpa menggunakan akal kita untuk mengetahui baik buruknya,itu pasti tidak baik.
ReplyDeleteMemang benar dalam melakukan hal apapun kita harus menggunakan otak dan hati kita, terutama dalam mengelola lingkunagan. Karena kualitas lingkunagan menentukan masa depan kita.
ReplyDeleteTuhan telah mempercayakan bumi ini untuk kita, jadi sudah kewajiban kita untuk menjaganya.
jika di sekitar kita masih ada orang yang tidak menggunakan otak dan hatinnya dalam mengelola lingkungan (merusak lingkungan) maka ingatkanlah, jika mereka tidak mau berubah mungkin mereka tidak punya otak dan hati. Mungkin jalan terbaik mendoakan mereka semoga di tempatkan di alam yang baru.
Dewasa ini dengan semakin banyaknya populasi manusia dengan aneka ragam kebutuhannya mendorong industri untuk terrus berkembang bukan hanya kualitas yang utama namun juga kuantitas yang terus ditingkatkan guna memenuhi kebutuhan konsumen. Hal ini mendorong pelaku industri mengandalkan segi otak yang dominan dan mengesampingkan hati dalam industri yang dikelolanya. Kebanyakan mereka hanya mengedepankan nafsu guna memperoleh keutungan yang sebesar-besarnya. Mereka tidak sadar bahwa lingkungan/ alamlah yang menyediakan sumber daya untuk mereka, jika alam telah rusak maka tidak ada lagi sumber daya yang bisa digunakan untuk industri.
ReplyDeleteUntuk itu kepada pelaku industri perlu ditekankan pemahaman tentang lingkungan dan menggunakan hati dalam kegiatan industri yang dijalankan, pun untuk kita sebagai generasi penerus yang berpendidikan secara ilmiah, kita juga harus berpendidikan secara emosiaonal/ hati dalam menjaga kelestarian lingkungan. Secara logika mungkin kerusakan lingkungan yang sekarang terjadi belum kita rasakan dampaknya, tapi apakah kita mau mewariskan akibat buruk itu kepada anak cucu kita?????????
tugas nya kie maksudnya baca kan
ReplyDeleteberfikir nya manusia sudah benar untuk memanfaatkan alam utk memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidup , akan tetapi manusia belum cukup dibekali ilmu untuk mengatasi resiko yang akan terjadi setelah aktivitasnya
ReplyDeleteSemua bisa berubah karna kesadaran manusia nya sendiri
ReplyDeleteMemang sangat membutuhkan kesadaran hati dan otak untuk mengelola lingkungan.. Tanpa adanya kesadaran hati dan otak maka pengelolaan tersebut akan sia-sia
ReplyDeletePengelohan hutan dan lingkungan yang baik maka berefek baik juga dalam alam sekitar yang artinya adanya timbal balik antara lingkungan dengan alam dengan demikian keseimbangan lingkungan tetap terjaga
ReplyDeletedalam pengelolaan alam yang baik kita perlu menggunankan otak dan hati kita bagaimana hutan ini terkelola dengan baik.
ReplyDeletememang harus pengelolaan alam harus menggunakan otak dan hati agar dalam mengelola lingkungan, kita hendaknya harus berprinsip untuk dapat melestarikannya dan bermanfaat bagi orang banyak, berarti kita harus mempadukan akal pikiran dengan perasaan kita agar tidak terjadi kerusakan atau penjarahan terhadap lingkungan sekitar kita.
ReplyDeleteSetiap makhluk, apa pun macamnya, hanya dapat hidup dalam suatu lingkungan yang kondisinya baik, atau paling tidak masih dalam rentang kisaran toleransinya. Individu-individu suatu populasi makhluk hidup biasanya akan didapatkan di tempat-tempat yang berkondisi optimum atau sekitar optimum untuk berbagai faktor lingkungan. Sebaliknya, individu akan sangat jarang ditemukan di tempat-tempat marginal, yaitu yang kondisinya buruk atau mendekati batas-batas kondisi yang dapat ditolerir. Di dalam motif ekonomi hanya ada upaya pencarian keuntungan sebanyak-banyaknya, tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan
ReplyDeleteDalam mengelola lingkungan, bukan hanya membutuhkan suatu otak untuk memikirkan bagaimana caranya agar lingkungan dapat bermanaat untuk kita. Tidak, melainkan kita juga harus menggunakan hatri dalam mengelola lingkungan, agar tidak terjadi tumpang tindih yang mengakibatkan lingkungan tersebut termanfaatkan tapi tidak secara maksimal. Seperti, dalam mengelola lingkungan pergunakanlah hati untuk mengira ngira apa saja dampaknya ketika lingkungan itu kita manfaatkan secara berlebih namun kita sendiri tidak menggantinya. Itulah di butuhkannya hati seorang manusia, bukan hanya akal yang berjalan namun hati juga bertindak.
ReplyDeleteMenurut pendapat saya, manusia tinggal di lingkungan yang baik atau tidak itu tergantung dari manusia nya sendiri, alam telah menyediakan sumberdaya yang sangat berlimpah bagi manusia untuk keperluan hidup.ironisnya, manusia justru merusaknya, penggundulan hutan dan pencemaran dimana-mana. andai kata manusia merawat lingkungan hidup tersebut dengan baik kemudian melestarikannya ataupun memanfaatkan dalam artian tidak melampaui batas maka alam pun juga berpihak pada kita. salah satu contohnya adalah kadar oksigen didunia meningkat. tetapi sebaliknya kalau pikiran kita tidak sejalan dengan perasaan sehingga kita memperlakukan lingkungan hidup itu semena-mena maka alam juga tidak akan mencukupi kebutuhan yang kita perlukan atau bisa jadi alam akan membahayakan nyawa kita contohnya seperti global warming, banjir, tanah longsor, dll
ReplyDeleteManusia zaman sekarang sudah tidak berpikir pakai otak manusia di zaman sekarang khusus nya para pengusaha(developer/kontraktor yang tidak bertanggung jawab) berpikir nya sudah memakai ego nya sendiri untuk kepentingan duniawi dan pundi pundi uang semata.
ReplyDeletesaya setuju dengan pendapat di atas, gunakan otak, pikiran, dan hati anda. Temukan jalan yang terbaik untuk memulai. Otak dan hati adalah modal paling mahal di dunia. Saya yakin orang-orang sukses pasti lebih banyak menggunakan otaknya daripada dengkulnya.
ReplyDeletedalam mengelola lingkungan saja kita harus menggunakan otak dan hati,dalam setiap hal yang kita lakukan juga baiknya seperti itu.karena jika kita hanya mengandalkan salah satunya,misalnya kita hanya menggunakan hati kita mengikuti apa kata hati kita tanpa menggunakan akal kita untuk mengetahui baik buruknya,itu pasti tidak baik.
ReplyDelete@B23-YUNITA, Tugas TB05
ReplyDeletesemua makhluk hiudup hanya dapat hidup di lingkungan yang kondisinya baik, paling tidak masih dalam rentang kisaran toleransinya. makhluk hidup akan sangat jarang ditemukan di tempat-tempat yang kondisinya buruk. untuk itu jangan hanya mencari keuntungan sebanyak-banyaknyatapi harus memperhatikan kelestarian lingkungan.