Pada bulan
Desember 2011, para dokter di Mumbai, India, melaporkan tentang sekelompok pasien dengan kondisi resisten secara total
terhadap obat tuberkulosis (TBC). Kementerian Kesehatan India telah menyelidiki
kasus ini. Namun ada laporan sebelumnya di mana kasus ini pernah terjadi. Para
dokter melaporkan, pada tahun 2009 lima belas pasien di Iran dan pada tahun
2007 dua pasien di Italia mengalami kasus yang sama.
Tuberkulosis
adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri, dengan sasaran organ paru-paru.
TBC diperkirakan menyebabkan lima ribu
kematian setiap hari atau sekitar dua juta kematian per tahun.
Beberapa bentuk
bakteri TBC tidak lagi bereaksi terhadap satu atau lebih antibiotik yang biasa digunakan untuk
menyembuhkan penyakit. Jenis ini dikenal sebagai strain yang resisten terhadap
obat. Bahkan ada beberapa strain bakteri TBC yang sama sekali tidak terpengaruh
antibiotik.
Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) merilis, bahwa enam puluh sembilan negara telah
melaporkan kasus TBC yang makin resisten terhadap obat. WHO menyebutkan, paling
tidak ada 25 ribu kasus di seluruh dunia dalam setiap tahunnya. Sementara
Direktur Jenderal WHO, Dr Margaret Chan,
prihatin dengan penyebaran TBC yang makin resisten terhadap obat. Menurutnya hal
ini bisa menjadi bom waktu dan berpotensi menjadi situasi yang eksplosif.
Para pejabat
WHO menyatakan, bahwa kasus TBC yang makin resisten terhadap obat atau
antibiotik telah menjadi persoalan serius di negara-negara berpenduduk
terbanyak seperti India dan Cina. Dalam banyak kasus, ternyata dokter salah
mendiagnosa pasien, memberi mereka
perawatan dan perlakuan yang salah atau
upaya pengobatan yang tidak memadai.
Kesalahan dalam
menggunakan antibiotik akan menyebabkan bakteri mengembangkan ketahanannya
terhadap obat. Neeraj Mistry, seorang dokter kesehatan masyarakat menyebutkan,
bahwa hasil survei menunjukkan dokter
India sangat sedikit yang mengobati pasien TBC dengan obat yang tepat untuk
jangka panjang waktu yang tepat. Persoalan lain ternyata banyak pasien yang
tidak memenuhi keharusan untuk berobat.
Menurut Mistry,
kemunculan TBC yang resisten terhadap obat, merupakan bukti kegagalam dalam
mengelola kesehatan masyarakat. Ketika
aturan pengobatan menjadi tidak efektif, ketika pasien tidak memeiliki
kepatuhan terhadap pengobatan,
memungkinkan munculnya resistensi dari setiap penderita.
WHO
memberitakan, bahwa obat TBC yang lebih
kuat akan tersedia pada akhir tahun 2012 atau awal 2013. Para peneliti juga
terus berupaya menemukan vaksin untuk pencegahan TBC.
Dr Ann Ginsberg
yang bekerja di Aeras Global TB Vaccine
Foundation mengatakan, bahwa proses
pengembangan vaksin memakan waktu lama,
sebagian karena orang sering tidak menunjukkan gejala sakit selama bertahun-tahun setelah
terinfeksi TBC. Dengan demikian ketika melakukan uji coba vaksin, orang-orang
yang diberi perlakuan vaksinasi harus dipantau selama bertahun-tahun. (Atep
Afia. Sumber : VOA Radio, 1 Februari 2012).
Dari mana saja bakteri penyebab TBC biasanya bersarang?
ReplyDeleteApakah bakteri tersebut sama seperti bakteri-bakteri yang lain seperti bakteri ecoli atau sejenisnya?
Pola hidup seperti apa yang dapat menghindari diri kita dari bakteri TBC tersebut??
Apakah Penyebab utama timbulnya virus TBC, kenapa selama ini menyerang negara-negara yang berpenduduk banyak?
ReplyDelete@B21-Djarwoto
Dari mana saja bakteri penyebab TBC biasanya bersarang?
ReplyDeleteApakah bakteri tersebut sama seperti bakteri-bakteri yang lain seperti bakteri ecoli atau sejenisnya?
Pola hidup seperti apa yang dapat menghindari diri kita dari bakteri TBC tersebut??
@B33-Fitria
Priyo Dwi Wijaksono @E17-Priyo, @Tugas B05
ReplyDeleteMenyikapi penyakit TBC, kita harus lebih berhati-hati dalam membeli obat-obatan. Lebih baik langsung obat dari resep dokter.