Oleh : Atep Afia Hidayat - Manusia dalam arena kehidupannya terus berkreasi sepanjang kesempatan masih diberikan oleh Allah SWT, Tuhan Pencipta Alam Semesta. Ya, ada yang namanya kesempatan diberikan kepada siapapun mahlukNya yang dikehendakiNya. Kesempatan menjalani kehidupan dengan beragam pilihan, mau pilih susah atau senang, menderita atau bahagia, miskin atau kaya, rendah diri atau percaya diri, dan sebagainya.
Kehidupan adalah pilihan meskpun disertai dengan paket yang dinamakan keterbatasan. Namun keterbatasan itupun relatif, ternyata banyak orang yang terbatas secara fisik namun tetap meraih perestasi dalam kehidupannya. Dengan demikian banyak manusia yang sengaja membangun tembok keterbatasannya, sehingga kehidupannya makin terjepit dan terkungkung dalam ruang yang sempit.
Kesempatan dan keterbatasan datang bersamaan, namun tergantung pada bagaimana cara berpikir dan habit seseorang, apakah memiliki jiwa petarung atau pecundang. Seseorang dengan jiwa petarung akan terus unggul dalam arena kehidupan seperti apapun.
Sebagai gambaran, seringkali sebuah kota, desa atau wilayah tertentu dilanda musibah berupa bencana, bisa banjir, gempa bumi, kebakaran, kemarau berkepanjangan, dan sebagainya. Dengan bencana tersebut makan kehidupan komunitas setempat menjadi terganggu, kesejahteraan menurun, fasilitas hilang, dan sebagainya. Bahkan adakalanya bencana menghabiskan semuanya, sebagaimana Tsunami di Aceh tahun 2004 yang lalu, banyak desa dan pemukiman yang musnah. Nah itulah cobaan yang berat yang diberikan oleh Sang Pencipta Alam Semesta, lantas bagaimana umat manusia menyikapinya ?
Sebenarnya kehidupan itu tidak berakhir di Bumi ini saja, akan ada episode berikutnya, ada yang dinamakan alam kubur dan alam akherat. Setelah kesempatan manusia menjalani kehidupannya berakhir di Bumi. Dengan apa yang disebut meninggal, wafat, mati, tewas atau istilah apapun, dengan berbagai cara apapun, ada yang sakit jantung, kanker, kecelakaan lalulintas, jatuh, atau meninggal mendadak, maka manusia segera memasuki alam kubur.
Lantas berapa lama harus menempati kapling alam kubur tersebut, tentu sangat beragam, sambil menanti apa yang disebut hari kiamat. Ya, kiamat akan benar-benar terjadi, entah kapan, semua mahluk tidak ada yang tahu, hanya Sang Khalik yang tahu. Saat kiamat terjadi, maka Bumi dan langit akan luluh-lantah, hancur-lebur, benarntakan.
Sebagai gambaran, seringkali sebuah kota, desa atau wilayah tertentu dilanda musibah berupa bencana, bisa banjir, gempa bumi, kebakaran, kemarau berkepanjangan, dan sebagainya. Dengan bencana tersebut makan kehidupan komunitas setempat menjadi terganggu, kesejahteraan menurun, fasilitas hilang, dan sebagainya. Bahkan adakalanya bencana menghabiskan semuanya, sebagaimana Tsunami di Aceh tahun 2004 yang lalu, banyak desa dan pemukiman yang musnah. Nah itulah cobaan yang berat yang diberikan oleh Sang Pencipta Alam Semesta, lantas bagaimana umat manusia menyikapinya ?
Sebenarnya kehidupan itu tidak berakhir di Bumi ini saja, akan ada episode berikutnya, ada yang dinamakan alam kubur dan alam akherat. Setelah kesempatan manusia menjalani kehidupannya berakhir di Bumi. Dengan apa yang disebut meninggal, wafat, mati, tewas atau istilah apapun, dengan berbagai cara apapun, ada yang sakit jantung, kanker, kecelakaan lalulintas, jatuh, atau meninggal mendadak, maka manusia segera memasuki alam kubur.
Lantas berapa lama harus menempati kapling alam kubur tersebut, tentu sangat beragam, sambil menanti apa yang disebut hari kiamat. Ya, kiamat akan benar-benar terjadi, entah kapan, semua mahluk tidak ada yang tahu, hanya Sang Khalik yang tahu. Saat kiamat terjadi, maka Bumi dan langit akan luluh-lantah, hancur-lebur, benarntakan.
Dengan demikian, proses menuju hari kiamat itu ada yang berangkat dari alam kubur, setelah terlebih dahulu dibangkitkan; ada juga yang langsung dari kehidupan di dunia dan mungkin planet lainnya. Lantas setelah kiamat serentak semuanya menuju alam akhirat untuk menjalani seleksi akhir, masuk surga atau neraka. Lantas, berapa lama menghuni kapling surga atau neraka ? Selamanya, tak berujung.
Nah, dengan pemahaman seperti itu, sudah "sewajibnya" setiap manusia serius menginstrospeksi ke-kini-annya. Bagaimana status kehidupannya hari ini, diperkirakan akan berjasa atau celaka. Perjalanan tak berujung memerlukan bekal yang memadai dengan persiapan yang sungguh-sungguh.
Nah, dengan pemahaman seperti itu, sudah "sewajibnya" setiap manusia serius menginstrospeksi ke-kini-annya. Bagaimana status kehidupannya hari ini, diperkirakan akan berjasa atau celaka. Perjalanan tak berujung memerlukan bekal yang memadai dengan persiapan yang sungguh-sungguh.
Sebab semuanya akan diperhitungan, diaudit dengan sangat sangat sangat serius. Apa yang dikerjakan detik ini, emnit ini, jam ini, hari ini, minggu ini dan tahun ini, sangat berpengaruh nyata terhadap kondisi saat ini dan kelak di persimpangan manapun. Memang tidak ada pilihan lain, segera berbenah. (Atep Afia
Ya, perjalanan hidup di dunia belum berujung apabila kita terus melakukan hal-hal positif yang berguna untuk banyak orang lain dan tentunya berguna untuk diri kita sendiri. Sesungguhnya orang yang berputus asa, dia menganggap dirinya sudah berujung pada titik dimana dia sudah berhenti mencoba melakukan sesuatu yang baik, yang bisa mengubah dirinya menjadi yang lebih baik lagi. Padahal, hidupnya masih begitu panjang untuk menggapai apa yang ia cita-citakan. Dan, kita harus memanfaatkan betul selama kesempatan itu masih berpihak pada kita. Karena kesempatan itu datangnya tidak sekali atau dua kali. Kesempatan itu datang berkali-kali, namun banyak yang tidak kita sadari. Jadi, selama kita masih bernafas di dunia, kita harus terus berusaha menggapai apa yang kita cita-citakan. tentunya harus dibarengi dengan menjalankan tugas atau kewajiban kita sebagai umat Islam. Agar di kehidupan selanjutnya, kita mendapatkan tempat yang abadi dan selalu bahagia, yaitu surga.
ReplyDeleteperjalanan hidup tidak akan pernah berhenti sampai nyawa kita di cabut oleh sang pemilik nyawa yaitu Allah SWT. maka dari itu marilah kita menjalani hidup ini dengan hal-hal yang positif, melakukan hal positif juga dapat memberikan rasa nyaman dan bisa terhindar dari murka Allah.
ReplyDeleteTugas T05,@C06-AHMAT
ReplyDeleteKehidupan merupakan perjalanan tak berujung. Entah hidup di dunia, alam kubur maupun akhirat.Semua itu merupakan tahapan-tahapan yang harus kita lalui sejak kita diciptakan. Jadi untuk melaluinya kita harus mengatahui tujuan kita hidup di dunia dan selalu menanamkannya pada diri kita. jadi kita harus selalu berusaha mewujudkan tujuan kita tapan menyampinkan kewajiban kita.
Adik Mukti
ReplyDelete@E03-Adik, @Tugas B05
Kehidupan memang tidak berujung, maka dari itu harus dijalankan secara seimbang antar kehidupan di dunia maupun kehidupan di akherat.