Oleh : Atep Afia Hidayat – Petani adalah pengusaha, terlepas di kelas mana berada. Ada
petani gurem, menengah dan ada pula petani berdasi. Bagi petani menengah dan
petani berdasi, apa yag diusahakannya selalu berorientasi pasar, komoditi apa
yang saat ini sedang laku dan harganya bagus.
Bagi petani kecil, yang merupakan mayoritas masyarakat
pertanian, sekaligus mayoritas Bangsa Indonesia, belum mengacu pada permintaan
pasar. Apa yang diusahakannya sebatas apa yang bisa dilakukannya oleh pendahulu
atau nenek moyangnya.
“Saya mah menahan padi karena ayah dan kakek-buyut
saya juga menanam padi, jika diganti kedelai atau cabe takut kawalat”,
begitu komentar seorang petani ketika diwawancarai mahasiswa peserta kuliah
lapang di suatu desa Jawa Barat.
Ketergantungan terhadap satu komoditi menyebabkan posisi
tawar-menawar yang rawan, jika harga anjlok maka perekonomian rumah tangga pun
turut anjlok. Untuk kebutuhan sehari-hari terpaksa sawah yang hanya beberapa
petak itupun digadaikan.
Petani sayuran di dataran tinggi, baik di Pangalengan,
Lembang, Ciwidey, Tanah Karo atau Dieng, sudah lebih beroreintasi pasar. Hal
itu karena harga komoditi yang selalu berfluktuasi, milsanya harga sekilo kubis
di Pangalengan sering mencapai harga
terendah, sedangkan ongkos angkut makin mahal. Tak heran jika petani pun pernah
membabat tanaman yang siap panen itu untuk dijadikan pupuk hijau.
Kondisi yang demikian sangat ditakuti oleh para petani,
sebagai dampaknya sebelum menanam suatu komoditi tertentu, para petanipun
mengantisipasi pasar dan berspekulasi mengenai komoditi yang diperkirakan
memiliki nilai jual yang bagus.
Bagi petani padi di dataran rendah hal seperti itu tidak
akan terjadi, tak lain karena adanya kebijaksanaan pemerintah dalam hal harga
dasar. Harga dasar memang menolong petani dari kemungkinan anjloknya harga
hingga tingkat terendah, namun harga dasar tidak memungkinkan petani untuk
memperoleh tingkat keuntungan yang sangat tinggi.
Jika tak ada bencana banjir, kemarau, atau serangan hama,
dan panennya bagus, maka petani padi selalu untung, meskipun paspasan. Tetapi
petani bawang putih bisa memperoleh keuntungan berlipat-ganda, tatkala
komoditinya mencapai harga puluhan ribu rupiah per kilogram.
Begitu pula petani komoditi hortikultura lainnya, sering
menikmati harga jual yang tergolong fantastis. Namun suatu ketika harga yang
bagus itu bisa secara tiba-tiba anjlok, antara lain karena panen melimpah. Itulah
dinamika kehidupan petani yang penuh dengan liku-liku, yang selalu dihantui
berbagai fluktuasi, baik musim, jasad pengganggu atau harga pasar.
Untuk meningkatkan kesejahteraan petani kecil, maka
perhatian terhadap kondisi pasar pun perlu lebih di tingkatkan. Untuk itu
petani perlu dibantu oleh dinas-instansi-swasta yang berkompeten. Begitu pula
peran serta perguruan tinggi negeri atau swasta, terutama yang memiliki jurusan
sosial ekonomi pertanian atau agribisnis.
Hendaknya berbagai kajian atau penelitian menyangkut prospek
pasar suatu komoditi benar-benar disebar-luaskan dan diaplikasikan. Jangan
sampai hasil riset yang memakan biaya mahal hanya disimpan di rak-rak
perpustakaan, hanya menjadi koleksi. Ada baiknya kalau perguruan tinggi melalui
Lembaga Pengabdian pada Masyarakat mentransfer informasi tersebut untuk
kepentingan petani. Dengan demikian nilai tambah yang diperoleh dari penelitian
bisa lebih tinggi dan mencapai sasarannya.
Petani, usaha tani dan pasar memang tak dapat dipisahkan,
sebab apa yang diusahakan petani umumnya untuk dijual, hingga diperoleh
keuntungan (selisih harga jual dengan modal). Makin tinggi tingkat keuntungan
maka makin sejahtera petani. Sebaliknya, makin rendah tingkat keuntungan,
bahkan tidak kembali modal, maka makin gurem-lah petani.
Pasar menjadi sesuatu yang vital bagi petani, fluktuasi
harga di pasar adalah fluktuasi tingkat kesejahteraannya. Sudah selayaknya
petani memahami liku-liku atau mekanisme pasar, terlebih jika menyangkut pasar
global, di mana sekumpulan produk petani dijual dengan berbagai persyaratan
yang amat ketat, seperti menyangkut kualitas, kadar kontaminasi pestisida,
pengemasan, waktu pengiriman, dan sebagainya.
Produk petani Indonesia di pasar global harus bersaing
dengan produk petani dari puluhan negara lainnya. Bagaimana caranya agar produk
petani Indonesia memiliki berbagai keunggulan, bukan hanya harganya yang
relatif lebih miring, tetapi kualitasnya yang juga lebih baik.
Pertanian merupakan jenis usaha yang memiliki karakter khas,
terutama karena ketergantungannya yang tinggi terhadap alam. Dengan demikian
pertanian selalu dipengaruhi berbagai fluktuasi, baik musim, jasad pengganggu,
dan sebagainya.
Guna menghadapi persaingan pasar yang semakin ketat,
sekaligus untuk mendongkrak kesejahteraan petani, maka prinsip-prinsip industri
perlu diterapkan dalam bidang pertanian. Industri tidak terlepas dari
langkah-langkah manajemen, seperti perencanaan, pengorganisasian, pengaktualisian
dan pengontrolan, hal-hal seperti itu harus diterapkan pada bidang pertanian,
namun tentu saja dengan memperhatikan karakter pertanian yang telah diuraikan
di atas.
Industri
mengutamakan kualitas SDM, pemanfaatan teknologi secara optimal dan berorientasi pasar,
sudah selayaknya usaha pertanian pun dikelola seperti itu. Bagi petani kelas
menengah dan atas memang tak ada masalah, namun bagi petani kecil yang
merupakan mayoritas penduduk Indonesia, tentu saja menjadi problema tersendiri,
untuk itu diperlukan dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta, LSM
maupun perguruan tinggi. Dengan perbaikan dalam berusaha tani, maka
kesejahteraan petani pun meningkat. (Atep
Afia)
@C17-WASTIONO, Tugas TC05
ReplyDeleteMemang sudah seharusnya pola pikir petani di rubah tidak hanya berfikir bertani hanya untuk meneruskan warisan orang tua yang turun temurun menjadi petani yang tak berorentasi pasar . dan memang kebenaran bahwa petani yang pandai dalam orentasi pasar akan menjadi petani yang sukses . perlunya prinsip yang di tanamkan kepada petani untuk mendongkrak kesejahteraan petani dengan tak lepas terhadap langkah manajemen seperti perancanaan , pengorganisasi , pengaktualisasian dan pengontrolan dengan baik , baik itu petani kecil , menengah dan kelas atas . dengan demikian kualitas SDM indonesia siap bersaing dengan negara lain dengan langkah optimal pemanfaatan teknologi dan beroriantasi dengan pasar dengan demikian harapan kesejahteraan petani akan terpenuhi . trimakasih.
@B14-Haelis, Tugas TB05
ReplyDeletePetani gurem harus diarahkan tentang hubungan pertanian dan pasar. Agar mereka dapat bersaing dengan yang lain dan tentu saja mendapat laba yang melimpah sehingga dapat setara dengan petani menengah dan petani berdasi. Sekali lagi upaya ini memerlukan dukungan dari elemen pemerintah maupun masyarakat. Penyuluhan terhadap petani tentang kiat kiat menjadikan hasil panen yang baik perlu dilakukan dan juga tentang bagaimana sih para petani ini mengelola hasil panennya berlandaskan sistem pasar. Apa saja yang mesti mereka lalukan? Apa saja keuntungan bagi mereka apabila menjalankan dengan sistem pasar? Dan apa saja teknolohi terkini yang dapat menghasilkan panen yang baik? Semoga artikel ini bisa membuka pikiran kita semua tentang pentingnya mensejahterakan para petani.
Rico Pratama/41516110183/KWU Kamis
ReplyDeleteGuna menghadapi persaingan pasar yang semakin ketat, sekaligus untuk mendongkrak kesejahteraan petani, maka prinsip-prinsip industri perlu diterapkan dalam bidang pertanian. Industri tidak terlepas dari langkah-langkah manajemen, seperti perencanaan, pengorganisasian, pengaktualisian dan pengontrolan, hal-hal seperti itu harus diterapkan pada bidang pertanian.