Oleh : Atep Afia Hidayat - Kesempatan untuk menulis kini makin terbuka lebar, terutama dengan tersedianya fasilitas web-blog gratisan dan situs jejaring sosial, baik yang berasal dari luar negeri atau asli Indonesia. Kenyataannya, media asal luar negeri pun menyediakan fasilitas ber-bahasa Indonesia, sehingga makin memudahkan orang Indonesia untuk nge-blog atau posting tulisan. Memang perkembangan teknologi informasi berupa internet, menjadikan setiap orang untuk makin intensif bermomunikasi dan menyampaikan informasi.
Apapun yang terlintas dibenak seseorang, kini dengan mudah bisa ditulis dan dipublikasikan, dalam hitungan menit. Beda dengan jaman dulu (Jadul), terlebih dahulu harus menulis dengan mesin tik, setelah selesai dikirimkan oleh Pak Pos ke penerbit surat kabar tertentu di kota tertentu. Selanjutnya menunggu, seminggu, dua minggu, dan bisa sebulan, kalau beruntung tulisan berupa Surat Pembaca atau Opini bisa diterbitkan. Kalau redaksi tidak berkenan, maka tulisan yang dibuat semalam suntuk itu hanya sekedar masuk keranjang sampah. Masih untung kalau dikembalikan, dengan catatan dan embel-embel tulisan kurang berbobot.
Ya, saat ini memang sudah berubah seratus delapan puluh derajat, mesin ketik manual entah di mana, Pak Pos sudah banyak yang menghilang, dan Om Redaksi yang garang pun bisa dilewati. Sekarang semuanya serba instan, begitu cepat dan mandiri. Persoalannya kini yang menjadi penentu konten dan kualitas tulisan adalah diri sendiri. Kemerdekaan menulis hendaknya dengan tetap memperhatikan etika, estetika, moral atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Boleh menulis apa saja, tetapi sebelumnya hendaknya membaca terlebih dahulu. Membaca referensi yang ada di buku, artikel surat kabar, artikel di web-blog atau blog, jurnal atau bahan lainnya yang dianggap relefan dan berbobot. Begitu pula, menulis harus diawali dengan membaca situasi dan kondisi sekitar. Siapa yang diperkirakan menjadi pembaca tulisan, perlu mendapat perhatian serius. Kenyataannya masih banyak tulisan yang asal jadi, dengan logika dan pengetahuan ala kadarnya dan abal-abalan. Persoalan menjadi riweuh jika hal yang ditulis termasuk persoalan serius dan sensitif .
Oleh karena itu, baca, baca dan bacalah, baru mulai menulis. Mencari sumber bacaan saat ini tidaklah sulit, bisa memanfaatkan jasa Om Google atau Mbak Yahoo, dengan menggunakan kata kunci tertentu. Tinggal cari, pilih dan pilah, namun jangan lupa, gunakan hati nurani dan pikiran yang jernih dalam menentukan referensi yang akan dipilih. Sebab hasil mesin pencarian bersifat umum, dengan hanya satu pertimbangan, yaitu kata kunci. Mesin pencari bersifat netral, tidak memihak dan kurang sensitif dengan nilai-nilai yang dianut kelompok masyarakat tertentu. Oleh sebab itu, carilah referensi yang memang tidak menyesatkan.
Keinginan untuk menulis dan mempublikasikannya melalui situs jejaring sosial atau web-blog adalah perbuatan mulia, karena ada keinginan untuk berbagi dengan sesama. Namun hal itu tidak berlaku jika konten tulisan mengandung unsur provokasi, menimbulkan kebencian, memuat kebohongan atau pemutar-balikan fakta. Sekali lagi, tulisan adalah produk intelektual yang bersumber dari hati dan pikiran kita, sudah selayaknya pikiran harus terlebih dahulu diberi makan yang bergizi berupa bacaan yang berbobot. (Atep Afia)
"Membaca merupakan jendela dunia", kata pepatah itulah yang masih sangat teringat jelas sampai sekarang. dengan membaca kita bisa mengetahui segala hal dari yang sangat kecil sampai yang sangat besar. Dari membaca juga kita bisa membuat tulisan yang nantinya bisa jadi sangat bernilai tinggi dan berharga. biasakan membaca dan terus membaca agar dunia ada di genggaman kita.
ReplyDeleteMembaca merupakan komunikasi yang baik karena dengan membaca tidak dibatasi ruang dan waktu. Membaca adalah awal dari terbukanya pemikiran sehingga menambah pengetahuan dan kecerdasan seseorang. JIka dahulu kita hanya mendapatkan informasi dari koran, maka saat ini informasi dapat diperoleh dari berbagai macam media sosial. Jujur saja, saya sering sekali membaca kaskus dan wikipedia. Saya merasakan dampak positif yang signifikan yaitu saya menjadi update terhadap suatu berita dan saya bisa mempelajari bahasa Indonesia yang baik dan benar serta mempelajari bagaimana membuat tulisan yang menasrik tanpa membosankan.
ReplyDeletemembaca membaca membaca,saat inilah yang masih menjadi momok para pelajar untuk meaksanakan nya.kenapa ?
ReplyDeleteya tentu pastinya karena efek dari zaman yang semakin berkembang dan semakin tak karuan,fakta yang saya temukan sekarang sekolah bukan sebagai ajang menuntut ilmu akan tetapi menjadi ajang perkumpulan atau bisnis dan menyebarluaskan berita yang tak seharusnya di dengar oleh para pelajar.
lalu bagaimanakah agar membuat para pelajar giat membaca?
di sinilah yang masih sulit untuk di atsi karena terus menerus para pelajar di umpani dengan perkembanagan zaman dan mereka salah memanfaatkan nya dalam perkembangan zaman saat ini.
Agus Rahman Saleh @Tugas B05 membaca merupakan salah satu cara untuk membuka wawasan, memperbanyak pilihan kosakata. Namun yang tak kalah penting yaitu untuk menyaring apa yang kita baca. Setelah yakin apa yang kita baca, tak kalah penting juga untuk meng crosscheck atau memvalidasi apa yang kita baca. Karena dewasa ini banyak baik penulis maupun pembaca yang tidak teliti. Penulis yang asal nulis, dan pembaca yang asal baca dan disebarluaskan menjadi berita atau bacaan yang hoax. Efek nya? Bisa menimbulkan fitnah apabila bacaan tersebut menjelek jelekkan orang lain. Oleh karena itu jadilah pembaca yang cerdas nan bijak
ReplyDeleteGilang Pratama : @E26-gilang, @Tugas B05
ReplyDeletemembaca adalah kunci utama untuk menulis karya" ilmiah dan mempublikasikan ke jejaring sosial atau blog.