Oleh
: Atep Afia Hidayat - Pertumbuhan sebuah
perusahaan selain ditentukan oleh faktor internal juga oleh faktor eksternal.
Terutama bagi perusahaan yang harus berurusan dengan pasar global atau
perusahaan yang berorientasi ekspor, dihadapkan pada tantangan berat, yaitu
persaingan yang semakin ketat.
Pasar
global terbentuk seiring dengan proses tumbuh dan berkembangnya globalisasi
perekonomian dunia. Semua perusahaan berskala internasional atau multinasional
kini berlomba-lomba memperebutkan pangsa pasar global. Dengan demikian, daya
saing semakin menjadi kunci untuk keberhasilan, jika tak demikian maka
perusahaan terancam “gulung tikar”.
Hanya
perusahaan yang memiliki kualitas manajemen yang baik bisa menembus pasar
global. Dari ribuan perusahaan yang berorientasi ekspor di Indonesia hanya
sebagaian kecil saja yang mampu “ber-globaliasi”. Sebagian besar lainnya justru
tak memenuhi persyaratan, seperti kinerjanya yang kurang baik atau terlalu
mengandalkan proteksi pemerintah.
Lantas,
apa saja persyaratan bagi suatu perusahaan agar bisa menembus pasal global,
dengan kata lain bisa berpartisipasi aktif dalam globalisasi perekonomian?
Persyaratan
terpenting yaitu adnaya keunggulan kompetitif (competititve advantage). Bagaimanapun yang namanya pasar global itu
amat sulit ditembus. Dalam pasar global dijajakan komoditi sejenis dari
berbagai begara, dengan kualitas dan harga yang bervariasi. Selain itu, setiap
produsen komoditi tersebut berpromosi dengan beragam jaringan informasi.
Dalam
hal ini pihak pembeli (buyer) bisa
memilih dengan bebas produk mana yang bisa dibelinya, dengan memperhitungkan
berbagai kepentingan, mulai dari yang bersifat ekonomis hingga politis. Di
pasar global memang terjadi persaingan yang relatif sempurna dan mengikuti
mekanisme pasar (market mechanism).
Dalam
era globalisasi perekonomian, perusahaan-perusahaan cenderung melakukan
penggabungan, baik dengan mitra yang ada dalam satu negara atau dengan mitra di
luar negeri. Melalui penggabungan, paling tidak akan didapat beberapa
keuntungan seperti kemudahan untuk memasuki bisnis baru; penetrasi pasar baru;
biaya riset yang lebih murah; memperkuat daya saing; serta meningkatkan
produktivitas dan efisiesi.
Globalisasi
perekonomian memang menyebabkan tapal batas antar negara menjadi kurang mampu
menghindari persaingan bisnis. Karena terjadi penggabungan ekonomi nasional
bangsa-bangsa ke dalam ekonomi kawasan, kemudian terintegrasi ke dalam ekonomi
global. Selain itu, ternyata jaring-jaring kerjasama ekonomi global sudah
diatur dengan mekanisme pasar yang menguasai semua gerakan dan tindakan
negara-negara anggotanya.
Dengan
“menghilangnya” batas-batas perekonomian antar negara, sudah tentu
perusahaan-perusahaan harus mampu mengantisipasinya. Dalam hal ini tak bisa bersikap
tertutup dan konvensional, apalagi terlampau mengandalkan proteksi pemerintah.
Setiap
perusahaan perlu beradaptasi, antara lain dengan “melirik” mitranya, baik yang
ada didalam atau di luar negeri. Itulah langkah tepat untuk meraih keunggulan
kompetitif. Perusahaan-perusahaan di Indonesia tak cukup dengan hanya
mengandalkan keunggulan komparatif (comparative
advantage) yang ada, seperti tersedianya sumberdaya alam serta upah pekerja
yag “tidak mahal”. Keunggulan kompetitif harus dimiliki, seperti tingkat
produktivitas dan efisiensi yang tinggi; kemampuan untuk mengadopsi teknologi
maju; kemampuan melakukan inovasi, serta dukungan pemerintha dibidang fiskal
dan moneter.
Untuk
meraih keunggulan kompetitif dengan beberapa cirinya seperti tingkat produktivitas
dan efisiensi yang tinggi, maka penggabungan perusahaan merupakan pilihan yang
tepat. Penggabungan itu bisa dalam bentuk merger, yakni menggabungkan dua
perusahaan yang salah satu di antaranya harus dibubarkan (dissolve).
Contoh
kasus merger ini umpamanya terjadi antara Manufactures Hanover Corp dengan
Chemical Banking Corp akhir tahun 1991 lalu, hingga terbentuk Chemical Banking
Corp yang saat itu memiliki aset terbesar kedua di Amerika Serikat (AS). Sektor
perbankan di AS awal tahun 1990-an dilanda musim merger, tak lain karena
melemahnya aktivitas industri.
Tujuan
merger ialah untuk mengurangi tekanan keuangan sekaligus memperbaiki posisi
likuiditas. Selain itu merger juga dimaksudkan untuk memperluas jaringan. Bentuk penggabungan lainnya ialah konsolidasi,
yakni pembubaran kedua unit usaha untuk kemudian digabung menjadi identitas
baru. Kondolidasi umpamanya terjadi antara NCNB Corp dengan C & S Sovran
Corp, lantas terbentuk Nations Bank, yang pada tahun 1990-an posisinya
menempati peringkat keempat di Amerika Serikat. Jumlah asetnya saat itu
tercatat hampir 120 milyar dollar AS.
Namun
ternyata ada dampak yang kurang baik dari proses konsolidasi tersebut, yakni di
PHK-nya sekitar 9.000 karyawan dalam jangka waktu 3 tahun. Itulah langkah
efisiensi & rasionalisasi yang juga pernah terjadi di Indonesia seperti
beberapa bank milik negara. Sebagai contoh, Bank Mandiri adalah bank hasil
merger BBD, BDN, Bank Exim, dan Bapindo pada bulan Juli 1999.
Contoh
berikutnya, Dua perusahaan petrokimia terkemuka di Indonesia, PT. Chandra Asri
dan PT. Tri Polyta Tbk melakukan merger dank membentuk perusahaan petrokimia
baru yang terintegrasi, yaitu PT. Chandra Asri Petrochemicals Tbk. Perusahaan
yang secara efektif terbentuk 1 Januari 2011
tersebut, merupakan perusahaan petrokimia terbesar di Indonesia dan
memiliki skala global.
Bentuk
penggabungan lainnya ialah akuisisi, yakni pengambilan perusahaan dengan cara
membeli saham dari para pemegang sahamnya, pengambilan aset termasuk lisensi dan
liabilitas atau kewajibannya. Akuisisi itu tak lain pencaplokan perusahaan
karena sesuatu hal, umpamanya karena kesulitan likuiditas. Hal tersebut sering
terjadi, termasuk di Indonesia, terutama karena adanya persoalan kredit macet.
Kasus
kredit macet menyulitkan posisi dunia usaha dan perbankan. Salah satu
penyebabnya ialah suku bunga yang masih tinggi akibat kebijaksanaan uang ketat
(tight money policy - TMP), maka tak
heran jika ada yang mengartikan TMP sbagai “Taman Makam Pengusaha”.
Sebagai
contoh beberapa waktu yang lalu Britain’s International Computer mengalami
“paceklik” keuangan, yang sudah tentu terancam pencaplokan. Namun ternyata
nasibnya masih mujur karena Fujitsu dari Jepang “berbaik hati” dengan
menawarkan aliansi.
Di
Indonesia contoh akuisisi misalnya dilakukan Bank Mandiri terhadap beberapa
perusahaan asuransi, antara lain dengan terbantuknya AXA Mandiri.
Menggabungkan
perusahaan memang merupakan strategi yang paling jitu untuk menghadapi pasar
global. Apalagi jika penggabungan dilakukan dengan perusahaan yang ada di negara
yang menjadi sasaran ekspor.
Dalam
hal ini patut belajar banyak dari keberhasilan Jepang yang
perusahaan-perusahannya sudah bercokol di puluhan negara termasuk Amerika
Serikat dan negara-negara Eropa Barat. Jepang memiliki konsep partnership,
yakni menjadikan mitra usaha asing sebagai kunci keberhasilan untuk menembus
pasar global.
Sejak
dasawarsa 1950-an Jepang telah mengembangan model perusahaan mutinasional, di
mana perusahaan induknya memiliki cabang di berbagai negara. Namun kendali manajemen
tetap berada di tangan perusahaan induk. Kini ada kecenderungan, perusahaan
Jepang menempatkan lokasi produksinya di mana saja. Manfaatnya antara lain
terciptanya biaya produksi yang lebih rendah serta mampu beroperasi dalam skala
global tanpa mengenal batas negara. Sebagai contoh, Toyota Motor Corporation
(TMC) berhasil membangun pabrik mobil di berbagai Negara, termasuk AS dan Eropa
Barat.
Strategi
Jepang lantas diikuti oleh perusahana di negara lain termasuk beberapa
perusahaan di Indonesia. Umpamanya ekspansi Salim Group di berbagai negara,
antara lain melalui First Pacific di Hongkong; jaringan distribusi Hagemeyer di
Belanda; dan Hibernia Bank di Amerika Serikat.
Selain
itu, ternyata Astra Group juga telah membuka kantor perwakilannya di Vietnam
dan beberapa negara lainnya. Memang posisi Salim Group dan Astra Group di dalam
negeri sudah cukup kokoh, maka sudah selayaknya melakukan ekspansi ke luar
negeri.
Salah
satu dampak positif bagi perekonomian nasional, ialah adanya penetrasi terhadap
pasal global. Sudah sepantasnya group-group perusahaan “raksasa” asal Indonesia
mampu berkiprah dalam pasal global.
Merujuk
pada konsep “kemitraan”, sudah sewajarnya perusahaan raksasa itu mampu membantu
“adik-adiknya”, baik perusahaan kecil atau menengah untuk bersama-sama memasuki
pasal global. Apalagi jika mengingat betapa pentingnya upaya peningkatan ekspor
nonmigas, tak lain agar pertumbuhan ekonomi nasional tetap dinamis. (Atep Afia)
Dwi Muji Abako
ReplyDelete@C18-Muji, Tugas TC05
Perusahaan yang berurusan dengan pasar global harus mempunyai keunggulan kompetitif karna komodity yang dijajakan sejenis dari berbagai negara dengan kualitas dan harga yang berfariasi para produsen pun berpromosi dengan berbagi jaringan informasi. Perusahaan juga melakukan penggabungan dengan mitra yang ada di dalam ataupun diluar negeri.
Nama :Ashim asy’ari (41615110029) TB05
ReplyDeleteperusahaan harus cepat memahami dan membaca setiap persaingan dalam produknya secara pasar globa ,perusahaanpun harus bisa menciptakan peluang dan strategy yang dapat menembus dipasaran . yang jelas perusahaan harus memiliki keunggulan tersendiri ,produk yang berkualitas dan hati-hati dalam menentukan harga setiap produk . perusahaan tidak akan bisa berdiri sendiri tanpa adanya mitra usaha ataupun relasi-relasi usahanya yang membantunya mencapai profit perusahaan
Nama :Ashim asy’ari (41615110029) TB05
ReplyDeleteperusahaan harus cepat memahami dan membaca setiap persaingan dalam produknya secara pasar globa ,perusahaanpun harus bisa menciptakan peluang dan strategy yang dapat menembus dipasaran . yang jelas perusahaan harus memiliki keunggulan tersendiri ,produk yang berkualitas dan hati-hati dalam menentukan harga setiap produk . perusahaan tidak akan bisa berdiri sendiri tanpa adanya mitra usaha ataupun relasi-relasi usahanya yang membantunya mencapai profit perusahaan
@E14-Imam, @Tugas B05
ReplyDeleteMenggabungkan 2 perusahaan atau lebih memiliki dampak positif dan negatif. Positifnya adalah dapat menekan angka likuiditas keuangan perusahaan, menambah jaringan pasar apalagi jika yg digabungkan adalah antar negara, akan lebih mudah memasarkan produk di masing-masing negara, negatif nya adalah jika yang digabungkan tersebut merupakan perusahaan yang sedang colaps maka kemungkinan besar akan terjadinya PHK, walaupun sebenarnya PHK merupakan suatu langkah efektif dalam pengurangan beban perusahaan
DIAH WINARSIH 46116120050 KWU-SENIN
ReplyDeletePada dasarnya kita juga patut belajar banyak dari keberhasilan Jepang yang perusahaan-perusahannya sudah bercokol di puluhan negara termasuk Amerika Serikat dan negara-negara Eropa Barat. Jepang memiliki konsep partnership, yakni menjadikan mitra usaha asing sebagai kunci keberhasilan untuk menembus pasar global. namun Pemasaran global juga mengandung risiko besar. Hal ini karena fluktuasi mata uang, pemerintah yang tidak stabil, hambatan para proteksionis, biaya-biaya adaptasi produk dan komunikasi yang mahal, serta beberapa faktor lain. Namun, daur hidup produk internasional mendukung gagasan bahwa keunggulan komparatif pada sebagian besar industri akan berpindah dari negara dengan biaya tinggi ke negara biaya dengan biaya rendah. Karena itulah perusahaan tidak dapat sekadar bertahan di pasar domestik dan berharap dapat mempertahankan pasarnya.
Virna Cynthia Putri 41616110025 KWU Senin
ReplyDeleteSalah satu cara agar perusahan dapat bersaing dalam persaingan global adalah dengan menggabungkan perusahaan atau dengan cara partnership karena dengan bersama-sama akan semakin kuat dan siap perusahan untuk bersaing dalam pasar global.
Dewi Manca Indira (41216110110) KWU- Kamis
ReplyDeletedalam persaingan agar menembus pasar global perusahaan harus mengerti situsi pasar yang ada, dengan menjalin kerja sama antar perusahaan dan membuat inovasi2 terbaru agar pasar pun dapat berkembang, dengan begitu perusahaan pun mampu menstabilkan perekonomian yang ada
Ervina Listyowati (41117110102) KWU Kamis
ReplyDeleteSuatu perusahaan harus membangun organisasi yang efektif untuk menyelenggarakan pemasaran internasional. Kebanyakan perusahaan memulainya dengan sebuah departemen ekspor, sampai divisi internasional. Ini langkah menuju organisasi global, yang berarti manajemen puncak harus memikirkan dan merencanakan strategi global Sorini agar dapat bersaing secara global pula.
Paling tidak ada empat hal yang dilakukannya. Pertama,menguasai teknologi yang memungkinkan dapat menghasilkan produk berkualitas. Kedua, berinovasi, baik kemasan, logistik maupun di bidang transportasi. Ketiga,melakukan perbaikan terus-menerus dalam berproduksi. Keempat,meraih keandalan dalam penanganan pelanggan agar dipercaya.
Ade ika 46116120043 KWU Senin
ReplyDeleteUnyuk memanajemen karir kita harus mempelajari banyak hal termasuk strategi menembus pasar modal. Artikel yang bapak tulis ini sangat bagus dan bermanfaat untuk pebisnis pemula.