Keberadaan sebuah mesjid di salah satu stadion terbesar di
dunia tentu menjadi sebuah fenomena yang menarik. Setidaknya para pemain Bayern
Munich yang beragama Islam dapat menunaikan salah satu kewajibannya, menunaikan
shalat lima waktu. Begitu pula bagi suporter atau fans Bayern Munich yang juga
banyak yang beragama Islam.
Sebenarnya permintaan Franck Ribery yang merupakan pemain
Timnas Perancis tersebut, hanya disediakannya
ruangan kecil untuk Shalat. Namun manajemen Bayern Munich malah menyanggupi
membuat sebuah mesjid yang permanen, dengan fasilitas perpustakaan dan pusat
kajian Islam. Bahkan untuk shalat lima waktu disediakan imam khusus.
Untuk merealisasikan pembangunan mesjid di area stadion
Alianz Arena, manajemen Bayern Munich menyiapkan anggaran 85 persen dari
keseluruhan biaya pembangunan, sekitar 15 persen lainnya akan bersumber dari
para pemain dan suporter yang beragama Islam. Beberapa pemain beragam Islam di
kubu Bayern Munich selain Franck Ribery ialah Emre Can (keturunan Turki) dan
Xherdan Shaqiri (berkewarganegaraan Swiss).
Sebagai catatan, Bayen Munich didirikan pada tahun 1900,
merupakan juara liga sepak bola Jerman tahun ini. Bayen Munich tercatat sebagai
klub sepak bola paling sukses di Jerman, berhasil memenangkan 23 gelar kejuaraan
nasional dan 15 piala. Untuk pertama
kalinya, pada tahun 1932 Bayern Munich menjadi juara Liga Jerman. Sedangkan
saat ini tercatat sebagai klub terbesar
di Jerman dan keempat di dunia. Lebih jauh tentang jawara liga Jerman tersebut kunjungi official site of FC
Bayern Munchen. (Atep Afia). (Sumber
: www.onislam.net,
sport.detik.com)
Alhamdulillah manajemen Bayern Munich sangat mempehatikan para pemain juga para suporter yang beragama muslim, dengan akan dibangunnya masjid diStadium Alianz Arena menjadikan para umat muslim disana dapat dengan mudah menjalankan kewajiban sholatnya. Semoga dengan dibangunya mesjid Alianz Arena dapat membuat The Bavarian dapat menjuarai liga jerman dan kompetisi lainnya.
ReplyDeletewahh, ini tebukti bahwa mereka bisa menghormati masing-masing kepercayaan. nahh kapan indonesia bisa seperti ini ?? Dibalik kesusksesan masih tersimpan rasa religius yang tinggi, semoga semakin sukses dengan dibangunnya mesjid ALianz dimudahkan dalam setiap pertandingan. Bravoooo
ReplyDeleteJerman membuktikan bahwa toleransi dan pluralisme bukan halangan dalam kehidupan bernegara. Masjid di Stadoin Allianz Arena membuktikan bahwa kehidupan warganya yang slaing menghormati semua warganya. Bukanlah hal aneh kalau banyak pemain timnas Jerman maupun pemain sepak bola di liga Jerman yang beragama Islam.
ReplyDeleteSangat besar sekali toleransi beragama di Negara Jerman, terlepas dari sosok pemain hebat seperti Frank Ribery, pembangunan masjid di Stadion sepakbola yang bukan negara muslim merupakan bentuk apresiasi dalam toleransi beragama yang baik.
ReplyDeleteAlangkah baiknya jika semua stadion sepakbola di Eropa memiliki masjid tersendiri untuk sholat dikarenakan memang banyak umat muslim di Eropa yang menjadi pemain sepak bola.
Serta juga untuk negara muslim sendiri haruslah tidak mau kalah untuk membangun masjid disetiap stadionnya.
hal ini membuktikan bahwa toleransi antar umat beragama sangat baik disana. Ditengah tengah masyarakat yang mayoritas bergama non muslim management klub memberikan tempat bagi masyarakat muslim untuk beribadah. Semoga hal ini dapat diaplikasikan di bebagai negara lainnya.
ReplyDeletefera fitria
ReplyDelete@A22
subhanallah masih di terimanya beraneka ragamnya agama dibenua eropa, dengan diterima umat islam dibenua eropa, maka parapemain yang bermain di alianz arena ataupun suporter yang beragam muslim dan masyarakat sekitar stadion, dapat melaksanakan ibadah lebih mudah sehingga tidak ada alasan menunda nunda shalat wajib di sekitar wilayah stadion.
@D19-Kenny, Tugas A05
ReplyDeleteIni mencerminkan di jerman pun menghargai agama dan kepercayaan masing-masing oramg. Seharusnya kita di indonesia yang mayoritas muslim menjadi cerminan, di negara kita yang beraneka ragam agama dan kepercayaan harus saling menghargai toleransi dan kekeluargaan, bukan malah memusuhi dan menyindir agama dan kepercayaan orang lain karena minoritas