Sepohon Kayu
Sepohon kayu, daunnya rimbun
Lebat bunganya serta buahnya
Walaupun hidup seribu tahun
Kalau tak sembahyang apa gunanya
Kami bekerja sehari-hari
Untuk belanja rumah sendiri
Walaupun hidup seribu tahun
Kalau tak sembahyang apa gunanya
Kami sembahyang fardu sembahyang
Sunatpun ada bukan sembarang
Supaya Allah menjadi sayang
Kami bekerja hatilah riang
Kami sembahyang limalah waktu
Siang dan malam sudahlah tentu
Hidup dikubur yatim piatu
Tinggalah seorang dipukul dipalu
Dipukul dipalu sehari-hari
Barulah dia sedarkan diri
Hidup didunia tiada berarti
Akhirat disana sangatlah rugi
Adapun kupas lirik tersebut adalah :
Ya, kehidupan harus diisi dengan tindakan atau perbuatan.
Jika hidup maka harus berbuat sesuatu, apapun itu. Namun setiap perbuatan ada
derajatnya masing-masing, ada derajat yang paling tinggi, tinggi, rendah atau
sangat rendah. Dalam hal ini sembahyang atau shalat tak lain merupakan
perbuatan dengan derajat paling tinggi. Ya, walaupun hidup seribu tahun jika
tidak shalat apa gunanya.
Mengisi hidup ada yang bekerja, berusaha, belajar, atau
hanya diam saja. Apapun yang dilakukan namun utamakanlah shalat. Sebab derajat
shalat di atas semua perbuatan. Siapapun yang sudah menyatakan dirinya sebagai
muslim terkena kewajiban shalat, baik ketika sedang sehat, sakit, bahkan orang
meninggal pun dishalatkan.
Ada shalat wajib ada yang sunat, dengan melakukan semuanya maka
Allah menjadi sayang. Ya, shalat adalah perbuatan menuju Allah, sarana untuk
berdiskusi bahkan curhat dengan Allah. Ya, walaupun hidup seribu tahun kalau
tak sembahyang apa gunanya.
Perjalanan manusia tidak sebatas di dunia saja, namun nanti
secara berurutan akan masuk ke alam kubur, setelah mengalami suatu proses yang
namanya kematian. Ternyata di alam kubur akan “dihidupkan” kembali, sebagai yatim piatu, bahkan tanpa siapapun,
hanya seorang diri. Dalam hal ini yang menjadi bekal hanyalah segala amal perbuatan yang baik, termasuk shalat. Jika
totalitas perbuatan selama di dunia terkatagori buruk, maka siap-siap menerima
siksa kubur, seperti “dipukul” dan “dipalu”.
Jika hidup di dunia tiada berarti, dengan kata lain hanya
melakukan perbuatan-perbuatan yang bernilai rendah, sangat rendah atau hina,
maka diakhirat akan sangat merugi. Padahal alam akherat sebagai kelanjutan dari
alam dunia dan alam kubur adalah kekal abadi, berkelanjutan, tiada berakhir.
(Atep Afia)
Hidup didunia ibarat seorang musafir, selalu gunakan waktu untuk beribadah. Tentu beribadah dengan Ilmu
ReplyDeleteMencari ilmu adalah wajib, agar ibadah kita benar-benar diterima
fera fitria
ReplyDelete@A22
mau hidup kita selama apapun di dunia, jika kita tidak menjalankan shalat 5 waktu maka, hidup kita di dunia akan terasa siasia. sedangkan kehidupan kita yang abadi adalah di akhirat, sebagai umat muslim shalat 5 waktu adalah kewajiban.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteA04-YULIANI TUGAS-A05
ReplyDeleteDari lirik sepohon kayu iini, kita diingatkan bahwa hidup ini hanyalah sesaat dan dihabisnkan waktunya dengan sembahyang, salain itu kita juuga diingatkan dengan akhirat.
D19-Kenny, Tugas A05
ReplyDeleteArtikel ini mengingatkan bahwa hidup manusia tidak sebatas hanya di dunia saja, namun hingga ke alam kubur. dan juga mengingatkan mengisi hidup bukan hanya untuk bekerja, berusaha, belajar, atau hanya diam saja. Apapun yang dilakukan harus mengutamakan shalat.