Yah.. bagai anak
kecil yang tengah berjalan.. jatuh.. bangun.. jatuh.. dan bangun lagi. Yang
akhirnya ia dapat berjalan bahkan berlari. Semua bermula dari nol, rencana,
usaha, dan sukses, naik tangga bermula dari lantai tangga 1,2,3 dan seterusnya.
Akhirnya tiba dilantai atas. Pernahkah terpikirkan ketika hendak naik kelantai
atas? Wah.. mungkin saya tak mampu menaikinya, capek, ini terlalu tinggi.
Bayangkan pula ketika bapak kita seperti marah-marah
memanggil kita dari lantai atas. Kita malas naik tangga, karena takut.
Sebaliknya jika ada hal yang menyenangkan, terbayang dibenak kita wah.. wah..
wah.. dan kitapun terburu-buru naik tangga. Begitu pula dalam menaiki perlahan
tangga kehidupan, bayangkanlah dilantai atas ada apa-apa yang hendak kita tuju.
Hidup harus seperti menaiki tangga menuju lantai atas. Yah
seperti halnya setiap orang mengendaki kemajuan dalam hidupnya. Tetapi,
dapatkah kita berada dilantai atas tanpa telebih dahulu meniti satu persatu
tangga, tidak kan? Begitu pula dalam hidup tanpa usaha dari nol, lantai atas
tak mungkin kita capai. Menaiki tangga itu tak lain ialah pindah tempat ke
tempat lebih atas, dalam hiduppun adalah menaiki derajat lebih tinggi.
·
Hina menjadi mulia
·
Lemah menjadi kuat
·
Lalai menjadi giat
·
Bodoh menjadi pintar
·
Miskin menjadi kaya
Tetapi mesti diingat bahwa lantai teratas hanya dicapai oleh
orang-orang yang menjalankan segala perintah Tudan dan menjauhi segala
larangannya (Taqwa).
Kenapa jiwa begini.. begitu kenapa orang-orang sikapnya?
Omongannya? Kenapa ada orang kaya hingga perutnya buncit, sementara sekian
orang mengalami kelaparan? Kenapa banyak orang kafir maju dalam kehidupannya
seperti dewasa ini, sementara orang yang mengabdikan diri sepenuhnya kepada
pencipta, hidupnya melarat?
Inilah hal-hal yang memperikhlas bahwa dunia itu hanya
cobaan saja. Renungkan lebih jauh, agar kita tidak terjebak dengan berbagai
cobaan dan tipu daya. Sebab dunia ini merupakan sensor bagi kita untuk memasuki
kehdiupan di alam abadi, sebagai try out
dalam iman kita. (Atep Afia)
21 Januari 1985
21 Januari 1985
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.