Pages

KAA Media Group

Jun 13, 2013

Langkah 007 : Teori Tangga


Yah.. bagai  anak kecil yang tengah berjalan.. jatuh.. bangun.. jatuh.. dan bangun lagi. Yang akhirnya ia dapat berjalan bahkan berlari. Semua bermula dari nol, rencana, usaha, dan sukses, naik tangga bermula dari lantai tangga 1,2,3 dan seterusnya. Akhirnya tiba dilantai atas. Pernahkah terpikirkan ketika hendak naik kelantai atas? Wah.. mungkin saya tak mampu menaikinya, capek, ini terlalu tinggi.

Bayangkan pula ketika bapak kita seperti marah-marah memanggil kita dari lantai atas. Kita malas naik tangga, karena takut. Sebaliknya jika ada hal yang menyenangkan, terbayang dibenak kita wah.. wah.. wah.. dan kitapun terburu-buru naik tangga. Begitu pula dalam menaiki perlahan tangga kehidupan, bayangkanlah dilantai atas ada apa-apa yang hendak kita tuju.

Hidup harus seperti menaiki tangga menuju lantai atas. Yah seperti halnya setiap orang mengendaki kemajuan dalam hidupnya. Tetapi, dapatkah kita berada dilantai atas tanpa telebih dahulu meniti satu persatu tangga, tidak kan? Begitu pula dalam hidup tanpa usaha dari nol, lantai atas tak mungkin kita capai. Menaiki tangga itu tak lain ialah pindah tempat ke tempat lebih atas, dalam hiduppun adalah menaiki derajat lebih tinggi.

·         Hina menjadi mulia
·         Lemah menjadi kuat
·         Lalai menjadi giat
·         Bodoh menjadi pintar
·         Miskin menjadi kaya

Tetapi mesti diingat bahwa lantai teratas hanya dicapai oleh orang-orang yang menjalankan segala perintah Tudan dan menjauhi segala larangannya (Taqwa).

Kenapa jiwa begini.. begitu kenapa orang-orang sikapnya? Omongannya? Kenapa ada orang kaya hingga perutnya buncit, sementara sekian orang mengalami kelaparan? Kenapa banyak orang kafir maju dalam kehidupannya seperti dewasa ini, sementara orang yang mengabdikan diri sepenuhnya kepada pencipta, hidupnya melarat?

Inilah hal-hal yang memperikhlas bahwa dunia itu hanya cobaan saja. Renungkan lebih jauh, agar kita tidak terjebak dengan berbagai cobaan dan tipu daya. Sebab dunia ini merupakan sensor bagi kita untuk memasuki kehdiupan di alam abadi, sebagai  try out  dalam iman kita. (Atep Afia)

21 Januari 1985




No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.