Adapun daftar
calon tetap anggota DPR RI 2014 berdasarkan daerah pemilihan (Dapil) dapat
dilihat di
sini. Secara keseluruhan meliputi 77 Dapil, 39 Dapil di antaranya berada di
Pulau Jawa. Daerah dengan Dapil terbanyak ialah Provinsi Jawa Barat dan Jawa
Timur, masing-masing dengan 11 Dapil. Dari 33 Provinsi yang ada (penyelenggaraan Pemilu di Provinsi Kalimantan Utara masih bergabung dengan Kalimantan Timur), 19 Provinsi di
antaranya hanya memiliki satu Dapil.
Untuk DPR RI
jumlah kursi yang tersedia adalah 563 akan diperebutkan oleh 6.608 orang,
dengan demikian satu Caleg harus menyisihkan 10-11 Caleg lainnya, tentu saja untuk
setiap Dapil tingkat persaingannya sangat sangat bervariasi.
Akan terjadi
persaingan yang ketat baik antar Parpol maupun antar Caleg di setiap Dapil. Tak
heran jika kampanye diselenggarakan dengan begitu meriah, namun sayang
pelaksanaannya lebih didominasi oleh hiburan dengan menggelar musik dangdut. Ya
itulah salah satu cara untuk menghimpun masa. Tak heran jika pada saat musim
kampanye banyak penyanyi dangdut yang makin populer. Lantas bagaimana dengan
nasib para Caleg, apakah populeritasnya melonjak seperti penyanyi dangdut ?
Untuk memuluskan
jalan ke Senayan dan segera menduduki kursi DPR RI, para Caleg harus berani
merogoh kantongnya mulai dari ratusan juta sampai miliaran rupiah (menurut Peneliti
LPEM FEUI, Teguh Dartanto, dalam hukumonline.com,
seorang Caleg DPR harus mengantongi dana
Rp787 juta sampai Rp1,1 miliar, jika ingin optimal untuk berlaga dalam Pemilu
2014 ). Biaya untuk ikut bersaing dalam Pemilu tidak sedikit, terutama untuk
mendanai perjalanan ke pelosok-pelosok Dapil dalam rangka menemui konstituen dan
pemasangan berbagai atribut kampanye.
Lantas darimana
sumber dana tersebut diperoleh ? Tentu saja amat beragam, mulai dari dana
pribadi sampai dana pinjaman. Jika berhasil meraih kursi parlemen, tentu saja
para Caleg akan bergembira ria, ada yang gembira karena bisa segera mewujudkan
mimpinya untuk menyalurkan aspirasi rakyat, atau gembira karena alasan tertentu.
Di sisi lainnya Caleg yang gagal akan menderita tekanan batin yang beragam,
mulai dari yang ringan sampai yang kronis. Tak heran jika beberapa rumah sakit
berinsiatif menyediakan kamar khusus bagi para Caleg yang terkena gangguan jiwa
atau depresi, seperti RS Jiwa Dr Soeharto Hardjan, Grogol, Jakarta Barat, RS
Jiwa Ernaldi Bahar, Palembang, dan RSU Kota Tangerang Selatan.
Nasib para Caleg
akan ditentukan tanggal 9 April 2014, tentu saja ada yang bernasib baik, kurang
baik dan tidak baik. Persoalannya bagaimana jika Caleg yang berkualitas dan
memiliki kapabilitas bernasib kurang baik,
dan bagaimana jika Caleg yang “tidak layak” justru bernasib baik bisa
melenggang ke kursi parlemen. Nah tentu saja yang menentukan adalah 186.569.233
pemilih yang akan mendatangi 545.647
tempat pemungutan suara (TPS). (Atep Afia)
Gambar:
http://news.detik.com/read/2014/01/09/120902/2462640/10/200-ribu-caleg-yang-berebut-19-ribu-kursi-di-2014
Sebagai warg baik negara yang baik kita harus mengikuti pesta demokrasi tapi juga harus selektif dalam memilih.pilih karena pola pikir dan disiplin kerjany bukan karena financial atau janji janjinya
ReplyDeleteKenapa banyak orang yang ingin menduduki kursi DPR RI, serta berani mengeluarkan uang yang sangat besar. saya yakin sebagian besar mempunyai niat yang tidak baik. sebelum mengurus rakyat, urus dahulu diri sendiri dan perhatikan pantas kah diri kita mengurus orang lain ?
ReplyDeletePemilu legislatif 2014 memakan banyak korban caleg gagal. Tak hanya orang biasa, atau tokoh partai di level kabupaten / kota yang gagal. Caleg yang selama ini menjabat menteri pun kandas, termasuk Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo. Yang tragis, Roy semula diprediksi lolos ke Senayan. Baliho besar tentang keterpilihannya sebagai anggota DPR RI pun sudah terpasang. Kok bisa ya?
ReplyDeletedisinilah bobroknya demokrasi kita,yang duduk di kursi parlemen saat ini adalah orang orang yang hanya mempunyai kepentingan kelompok saja.dengan cara apapun untuk calon sebagai DPR ada juga yang minjem dana kerentenir sampai 400 juta kemudian gagal menjadi caleg dan datang kejakarta hanya menjadi gelandangan.apakah para caleg bener mempunyai niat tulus untuk rakyat? apa mereka setelah menjadi DPR ingin mengembalikan modalnya terlebih dahulu dengan melakukan korupsi yang akan merugikan negara.apakah demokrasi ini akan selamanya seperti ini semakin hari semakin tidak karuan,apalagi sekarang dengan pemilihan kepala daerah yang di putuskan rapat paripurna kemaren untuk RUU pilkada dengan secara tidak langsung,ni juga termasuk bentuk kemunduran demokrasi kita.
ReplyDeleteSeharusnya caleg itu harus sudah siap mental dan tidak usah banyak modal menyogok sana sini, pada akhirnya mereka juga yang rugi. Setres karena gagal dan hutang banyak dimana-mana. jadi menurut saya kalau mau mencalonkan diri harus perfikir 2000x sebelum terjadi sesuatu yang buruk.
ReplyDeleteSiapapun yang menduduki kursi rakyat harus amanah agar suara rakyat benar-benar terwakili. Para caleg yang memiliki hasrat berlebihan untuk menjadi anggota DPR sebenarnya bisa menjadi indikasi pantas atau tidaknya mereka menduduki kursi tersebut.
ReplyDeleteSemua caleg pasti berambisi untuk naik ke menjadi anggota DPR,tapi sebagai caleg harus bisa menerima kekalahan dan kemenangannya jgn smp karena kalah memprovokasi orang untuk membuat kerusuhan.
ReplyDeletemenurut pendapat saya menanggapi artikel diatas adalah saat masa kampanye itulah dibutuhkan peran aktif masyarakat dalam mengenal para calon dewan.baik itu rekam jejak,prestasi dan keseharianya dengan memanfaatkan media yang berkembang saat ini. sehingga masyarakat tidak hanya mengenal para caleg hhanya sebatas di kampanye terbuka saja atau hanya menikmati hiburan yang biasa disajikan si caleg tersebut.sehingga masyarakat sendiri bisa memilih mana caleg yang benar-benar mengabdi pada rakyat atau caleg yang hanya ingin mementingkan kepentinganya sendiri
ReplyDeleteSebagai warga yang baik negara baik kita harus mengikuti pesta demokrasi tapi juga harus selektif dalam memilih yang mana yang pantas menjadi caleg.bukan dengan kata-kata manis yang dia berikan tapi dengan pola pikiran dan kedisplinan dalam kerjanya.
ReplyDeleteSebagai warga yang baik negara baik kita harus mengikuti pesta demokrasi tapi juga harus selektif dalam memilih yang mana yang pantas menjadi caleg.bukan dengan kata-kata manis yang dia berikan tapi dengan pola pikiran dan kedisplinan dalam kerjanya.
ReplyDelete@D07 - Akhmad, @Tugas A05
ReplyDeleteSetiap oarng banyak yang ingin menduduki kursi DPR RI,namun banyak orang menggunakan cara yang tidak baik .Banyak orang juga yang depresi dan stres karena kalah . setiap oreng yang ingin menjadi calon caleg harus siap menerima kekalahan dengan lapang dada .