Pages

KAA Media Group

Sep 10, 2021

Berpikir dan Berperasaan Hijau

Gambar : http://www.ucl.ac.uk
Oleh : Atep Afia Hidayat

Dengan kelengkapan organ otaknya melalui fungsi berpikir, manusia mengeksploitasi lingkungannya. Namun proses eksploitasi ini seringkali melampaui batas, sehingga melampaui keseimbangan lingkungan. Ternyata manusia tidak cukup hanya berpikir, tetapi harus dilengkapi dengan berperasaan.

 


Tuhan menciptakan manusia dilengkapi dengan berbagai perangkat yang menyertainya, baik internal atau eksternal. Perangkat internal manusia secara biologis tersusun  atas triliunan  sel, yang sebagian besar adalah sel hidup. Sel-sel tersebut membentuk jaringan, sedangkan jaringan membentuk organ, dan kumpulan organ itupun membentuk individu. Manusia tersusun atas ribuan organ, yang terpenting antara lain otak. Otak manusia tersusun dari 1 triliun sel, di mana 100 milyar di antaranya aktif langsung dalam proses berpikir. Selain hati (qolbu), organ inilah yang membedakan manusia dibanding mahluk lainnya, sehingga berhak menyandang predikat sebagai khalifah di Bumi atau mahluk yang paling sempurna.

Setiap makhluk, apa pun macamnya, hanya dapat hidup dalam suatu lingkungan yang kondisinya baik, atau paling tidak masih dalam rentang kisaran toleransinya. Individu-individu dapat berkembang biak pada kondisi lingkungan yang optimal.  Sebaliknya, individu akan sangat jarang ditemukan di tempat-tempat marginal, yaitu yang kondisinya buruk atau mendekati batas-batas kondisi yang dapat ditolerir.

Dalam hal ini  makhluk hidup  harus berada dalam habitat atau lingkungan yang dapat menyediakan segala sumberdaya yang dibutuhkannya. Kondisi maupun sumberdaya lingkungan biasanya bervariasi menurut ruang dan waktu. Manusia pun, seperti makhluk hidup lainnya, hanya akan tinggal di suatu lingkungan yang kondisinya baik (atau kalau terpaksa, yang kurang baik tetapi yang masih dapat ditolerirnya), serta yang dapat menyediakan sumberdaya yang diperlukannya, baik yang bersifat biotik maupun abiotik.

Dengan kelengkapan organ otaknya melalui fungsi berpikir, manusia mengeksploitasi lingkungannya. Namun proses eksploitasi ini seringkali melampaui batas, sehingga melampaui keseimbangan lingkungan. Ternyata manusia tidak cukup hanya berpikir, tetapi harus dilengkapi dengan berperasaan.

Akibat hanya berpikir dengan motif ekonomi, maka ratusan juta hektar hutan mengalami kehancuran, seluruh flora dan faunanya punah tidak bersisa. Ada manusia yang mengeksploitasi hutan secara tradisional ada juga yang modern dengan menggunakan beragam alat berat. Namun hasilnya berujung pada kerusakan lingkungan. Dengan demikian dalam berinteraksi dengan lingkungan perlu motif yang tidak sekedar ekonomi, tetapi motif kesejahteraan dan keberkahan.

Di dalam motif ekonomi hanya ada upaya pencarian keuntungan sebanyak-banyaknya, tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan. Sebaliknya dengan motif kesejahteraan dan keberkahan maka aspek kelestarian lingkungan menjadi prioritas. Sebenarnya langkah eksploitasi lingkungan sah-sah saja asalkan dilakukan dengan prinsip kehati-hatian dan kesinambungan. Manusia diberi otoritas untuk mengelola Planet Bumi, terserah mau diapakan, dilestarikan atau dihancurkan. Dalam hal inilah pentingnya "berperasaan hijau” selain "berpikir hijau”. Dengan istilah lain, silahkan kelola dan eksploitasi lingkungan, asalkan dengan hati nurani, pikiran jernih dan akal sehat.


Referensi

How To Think Green. Dalam : https://www.ierek.com/news/index.php/2018/07/18/how-to-think-green/

Investasi Hijau : Investot Di Sektor Energi Mulai Berpikir Ulang. Dalam :

https://internasional.republika.co.id/berita/q4fuxf1315000/investasi-hijau-investor-di-sektor-energi-mulai-berpikir-ulang


Gambar:

Gambar : http://www.ucl.ac.uk


 

 

  

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.