![]() |
https://www.deryauluduz.com |
"Kita adalah apa yang kita lakukan berulang kali. Maka
keunggulan bukanlah tindakan, melainkan kebiasaan." – Aristoteles
Pernah bertanya-tanya mengapa kita begitu terpikat dengan notifikasi media sosial? Atau mengapa sulit sekali lepas dari camilan di malam hari?
Jawabannya bisa jadi terletak pada zat kecil di otak bernama dopamin. Dalam dunia neuroscience, dopamin sering dijuluki sebagai 'molekul motivasi' karena perannya yang besar dalam membentuk kebiasaan, baik yang positif maupun yang merugikan.Artikel ini akan mengupas bagaimana dopamin bekerja, mengapa
ia sangat berpengaruh dalam pembentukan kebiasaan, dan bagaimana kita bisa
memanfaatkannya untuk membentuk kebiasaan yang lebih sehat dan produktif.
Pembahasan Utama
Apa Itu Dopamin?
Dopamin adalah neurotransmitter—zat kimia pembawa pesan di
otak—yang memainkan peran penting dalam sistem penghargaan (reward system),
motivasi, dan pembelajaran. Saat kita melakukan sesuatu yang
"menyenangkan" seperti makan enak, berolahraga, atau menerima pujian,
otak akan melepaskan dopamin sebagai bentuk "hadiah" yang membuat
kita ingin mengulang perilaku tersebut.
Namun, dopamin tidak hanya muncul karena kesenangan. Ia juga
terlibat dalam ekspektasi terhadap kesenangan. Inilah mengapa dopamin
sangat kuat dalam memicu kebiasaan.
Bagaimana Dopamin Membentuk Kebiasaan?
Menurut James Clear dalam Atomic Habits, kebiasaan
terbentuk melalui empat tahap: pemicu, keinginan, respons, dan hadiah. Di
sinilah dopamin berperan besar:
- Pemicu
(Cue): Dopamin meningkat saat otak mengenali sinyal yang pernah
membawa kesenangan sebelumnya (misalnya, melihat logo makanan cepat saji).
- Keinginan
(Craving): Dopamin menciptakan dorongan untuk bertindak.
- Respons
(Action): Kita melakukan suatu perilaku, seperti membuka aplikasi
media sosial.
- Hadiah
(Reward): Dopamin dilepaskan kembali saat kita mendapatkan kesenangan,
memperkuat jalur kebiasaan di otak.
Semakin sering perilaku itu dilakukan dan mendapat
"hadiah" dopamin, semakin kuat kebiasaan itu terbentuk.
Dampak Positif dan Negatif Dopamin
Positif:
- Membantu
membangun kebiasaan sehat seperti olahraga rutin, membaca, atau menabung
- Memotivasi
untuk menyelesaikan tugas dan mencapai tujuan
Negatif:
- Mendorong
perilaku adiktif (scrolling berjam-jam, kecanduan game, konsumsi junk
food)
- Melemahkan
kemampuan fokus akibat terlalu sering mencari stimulus dopamin cepat
Data dan Penelitian
- Studi
dari Harvard Medical School menunjukkan bahwa pelepasan dopamin saat
melakukan tindakan tertentu memperkuat jalur saraf di otak yang membuat
perilaku itu lebih mudah diulang.
- Penelitian
oleh Volkow et al. (2009) menemukan bahwa kecanduan berkaitan erat dengan
sistem dopamin yang terganggu, terutama di pusat reward otak (nucleus
accumbens).
- National
Institute on Drug Abuse menyatakan bahwa perilaku adiktif, termasuk
konsumsi media sosial, bisa merangsang pelepasan dopamin mirip seperti zat
adiktif.
Implikasi & Solusi
Bagaimana Mengatur Dopamin demi Kebiasaan Sehat?
- Bangun
Lingkungan Bebas Pemicu Negatif Singkirkan pemicu kebiasaan buruk,
seperti menonaktifkan notifikasi atau menyimpan camilan di tempat sulit
dijangkau.
- Gantilah
Reward, Bukan Kebiasaan Seketika Contoh: Jika ingin berhenti
scrolling, gantikan dengan aktivitas yang memberi reward lebih lambat tapi
bermakna, seperti membaca buku.
- Berlatih
Delay Gratification Tunda kenikmatan sesaat demi tujuan jangka
panjang. Misalnya, bekerja selama 25 menit lalu istirahat 5 menit.
- Ciptakan
Sistem Reward Positif yang Sehat Beri diri Anda apresiasi setelah
menyelesaikan tugas: membuat teh hangat, jalan kaki sore, atau jurnal
syukur.
- Latih
Mindfulness Meditasi dan latihan kesadaran dapat mengurangi respons
impulsif terhadap pencarian dopamin instan.
Kesimpulan
Dopamin bukan musuh. Ia adalah alat alami otak untuk memandu
perilaku. Namun, saat tidak dikendalikan, dopamin bisa mendorong kita ke arah
kebiasaan merusak. Sebaliknya, dengan memahami cara kerja dopamin, kita bisa
mengatur strategi membentuk kebiasaan baik yang konsisten dan sehat.
Pertanyaannya sekarang: kebiasaan mana yang Anda biarkan
dikuasai oleh dopamin, dan mana yang ingin Anda bentuk kembali dengan lebih
sadar?
Sumber & Referensi
- James
Clear (2018). Atomic Habits.
- Goleman,
D. (1995). Emotional Intelligence.
- Volkow,
N.D. et al. (2009). Addiction and dopamine reward system. Nature
Reviews Neuroscience.
- Harvard
Medical School (2020). How the brain forms habits.
- National
Institute on Drug Abuse (2021)
Hashtag #Dopamin #KebiasaanBaik #OtakDanPerilaku
#AtomicHabits #SelfAwareness #Neurosains #KesehatanMental #MotivasiDiri
#MindfulLiving #ProduktivitasSehat
Hormon motivasi Dopamin
Dopamin; adalah hormon “motivasi” yang dikeluarkan oleh otak
kita. Ia mengendalikan reaksi emosional, menyediakan koordinasi gerakan tubuh,
dan mengatur fungsi memori dan perhatian. Menikmati hidup dan berfungsinya
mekanisme penghargaan otak berhubungan dengan hormon ini.
Apa fungsi hormon dopamin?
Wilayah prefrontal berperan aktif dalam proses memori dan
pembelajaran. Proses pembelajaran menentukan bagaimana dan di mana informasi
disimpan. Ini berperan dalam perhatian dan fokus.
Apa yang terjadi ketika kekurangan dopamin?
Kita memasuki keadaan di mana kita tidak menikmati hidup,
kurang motivasi, dan merasa lamban secara terus-menerus. Hal ini dapat memicu
kondisi seperti depresi, fobia sosial, insomnia, keengganan, kesulitan dalam
perhatian dan konsentrasi, Parkinson, skizofrenia, gangguan bipolar, gangguan
hiperaktif, kecemasan dan kegelisahan.
Bagaimana cara meningkatkan dopamin secara alami?
- Konsumsilah
makanan berprotein tinggi seperti blueberry, kakao, kenari, kacang almond,
salmon, daging merah, telur, ayam, kubis, bawang, dan susu.
- Hindari
makanan yang meningkatkan gula darah dan kolesterol
- Dapatkan
sinar matahari selama 15 menit setiap hari
- Tidurlah
setidaknya 8 jam sehari
- Berjalanlah
selama 30 menit di luar ruangan, 5 hari seminggu
- Dengarkan
musik instrumental
- Lakukan
yoga dan meditasi
- Ambil
hobi baru; bermain piano, menggambar
- Jika
memungkinkan, kerjakanlah pekerjaan yang Anda sukai.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.