Oleh : Atep Afia Hidayat - Bisnis makin merambah segala bidang. Segala sesuatu seolah
bisa dibisniskan, dicari nilai
tambahnya, baik dalam wujud barang atau jasa. Iklim bisnis makin memanas,
mencuat ke permukaan dengan makin melibatkan banyak orang.
Siapapun bisa melakukan bisnis, tak perlu bakat atau
pendidikan tertentu. Kalau dulu ada kesan, bahwa bisnis hanya bisa dilakukan
oleh orang tertentu, yang berbakat dan dari ras tertentu. Kini batasan itu
lenyap, dunia bisnis semakin global. Yang terpenting apakah seseorang itu memiliki “otak bisnis”.
Ternyata pada dasarnya, “otak bisnis” itu dimiliki oleh
setiap orang. Hanya orang-orang tertentu yang bisa mengembangkannya, sedangkan
sebagian besar justru kurang memanfaatkannya. Jika tak mampu berbisnis, niscaya
orang sulit bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama.
Siapapun pasti melakukan bisnis, hanya skala yang berbeda,
antara lain bergantung pada kapasitas sumber daya, peluang, dan kadar motivasi.
Ada orang yang berbinis hanya dengan motivai untuk memperoleh “sesuap nasi”,
mendapatkan “penghasilan layak”, hingga menjadi “konglomerat”.
Ada yang motivasinya bertahan seumur hidup, ada juga yang
senantiasa berubah. Umpamanya, ada seorang anak yang berbisnis dengan cara
menjajakan rokok di tempat-tempat ramai, motivasinya tak lebih dari sekedar
mencari “sesuap nasi” atau membantu keluarga.
Karena dorongan tertentu, ketika si anak tumbuh dewasa,
motivasinya itu bisa berkembang, umpamanya untuk meraih kekayaan. Tentu saja ia
akan berupaya untuk menegmbangkan skala bisnisnya, misalnya dengan terlebih
dahulu memupuk modal dan memeperluas jaringan usahanya. Namun banyak sekali
yang skala bisnisnya tetap tak berubah, umpamanya selagi muda jualan cendol,
ternyata setelah tua pun tetap saja “tukang cendol”.
Banyak faktor yang menentukan perkembangan bisnis seseorang.
Yang jelas, faktor itu bisa dikaji dan dipelajari. Dengan kata lain, bahwa
orang-orang yang sukses dalam bisnis itu, terlebih dahulu memperlajari dan
mencari pengalaman. Kemampuan berbisnis itu tidak tumbuh dalam waktu sehari dua
hari, tetapi memerlukan waktu yang cukup panjang, tahunan, bahkan puluhan
tahun.
Ada juga sekolah bisnis yang memberikan berbagai gelar,
seperti BBA, MBA dan DBA. Tetapi itu belum cukup. Hanya sebatas memberikan teori,
praktek dan studi kasus. Termasuk pengkajian mengenai bisnis raksasa berikut
orang dibelakangnya. Kiat, jurus dan strategi apa yang bisa diterapkan, hingga
asset dan asset perusahaan bisa melambung. Jadi hanya mengetahui resep bisnis
saja.
Tak heran jika beberapa sekolah bisnis memberikan
persyaratan, agar terlebih dahulu memiliki pengalaman bisnis, paling tidak 2
atau 3 tahun. Ya “pengalaman bisnis” itulah yang terpenting.
Sekolah hanya sekedar menjembatani serta membuka peluang dan
wawasan. Peluang bisnis memang ada di mana-mana, hanya apakah “tercium” atau
tidak. Untuk itu memang diperlukan feeling dan intuisi bisnis, yang hanya
diperoleh melalui pengalaman bisnis.
Sektor bisnis kini telah menembus ruang dan waktu.
Berkembang pesat seiring dengan makin canggihnya teknologi transportasi dan
informasi. Bisnis merangkum semua komoditi, baik barang atau jasa.
Bisnis tejadi di mana-mana di darat, laut, udara, bahkan di
pelosok terpencil dan di perut bumi. Orang memang makin haus akan nilai tambah
dan profit.
Semeua negara berlomba-lomba untuk memproduksi barang dan
jasa, lantas mengekspornya, hingga diperolehlah apa yang dinamakan devisa.
Negara memang amat memerlukan ornag-orang yang pintar
berbisnis. Maka tak heran, jika negara “pulau kecil” Singapura, ternyata dalam
setiap tahunnya meraih keuntungan bisnis yang jauh lebih besar dari negara kita
yang merupakan negara “kepulauan raksasa”.
Penduduk Singapura hanya sekitar 5 juta, sedangkan negara
kita 237 juta. Luas wilayah daratan Singapura tak lebih dari 700 kilometer
persegi, sedangkan Negara kita lebih dari 1.900.000 kilometer persegi. Jadi
peluang bisnis di negra kita sebenarnya jauh lebih terbuka. Persoalannya, “otak
bisnis”-nya yang belum banyak. Hingga berbagai potensi bisnis makin terpendam,
kalaupun sudah dikelola belum benar-benar efektif dan efisien.
Kalau memperhatikan kondisi ekonomi lokal, umpamanya dengan
memperhatikan situasi dan kondisi setiap desa, maka akan tampak, bahwa desa
yang penduduknya pintar berbisnis akan jauh lebih makmur dan sejahtera
dibanding desa lainnya.
Taraf hidup dan kesejahteraan penduduknya jauh lebih tinggi,
begitu pula keberadaan desanya mengalami pertumbuhan yang pesat, hingga cepat
berubah menjadi desa kota.
Bisnis di desa memang banyak ragamnya, mulai dari bisnis
tradisional seperti pertanian, kerajinan atau industri kecil. Di desa-desa
tertentu, sektor pertanian mendapat sentuhan inovasi. Penduduk tak lagi
mengandalkan tanaman padi, jagung atau singkong, tetapi banyak yang beralih ke
tanaman yang memiliki nilai jual tinggi, umpamanya bunga potong, jamur, baby corn, dan sebagainya. Tentu saja
sebelumnya mendapatkan informasi bisnis, yang antara lain menyangkut teknologi
budidaya, pasca panen dan pemasarannya.
Kenapa petani hanya menanam komoditas tertentu sepanjang
hayatnya, tak lain karena kurangnya informasi bisnis. Selain itu, juga pola
pikirnya yang sudah “mentradisi”. Karena nenek moyangnya hanya menanam padi
atau singkong, maka ia pun tak bisa berbah ke tanaman lain. Begitu pula pelaku
bisnis bidang lainnya, bagaikan katak di dalam tempurung.
Proses perubahan kearah kemajuan memang agak sukar, terutama
di tengah masyarakat yang tingkat pendidikannya masih rendah. Di era perkembangan
teknologi informasi yang begitu pesat, akses terhadap ilmu pengetahuan, teknologi
dan pasar menjadi begitu mudah.
Dalam menghadapi era globalisasi bisnis, sikap tanggap
terhadap informasi bisnis mutlak diperlukan. Negara kita memang sudah
mengekspor banyak komoditi, ratusan jenis. Namun masih bisa ditingkatkan
menjadi ribuan jenis. Informasi menyangkut komoditi apa yang diperlukan oleh
penduduk di negara tertentu harus diperoleh dan disebarkan dengan cepat.
Bagaimana daya saing komoditi kita di pasaran internasional
juga harus diperhatikan. Umpamanya Malaysia menjual minyak sawit, negara kita
pun menjual komoditi serupa. Nah, untuk meraih keunggulan di pasaran
internasional, tentu ada beberapa hal yang harus dibenahi, antara lain
menyangkut keunggulan kompetitif dan komaratif.
Selama ini, minyak sawit
Malaysia memang selalu unggul, antara lain
karena telah melampaui diversifikasi produksi. Yang dijual tidak hanya
minyak sawit saja, tetapi juga produk olahannya. Dengan demikian, pengembangan
produksi melalui berbagai penelitian amat diperlukan.
Peluang bisnis di negara kita sebenarnya cukuplah banyak.hanya saja dari sekian juta penduduk indonesia belum banyak yang dapat mengambil peluang bisnis tersebut.Mindset yang jalan di tempat mungkin yang menyebabkan kita seperti itu.
ReplyDeleteUntuk sekarang ini merambah ke dunia bisnis itu sangatlah mudah,apalagi sudah mempunyai akun internet seperti jual online lewat facebook dsb, yang penting kita punya kemauan untuk menjalani bisnis tersebut.
ReplyDeleteTeori bisnis itu kurang penting, yang terpenting yaitu praktek bisnis. Dengan terjun langsung ke dunia bisnis ilmu bisnis akan kita dapatkan. Dalam suatu negara sangat diperlukan otak bisnis yang bagus yang bisa memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Lahan yang luas tidak bisa menjadi panutan negara bisa maju. Karena dalam suatu negara yang luas wilayahnya besar biasanya penduduknya sangat tergantung dengan SDA, berbeda dengan negara yang wilayahnya sempit mereka cenderung memanfaatkan SDA untuk menjalankan bisnis untuk memajukan negaranya.
ReplyDeletepeluang bisnis selalu terbuka oleh siapapun atau pelaku usaha, tak terkecuali di pasar ekspor. Yang terpenting adalah kita mesti kreatif dan mau berinovasi dalam mengembangkan produk yang kita tawarkan ke konsumen. Dengan masuknya pemasaran global itu berarti kesempatan semakin terbuka lebar tergantung pada setiap individunya itu sendiri.
ReplyDeletePeluang bisnis selalu terbuka untuk orang orang yang memiliki daya imaginasi yang kreativ dan inovasi, mereka pasti tidak akan pernah kehabisan ide untuk perkembangan usaha orang-2 seperti itu.
ReplyDeleteMokh Alfan Novianto, Tugas TB-05
ReplyDeleteSemua orang asalkan punya niat dan tekad pasti bisa untuk menjadi seorang pengusaha/pebisnis. Apalagi sekarang ini era globalisasi yang memudahkan seseorang menjadi seorang pengusaha seperti mencari akses di internet tergantung kitanya yang harus bisa kreatif dan membaca peluang usaha
@B-13 Mokh Alfan Novianto, Tugas TB-05
ReplyDeleteSemua orang asalkan punya niat dan tekad pasti bisa untuk menjadi seorang pengusaha/pebisnis. Apalagi sekarang ini era globalisasi yang memudahkan seseorang menjadi seorang pengusaha seperti mencari akses di internet tergantung kitanya yang harus bisa kreatif dan membaca peluang usaha
@D12-Agus Bisnis kalau terdengar di telinga setiap manusia itu pasti berwawasan tinggi atau harus berpendidikan tinggi jika ingin sukses dalam berbisnis, tapi di artikel ini tak perlu berpendidikan tinggi atau berwawasan yang tinggi karna orang yang sukses dalam berbisnis biasanya mempunyai pola pikir dan sikap yang pantang menyerah dan selalu mencoba jika mengalami kegagalan..
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete@E13-Elgi, @Tugas B05
ReplyDeleteSemua orang mempunyai peluang yang sama dalam berbisnis, hanya bagai ana kita bisa melihat dan mau mencari informasi peluang tersebut agar menjadi peluang yang positif, seperti yang di bahas di dalam artiker ini, seperti seorang petani yang hanya menanam komoditas tanaman tertentu saja, karena kurangnya informasi bisni, jadi informasi peluang bisnis perlu kita cari.
Novi Dwi Lestari // 41117110089 // KWU Senin
ReplyDeleteSaat ini semakin mudah untuk memulai bisnis, asal ada kemauan dan tekad yang kuat. Karena seperti yang kita ketahui, sudah tersedia berbagi e-commerce yang mempermudah kita untuk melakukan transaksi bisnis tanpa tatap muka.
A Eka Pratiwi - 43116120035, KWU Kamis
ReplyDeleteGlobalisasi dan teknologi dapat membuat bisnis semakin berkembang. Globalisasi menjadikan bisnis kita dikenal di negara-negara lain dengan teknologi memudahkan adanya komunikasi antara buyer-seller antar negara yang tidak mewajibkan untuk bertemu dengan hanya video call/phone conference untuk rapat atau bertransaksi. Tetapi yang tidak kalah penting mengapa makin global, karena bisnis itu sendiri terpercaya, bonafide, dan kualitas tidak mengecewakan dengan harga yang bersaing.