Oleh : Atep Afia Hidayat – Tanggal 17 Agustus 1945 bangsa
Indonesia telah menyatakan kemerdekaannya. Merdeka artinya lepas dari segala
campur tangan dan penindasan bangsa lain, juga merupaka pernyataan “siap
berdiri sendiri”, atau “siap mengurusi diri sendiri”. Sebuah ungkapan yang
menunjukkan kesiapan untuk menjadi dewasa dan mandiri menjadi sebuah bangsa.
Bangsa Indonesia dengan segenap
kekayaannya, telah mengalami masa eksploitasi yang rakus selama lebih dari 350
tahun. Sumberdaya manusia dana alam yang bergitu berlimpah, dengan enaknya
dijarah dan dihisap oleh bangsa lain.
Selama ratusan abad bangsa kita
seolah menjadi “budak” di negerinya sendiri. Kenapa bisa terjadi hal seperti
itu, prosesnya memang cukup panjang dan berbelit-belit. Mulai dari terciptanya
hubungan dan mitra dagang di abad kelima-belas.
Dari hubungan kemitraan itu lantas
mengalami degradasi menjadi hubungan yang lebih buruk, yakni buruh-majikan, di
mana bangsa kita berstatus sebagai buruh, dan bangsa pendatang sebagai majikan.
Setelah bargaining power (kekuatan tawar-menawar) bangsa kita makin merosot,
maka berlakulah hubungan budak-tuan.
Dengan kondisi dan situasi seperti
itu, jelas bangsa kita makin diperbodoh, unsur-unsur manusiawinya makin terkikis.
Bangsa kita selama ratusan abad itu dijauhkan dari hal-hal yang dapat
meningkatkan kesadarannya sebagai bangsa.
Tiga ratus lima puluh tahun
ditambah tiga setengah tahun, bukan merupakan waktu yang pendek. Dalam jangka
waktu selama itu, sebuah bangsa bisa mencapai perkembangan peradaban yang
dahsyat, atau sebaliknya, bisa musnah.
Jika kita kaji ulang sejarah,
antropologi, arkeologi, dan sejenisnya, maka kita akan menemukan beberapa
kejadian dalam kurun waktu ratusan tahun tersebut.
Hal-hal yang kontemporer, umpamanya
keberhasilan “politik” bangsa penjajah menjadikan bangsa dan negara lainna
sebagai “A long forgotten country”, hingga bangsa dan Negara tersebut terhapus
dari peta bumi. Atau kebalikannya, yakni menjadikan sebuah bangsa menjadi
terpecah belah.
Sebagai akibat tindakan “politik”
dan black-out bangsa-bangsa lainnya, maka bangsa Korea dan Indo China menjadi
terpecah, hingga bermunculanlah garis-garis batas yang baru dalam peta bumi.
Jika kita membuka-buka peta bumi,
dari dekade ke dekade senantiasa mengalami perubahan. Ada garis batas yang
hilang, ada pula yang muncul. Hal ini terutama disebabkan setiap bangsa yang
selalu berkreasi, berimprovisasi, berkompensasi dan berkompetisi. Setiap bangsa
selalu tumbuh dan berkembang, atau sebaliknya menyusut, bahkan musnah.
Kemerdekaan
Kemerdekaan berarti langkah
pembebasan dari berbagai penghambat eksternal, dan belum berarti bebas dari
berbagai penghambat internal (rongrongan dari dalam). Begitu pula dengan kasus
yang terjadi pada bangsa kita. Setelah menyatakan kemerdekaannya dari segala
campur tangan bangsa lain, ternyata harus berkonsentrasi untuk menghapus
berbagai inhibitor internal.
Untuk mengatasi persoalan tersebut,
dibutuhkan waktu yang cukup lama dan pengorbanan yang tak sedikit. Upaya
stabilisasi tersebut tampaknya jauh lebih berat, karena terjadinya konflik
dengan bangsa sendiri. Sementara bangsa lain yang pernah menjajah, masih
berambisi untuk bercokol kembali di bumi pertiwi.
Hal itu merupakan perjuangan yang
sangat berat, mengingat harus berhadapan dengan inhibitor internal dan
eksternal, yakni kekuatan bangsa lain dan bangsa sendiri. Memang tak mudah
untuk mempertahankan dan menegakan kemerdekaan dan nasionalisme suatu bangsa.
Apalagi bagi sebuah bangsa yang meliputi multietnik, multi-bahasa, multi-nusa,
multi-budaya dan multi-agama.
Setiap bangsa selalu tumbuh dan
berkembang. Demikian pula dengan bangsa kita. Pertumbuhan dan perkembangan itu
diawali dengan masa transisi, di mana dalam masa tersebut terjadi
gejolak-gejolak sosial-politik, hingga memakan waktu lebih dari dua-puluh
tahun. Dalam kurun waktu tersebut, segala daya-upaya masih terkonsentrasi untuk
menciptakan stabilitas, suatu kondisi yang menjadi syarat mutlak untuk
dilaksanakannya pembangunan.
Pembangunan
Setelah selama dua dekade dalam
masa transisi dan stabilisasi, maka dimulailah era pembangunan. Pembangunan
dimulai sejak era Orde Lama, Orde Baru, dan berlanjut pada era Orde Reformasi,
seiring dengan bergantinya beberapa rejim pemerintah yang berkuasa. Banyak
perkembangan yang telah dicapai dalam kurun 66 tahun, meskipun secara umum
negara kita masih tergolong negara sedang berkembang yang masih banyak dibantu
beberapa negara lainnya.
Kemerdekaan yang diraih suatu
bangasa, memungkinkan bangsa tersebut untuk bangkit dari segala “keterbelakangannya”,
baik menyangkut bidang ekonomi, sosial-budaya, politik, maupun bidang
pertahanan-keamanan. Kemerdekaan menciptakan iklim yang kondusif bagi
terselenggaranya pembangunan. Sedangkan pembangunan sendiri bisa berperan
sebagai upaya untuk menjaga dan melestarikan kemerdekaan. Melalui pembangunan
sebuah bangsa akan tumbuh dan berkembang.
Makin mantap dalam mengelola dan
mengurusi dirinya sendiri. Bahkan, bisa memberikan andil dalam upaya memelihara
stabilitas dan ketertiban dunia. Melalui tahapan kemerdekaan dan pembangunan,
bangsa kita menjadi semakin dewasa dan percaya diri, hingga memiliki posisi
“sejajar” dan “sederajat” dengan bangsa-bangsa lainnya yang jauh lebih
“senior”. Bangsa kita telah berhasil mengangkat diri, hingga menjadi sebuah bangsa
yang cukup terpandang.
Sudah sewajarnya bangsa kita
menjadi salah satu bangsa besar di dunia, dari segi jumlah penduduknya yang
mencapai 237 juta jiwa (hasil Sensus Penduduk 2010), saat ini menempati
peringkat keempat di dunia, yaitu setelah Cina, India dan Amerika Serikat.
Selain itu Negara Indonesia pun termasuk negara kepulauan terbesar di dunia,
dengan potensi sumberdaya alam yang juga termasuk paling kaya di dunia.
Persoalannya, untuk mengelola semua itu, diperlukan pemerintah yang kuat,
bersih, adil dan berwibawa. (Atep Afia)
Kurniyanto Bayu Anggoro
ReplyDelete@E02-Bayu, @Tugas B05
Satu hal menurut saya, mengenai sebuah statement “siap mengurusi diri sendiri”. Terserah apapun maknanya, tetapi yang namanya kehidupan, tetap membutuhkan hubungan satu sama lain.
@E34-Sylvana, @Tugas B05
ReplyDeleteBesarnya bangsa ini dan kekayaan yang dimilikinya menjadi pemikat bagi bangsa lain, tidak heran jika Bngsa indoneisa menjadi rebutan dari sebelum merdeka hingga saat ini, kita sebagai pribumi hendaknya menikmati kekayaan juga harus melindungi kekayaan yang di anugrahkan, gotong royong yang diajarkan pendahulu kita haruslah dipupuk dalam setiap individu agar bangsa yang besar ini dapat terus eksis di kancah internasional dan dapat mengayomi setiap manusia di dalamnya khusunya bangsa indoensia itu sendiri