Oleh : Atep Afia Hidayat - Memasyarakatkan teknologi pertanian berarti mengupayakan
pengembangan dan penerapan teknologi baru dibidang pertanian khususnya dengan
sasaran masyarakat tani. Namun memasyarakatkan teknologi pertanian juga berarti
menggalakan penemuan atau inovasi bidang teknologi pertanian dikalangan sivitas
akademika pertanian, atau masyarakat kampus pertanian.
Di Indonesia tersebar puluhan perguruan tinggi negeri dan
swasta (PTN/PTS) yang memiliki Fakultas Pertanian dengan berbagai jurusan dan
program studi, mulai dari Agronomi, Ilmu tanah, Proteksi tanaman, Agribisnis,
Teknologi Pertanian, dan sebagainya. Selain itu ada juga Fakultas peternakan
dan fakultas Perikanan yang juga dengan berbagai jurusan atau program studinya.
Dibeberapa PTN tersedia juga program pasca sarjana ilmu-ilmu
pertanian. Tak dapat dipungkiri bahwa bidang pertanian lebih banyak
menghasilkan doktor (S-3) jika disbanding bidang lainnya. Hal itu menunjukkan
bahwa bidang pertanian selangkah lebih maju, sudah selayaknya temuan para pakar
pertanian tersebut bisa langsung diaplikasikan untuk masyarakat tani dan usaha
taninya.
Transfer teknologi pertanian dari masyarakat kampus ke
masyarakat tani hendaknya berlangsung secara lancar. Untuk itu diperlukan
berbagai media atau transformator, antara lain melalui pengembangan budaya
dialog antara masyarakat kampus dan masyarakat tani.
Perguruan tinggi melalui Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat
(LPPM) hendaknya meningkatkan kiprahnya terhadap upaya peningkatan kemampuan
petani dalam mengadopsi teknologi. Selain itu perguruan tinggi melalui dukungan
kementerian terkait (misalnya Kementerian Informasi dan Komunikasi) hendaknya
berusaha untuk mempublikasikan hasil penelitian dalam bentuk yang mudah dicerna
oleh petani.
Tidak usah membuat majalah yang lux dan eklusif, yang
penting berbagai informasi bisa sampai ke tangan petani, misalnya dalam bentuk
brosur atau tabloid yang sederhana. Isinya selain mengenai teknologi tepat
guna, penemuan varietas baru, pestisida baru, pupuk baru, juga menyangkut
analisa usaha tani serta dampak lingkungan pertanian. Dalam era teknologi
informasi antara lain bisa dalam bentuk situs web atau web-blog.
Dalam hal ini masyarakat tani perlu memahami kerusakan
lingkungan yang disebabkan karena pengelolaan lahan yang salah, penggunaan
pupuk, pestisida yang berlebihan, dan sebagainya.
Sebuah fakultas pertanian paling tidak memiliki wilayah
binaan yang meliputi beberapa kecamatan, atau kalau memungkinkan satu
kabupaten. Fakultas pertanian Unpad misalnya membina petani di Kabupaten
Sumedang atau Bandung; Fakultas Pertanian UGM membina petani di Kabupaten
Gunung Kidul atau Bantul; Fakultas Pertanian Unibraw membina petani di
Kabupaten Malang, begitu pula untuk PTS. Upaya ke arah itu memang sudah
dirintis oleh beberapa perguruan tinggi, namun umumnya menghadapi kendala
berupa keterbatasan sumberdaya manusia dan dana. Untuk itu perlu dipikirkan
adanya sumberdana yang sifatnya tidak mengikat.
Memasyarakatkan teknologi pertanian memang bukan hanya tugas
pemerintah semata, namun menjadi tanggung jawab berbagai pihak, baik itu
perguruan tinggi, dunia usaha dan LSM.
Untuk mendukung penelitian, pengembangan dan pengaplikasian
teknologi pertanian maka bisa dilakukan kerjasama lintas sektoral, di mana yang
memiliki sumberdaya manusia atau pakar (perguruan tinggi) bekerjasama dengan
yang memiliki kebijakan (Kementerian Pertanian), plus didukung oleh yang
memiliki dana (dunia usaha swasta atau BUMN).
Teknologi pertanian berkembang makin pesat, namun hal itu
ternyata kurang diimbangi oleh upaya pengkaderan. Artinya petani senior yang
telah menguasai teknologi tidak sempat “mewariskan” kemampuan kepada yuniornya.
Kenapa ? Tak lain karena generasi mudak sektor pertanian
cenderung “hijrah” ke sektor lain, terutama industri dan jasa. Perhatian
generasi muda terhadap teknologi pertanian makin menciut, hal itu lebih
dikondisikan oleh semakin menjamurnya berbagai kursus seperti komputer, bahasa
Inggris, akuntasi, perbengkelan di berbagai kota besar dan kecil.
Di Pamanukan, Pagaden, Subang, Indramayu, Jatibarang,
Cikampek yang selama ini dikenal sebagai sentra produksi pangan, sudah hadir
puluhan lembaga penyelenggara kursus, sasarannya tak lain generasi muda, yang
sebagian besar berasal dari keluarga petani.
Dengan demikian anak-anak petani itupun lebih cenderung
memilih kursus komputer daripada kursus berternak ayam atau pembibitan tanaman.
Dengan kondisi seperti itu bias diduga bahwa pada suatu saat yang berprofesi
sebagai petani menjadi langka, karena cenderung menjadi pegawai kantor,
karyawan pabrik atau menyelenggarakan pelayanan bidang jasa tertentu.
Untuk menumbuh-kembangkan teknologi pertanian dikalangan
masyarakat tani kaderisasi mutlak diperlukan, terutama karena usia petani yang
ada bertambah tua.
Menurut F.Rahardi, seorang pengamat pertanian, lemahnya
perhatian sumberdaya manusia terhadap teknologi pertanian, sebenarnya sudah
dimulai sejak dalam pendidikan, apakah yang diajarkan di fakultas Pertanian ?
kebanyakan adalah ilmu-ilmu murni, yang aplikasinya ke sektor pertanian secara
konkret amat susah.
Jangankan untuk program S1, dalam program diploma pun,
anak-anak kita tidak mungkin dapat mempelajari sesuatu yang spesifik. Misalnya,
pelajaran menanam jagung, kedelai atau kacang tanah, bahkan untuk padi yang
menjadi makanan pokok kita sehari-hari pun belum punya lembaga pendidikan
khusus.
Selanjutnya F. Rahardi memberikan ilustrasi, “Bertanam
jagung bagi masyarakat Indonesia adalah lagu ciptaan Ibu Sud. Di situ hanya
diperlukan cangkul, benih dan pupuk. Teknologi canggih terlalu luks untuk
dikaitkan dengan jagung…..”.
Usaha tani di Indonesia sudah berlangsung sejak ratusan
tahun yang lalu. Terutama di Jawa, karena keberhasilan petani dalam
meningkatkan produksi, maka secara tidak langsung berpengaruh terhadap
kemampuan adaptasi manusia dengan lingkungannya.
Penduduk Pulau Jawa telah 135 juta jiwa (2010), padahal
luasnya hanya 134 ribu km persegi. Tak lain karena tersedia bahan pangan yang
melimpah. Namun sampai kapan ? Jika laju pertumbuhan penduduk tak bisa
dikendalikan, maka yang terjadi ialah defisit bahan pangan. Maka tak heran jika
pengembangan produksi pangan diarahkan
ke luar Jawa, seperti Aceh, Sumatera Utara, Lampung, Bali, NTB dan Sulawesi
Selatan. Lahan di Jawa kemampuannya makin terbatas, selain itu juga muncul
desakan industrialisasi.
Hal serupa terjadi pada kapasitas petani, di mana
kemampuannya semakin menurun karena “jam terbangnya” di sawah sudah puluhan
tahun. Tentunya petani memiliki obsesi bakal ada yang meneruskan perjuangannya,
namun apa mau dikata, generasi muda pertanian “berlompatan” ke seberang sektor
pertanian, karena enggan bergumul dengan lumpur dan pupuk, karena malas dijemur
matahari seharian.
Saat ini sektor pertanian dibebani target yang lebih besar,
padahal kuantitas dan kualitas sumberdaya manusianya cenderung menurun. Untuk
itu perlu ada kebijaksanaan khusus menyangkut kaderisasi sektor pertanian,
terutama dalam kaitannya dengan penguasaaan teknologi pertanian.
Upaya memasyarakatkan teknologi pertanian bisa melalui penyuluhan,
pendidikan dan pelatihan, namun dalam penyelenggaraannya perlu ditunjang oleh
informasi yang akurat mengenai prospek yang sebenarnya, terutama menyangkut
pasar. Puluhan fakultas pertanian berupaya menyelenggarakan pendidikan
pertanian, namun ternyata hanya sebagian lulusannya yang benar-benar terserap
di sektor pertanian, sebagian lainnya justru memilih sektor yang tidak
berkaitan dengan pertanian. Hal itu menunjukkan belum adanya hubungan dan
kesesuaian (link and match) antara sektor
pendidikan dengan ketenagakerjaan.
Peranan teknologi pertanian makin penting, karena hanya
dengan teknologi bisa dicapai berbagai
target, terutama menyangkut peningkatan produksi. Komoditi perkebunan,
pangan, hortikultura, peternakan dan perikanan produksinya ditargetkan makin
meningkat, selain untuk memenuhi konsumsi dalam negeri juga untuk mengisi
peluang pasar.
Baik
di sektor hulu, hilir atau penunjang (sarana produksi) pemanfaatan teknologi
pertanian makin meningkat, selain itu tuntutan akan perbaikan kualitas teknologi
pun makin tinggi. Dengan demikian sudah selayaknya perhatian terhadap
pengembangan teknologi pertanian makin ditingkatkan.
(Atep Afia)
Inti dari artikel diatas yaitu kita harus meningkatkan perkembangan teknologi dalam bidang pertanian.Kenapa perlu dikembangkan? jawabannya sudah jelas bahwa bidang pertaian adalah bidang yang paling banyak dilakukan oleh masyarakat menengah kebawah oleh sebab itu agar perekonomian mereka lebih baik dan dalam bidang pertanian Indonesia dapat kembali swasembada padi.
ReplyDeletePerhatian pemerintah dalam menunjang pertanian masyarakat memang sangatlah dibutuhkan, seperti yang sudah dijelaskan diatas upaya peningkatan itu tidak perlu mahal ataupun sulit cukup dengan memberikan penyuluhan, fasilitas yang mendukung, dan pendidikan mengenai cara bertani yang baik. Karena tanpa pertanian bahan pokok kebutuhan sehari-hari tidak akan bisa kita nikmati,
ReplyDeletezaman saya SD saya selalu melihat sosok presiden Soeharto yang mau turun ke sawah, area pertanian hingga mendapatkan julukan Bapak pertaian Indonesia. beliau begitu memperhatikan para petani dan selalu membantu para petani agar dapat maju di bidang pertanian. jika saja para pemerintah negeri ini baik pusat maupun daerah mau membantu para petani indonesia agar dapat lebih maju dan menghasilkan panen dengan kualitas yang lebih baik lagi. dengan penyuluhan yang diberikan dari penyuluh yang handal, memberikan fasilitas yang dapat mendukung para petani yang mungkin mulai terpuruk agar dapat bangkit lagi. sehingga hasilnya dapat kita nikmati bersama tanpa harus memilih produk import. juga mungkin malah dapat di ekspor dengan harga yang tidak kalah dengan negara lain yang mengimport ke Indonesia...
ReplyDeleteIndonesia yang orang bilang tanahnya subur bagaikan tanah surga, bahkan ada syair yang mengatakan "tongkat kayu dan batu jadi tanaman" tapi aneh nya setiap saya masuk baik ke tempat perbelanjaan tradisioanal ataupun modern saya lebih sering melihat buah buahan dan sayuran import yang terpajang di setiap etalase etalase toko buah tsb. lalu kemana hasil dari para petani kita ? sudah maksimal kah mereka mengelola tanah pertiwi ini untuk pertanian ?
ReplyDeletemenurut saya pemerintah dan perguruan tinggi yang memiliki Fakultas Pertanian serta para petani harus bersinergi untuk memaksimalkan hasil dari pertanian di negara kita ini, dengan harapan kita tidak ketergantungan dengan negara lain mengenai suplly pangan untuk kebutuhan negeri sendiri dan bahkan kita yang seharusnya menjadi exportir untuk negara negara lain dari hasil pertanian yang kita kelola dengan baik.
kaum intelek Indonesia dibidang pertanian semakin banyak. akan tetapi masyarakat umum belum banyak bisa memanfaatkannya. sebagian besar pertanian Indonesia masih tradisional. hal ini dikarenakan kurangnya perhatian pemerintah pad pertanian umu. kurangnya penyuluhan teknologi, juga modal untuk pengembangan teknologi
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete@C16-BAHRUDIN, Tugas TC05,
ReplyDeleteINDONESIA ?
Negara yang subur dan kaya raya dalam segi pertanian apalagi tentang keindahaanya , Namun jaman sekarangan hanya segelintir orang saja yang brani mendalami pertanian karena anak jaman sekarang untuk pergi ke ladang pertanian saja sudah sangat jarang itu desa apalagi yang berada di kota. Bila kurang perhatian dari pemerintah menurut saya pemerintah harus mendukung penuh dalam segi permodalan bukan dengan memberi modal secara langsung saja akan tetapi dalam segi harga jual oleh agen. dari petani ke agen biasanya di hargai murah tetapi dari agen untuk di jual kembali harganya bisa melambung jauh dari petani , dulu saya pernah menjual hasil panen padi dan cengkeh itu harganya di hargai se 1/4 harga asli knapa saya bisa tau itu se1/4 harga asli karena saya langsung googling dan ternyata harga aslinya untuk cengkeh sangat besar perkilonya , semestinya pemerintah mengadakan seperti koperasi khusus untuk menjual hasil panen petani dengan harga asli bila ingin di jual bukan penadah yang ingin mengambil penghasilan instan saja. dan orang tua pun berpikir dan mengatakan kepada anaknya kamu jangan mau jadi seorang petani yang di hargai murah seperti orang tua mu ini
@B-13 Mokh Alfan Novianto, Tugas TB-05
ReplyDeleteUntuk mengembangkan teknologi pertanian dapat dilakukan dengan mempelajari ilmu pertanian di dalam sebuah perguruan tinggi sehingga dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dalam bidang pertanian dan selalu berinovasi terhadap sebuah pertanian bukan hanya tau menanam saja melainkan dapat menciptakan hasil penemuan baru dalam bidang pertanian
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete@E13-Elgi, @Tugas B05
ReplyDeleteperkembangan teknologi pertanian sangat penting karena sekarang petani kita jarang sekali mengenal namanya teknologi, karena keterbatasa ilmu pengetahuan,dan penyuluhan tentang teknologi pertanian sangat di perlukan untuk memperluas pengetahuan petani kita, seperti penggunaan pupuk suapaya tanah yang di tanam tidak ada penurunan kualitasnya.
Hasthi Dasto Fibrianto 41616110019 KWU Kamis
ReplyDeleteKurangnya minat anak muda terjun di pertanian karena engan bergulat dengan lumbur dan pupuk serta panas matahari, memicu para mahasiswa khususnya untuk membuat teknologi yang dapat di gunakan untuk membantu para petani dalam melakukan kegiatan di ladangnya agar lebih efektif dan efisien. Agar hasil dari pertanian tersebut dapat bersaing di pasar global.
Erika Aulia-43217110115 (KWU SENIN)
ReplyDeleteTeknologi pertanian sebenarnya sangat penting di zaman sekarang ini, namun SDM manusia yang ingin mengembangkan teknologi tersebut sangat minim. Padahal apa yang dihasilkan dari sektor pertanian merupakan kebutuhan pokok hampir dari semua manusia. Mungkin karena kurangnya informasi yang diterima oleh anak mudah zaman sekarang, sehingga minat dalam mendalami ilmu pengetahuan tentang pertanian menjadi kurang. Yang saya tau, sekarang ini banyak anak muda yang lebih memilih mendalami ilmu pengetahuan atau bisa dibilang kuliah dengan mengambil jurusan jurusan yang sebenarnya sudah "mainstream". Padahal di masa yang akan datang kebutuhan SDM dibidang pertanian sangat amat dibutuhkan.
Ardian Adi Saputro / 41216110055 / KWU kamis
ReplyDeleteDi berbagai tempat di Indonesia masih adanya yang menggunakan tenaga manusia/hewan dalam mengolah suatu lahan. Memang daerah tersebut mungkin tetap mempertahankan sebuah warisan dari lelulur mereka agar terciptanya sebuah ciri khas dari daerah tersebut. Boleh dilakukan namun hasilnya tidaklah sama dengan teknologi yang lebih canggih namun sangatlah minim dimiliki oleh lintasan masyarakat kecil di pedesaaan karna harga yang mahal, seandainya teknologi tersebut dibuat oleh anak bangsa dengan penyesuian orang indonesia mungkin harga yang ditawarkan akan lebih terjangkau dan setiap elemen masyarakat kecil dapat menerimanya sehingga kwalitas dari hasil panen dapat melipah dan mengurangi kebiasaaan impor.
Ariski N 41615120036 KWU Kamis
ReplyDeleteUntuk mendukung penelitian, pengembangan dan pengaplikasian teknologi pertanian maka bisa dilakukan kerjasama lintas sektoral, di mana yang memiliki sumberdaya manusia atau pakar (perguruan tinggi) bekerjasama dengan yang memiliki kebijakan (Kementerian Pertanian), plus didukung oleh yang memiliki dana (dunia usaha swasta atau BUMN)
Fransisca Selly - 46114110128 - Kewirausahaan 1 Kamis
ReplyDeleteSelamat siang,
benar tentang apa yang disampaikan pada artikel ini.
dan menurut saya Peran dalam teknologi pertanian adalah untuk keberhasilan produktivitas usaha tani yang dihasilkan. Seiring bertambahnya jumlah penduduk otomatis kebutuhan akan papan, sandang, dan pangan akan semakin meningkat, terlebih pada kebutuhan pangan. Dengan demikian dunia pertanian harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan pangan dunia, dengan melakukan tahap demi tahap supaya produksi yang dihasilkan dapat memuaskan.
Terima Kasih
Rico Pratama/41516110183/KWU Kamis
ReplyDeletePeranan teknologi pertanian makin penting, karena hanya dengan teknologi bisa dicapai berbagai target, terutama menyangkut peningkatan produksi. Komoditi perkebunan, pangan, hortikultura, peternakan dan perikanan produksinya ditargetkan makin meningkat, selain untuk memenuhi konsumsi dalam negeri juga untuk mengisi peluang pasar.