Oleh : Atep Afia Hidayat – Sudahlah
nggak usah berlebihan (lebay) dalam menanggapi cerita, kisah atau kasus apapun
yang bersumber dari perilaku dan aksi para anggota dewan yang terhormat. Toh
mereka dipilih oleh rakyat, ada yang satu orang mewakili puluhan ribu, bahkan
ratusan ribu rakyat. Lebih dari seratus juta rakyat punya hak pilih atau suara,
lantas disuarakan dalam Pemilu, dan merekalah perwujudan dari suara rakyat itu.
Dari sekian banyak anggota dewan
yang terhormat, tentu banyak juga yang benar-benar “wakil rakyat tulen”, bukan
“wakil rakyat palsu” atau “wakil rakyat aspal”. Mereka bekerja dan berjuang
untuk kepentingan rakyat, atas nama rakyat, dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat.
Sudahlah, tak usah larut
membicarakan situs web DPR yang harganya selangit, gedung baru yang bakal
dibangun yang biayanya segunung (Gunung Hilamaya kale), atau perilaku anggota
dewan terhormat yang terjerat kasus korupsi, pornografi, indisipliner, tidur
melulu, studi banding melulu dan sebagainya. Sudahlah, toh semua berproses,
suatu saat tentu ada keputusan hitam, putih atau abu-abu.
Anggota dewan yang terhormat
akhir-akhir ini memang kian menjadi sorotan. Beragam media begitu sibuk
mengupas ihwal sikap dan tingkah laku anggota dewan. Ya, kini sebagian anggota
dewan tak ubahnya seperti selebritis dan selebrita. Namanya terus-menerus
disebut, gambarnya selalu muncul, dan kisahnya makin menyedot perhatian.
Sudahlah, tak usah berkelanjutan
mempergunjingkan mereka, tidak baik lho membicarakan orang. Isu Dpr.go.id kian
menyeruak, terpicu oleh kasus e-mail-e-mailan saat studi banding ke Australia.
Banyak orang terkesima, karena ada anggota dewan yang tidak tahu persis e-mail
pribadinya. Padahal sejatinya anggota dewan yang terhormat adalah wakil rakyat
yang berkewajiban menampung, memperhatikan, dan mengindahkan aspirasi rakyat.
Dalam hal ini e-mail merupakan
sarana efektif dan efisien sebagai media penyampaian aspirasi. Era
surat-suratan menggunakan kertas, pake amplop dan dikirim Pak Pos memang sudah
nyaris berakhir, kini sudah memasuki jaman surat elektronik (Surel, bukan
Sule), bebas kertas, dan dikirim Pak Ma’il (e-mail). Situs web DPR yang
berbiaya milyaran rupiah tentu saja menyediakan fasilitas e-mail, dan setiap
anggota dewan memiliki alamat e-mail masing-masing.
Sudahlah, perkara e-mail jangan
dibesar-besarkan. Gitu aja kok repot. Sebenarnya yang harus mendapat perhatian
serius ialah aspirasi dan kepentingan rakyat itu sendiri, nasib rakyat. Jelas
merupakan kesalahan besar jika anggota dewan yang terhormat gagal atau tidak
peduli dengan apa yang diinginkan rakyat, obsesi rakyat dan mimpi-mimpi rakyat.
Sungguh terlalu, ke mana selama ini ?
Upaya perbaikan kesejahteraan
rakyat jelas harus menjadi prioritas pikiran dan pekerjaan anggota dewan. Jangan
lupa, anggota dewan adalah representasi dari populasi rakyat yang diwakilinya.
Sebagai contoh Mr X adalah anggota
dewan yang berasal dari daerah pemilihan Kabupaten Y. Saat Pemilu Mr X mendapat
suara 200 ribu. Nah. Logika sederhananya, status, gaji, fasilitas, dan segala
nikmat dunia lainnya yang diterima Mr X, tak lain hanya karena kedudukannya
sebagai wakil rakyat Kabupaten Y. Bahkan yang harus menjadi perhatiannya bukan
hanya 200 ribu rakyat yang memilihnya, tetapi rakyat Kabupaten Y secara keseluruhan.
Sepantasnya Mr X begitu intensif
dalam memperjuangkan kepentingan rakyat dan daerah asalnya. Kalau perlu Mr X
juga berkantor di Kabupaten Y. Tidak usah repot-repot membangun gedung baru
yang mewah dan wahh, kantor Mr X cukup di Balai Desa atau Kantor Kelurahan. Pak
Kades atau Pak Lu (Pak Lurah) cukup menyediakan seperangkat meja kerja.
Kalau di Kabupaten Y terdapat 50
desa atau kelurahan, maka Mr X wajib keliling desa-desa, bertatap muka dengan
rakyat secara empat mata, enam mata, delapan mata, dan sebagainya. Itulah
anggota dewan yang “tulen”, benar-benar merakyat dan dekat dengan rakyat. Kalau
sekedar berkantor di Gedung DPR yang tak lama lagi akan begitu mewah wahhh,
kurang begitu bermakna.
Semua orang pun tahu, bahwa rakyat
itu kebanyakan adanya di daerah. Masa iya orang yang bertugas mewakili rakyat
posisinya jauh-jauh dari rakyat. Bolehlah ngantor di Gedung DPR asal ada acara
penting, seperti rapat atau sidang komisi dan paripurna. Di luar itu ya harus
bertugas di daerah pemilihan asal. Nah, pada saat berada jauh dari rakyat yang
diwakilinya gunakan beragam fasilitas teknologi informasi, termasuk e-mail.
Dipikir-pikir benar juga, bahwa
setiap anggota dewan itu harus melek teknologi informasi. Ya, seperti contoh
kasus Mr X yang menjadi wakil 200 ribu rakyat di Kabupaten Y. Untuk bertatap
muka, bertukar pikiran atau sekedar menerima curhat rakyat, jelas amat tidak
mudah. Kalau dengan cara konvensional tidak akan terlayani semua.
Dengan demikian, keberadaan situs
web dan e-mailnya menjadi begitu penting. Seharusnya setiap anggota dewan
memiliki blog yang menjadi sub-domain dari domain Dpr.go.id. Untuk Mr X alamat
blog-nya http://mrx.blog.dpr.go.id atau http://mrx.dpr.go.id. Saat ini blog
atau web-blog sudah menjadi media yang sangat efektif dan efisien dalam
menyampaikan informasi penting dan merupakan media yang tepat untuk saling
berinteraksi.
Dengan demikian saya mengusulkan
kepada rakyat (yang diwakili) untuk mewajibkan setiap anggota DPR (yang
mewakili), supaya setiap anggota dewan yang terhormat segera memiliki blog
aktif, sebagai media komunikasi dan informasi. Ehh ngemeng-ngemeng
(ngomong-ngomomg), yang mewakili saya (sebagai salah seorang rakyat) di DPR
siapa ya ? (Atep Afia).
@A26-sinta, tugas TA05
ReplyDeletedi jaman sekarang memang perkembangan teknologi semakin pesat. banyak dari sebagian masyarakat sekarang menggunakan media social untuk bercakap-cakap dengan orang yang mereka sayangi. mungkin anggota DPR punya seperti itu juga namun mereka kurang memanfaatkannya terhadap rakyat, mereka hanya menggunakannya untuk keperluan pribadi merekan. tapi sekarang ada juga pemimpin yang menggunakan media social untuk kepentingan rakyat contohnya ridwan kamil terkenal dengan ramah terhadap rakyat. dia mau rakyat jika ada keluhan terhadap dia ataupun keluhan terhadap kota bandung bisa menghubungi dia di akun media social pribadinnya. mungkin kita hanya butuh pemimpin seperti dia lebih banyak lagi di Negara ini. dan juga seperti bu risma, dia memang tidak tgerlalu aktif di media social tetapi dia langsung mengunjungi daerah yang mengalami masalah tersebut. mungkin kita hanya membutuhkan pemimpin seerti mereka di Negara ini.
Pazrin Salsabila @E01-Pazrin
ReplyDeleteBerbicara dengan teknologi saat ini memang berkembang pesat, dan internet menjadi daya tarik yang sangat kuat, jika politisi bisa memanfaatkannya dengan baik maka terbangunlah negara ini dan majulah negara ini, tetapi jika tidak digunakan dengan bijak maka akan sangat berbahaya. Anggota DPR dengan mempunyai situs web tidaklah bermasalah atau salah, anmun baiya yang digunakannya itu yang membuat terheran, apakah memang nantinya sebanding dengan peforma yang diberikan? tentu rakyat tidaklah bodoh, dewasa ini rakyat sudah pintar dan mengetahui mana yang sekiranya benar dan salah, menurut saya ini hanyalah pemborosan dan sebetulnya tidak perlu seperti itu.